Founder Titimangsa Foundation bersama PT Balai Pustaka mementaskan Konser Musikal Puisi. Seratus puisi dari 26 penyair Indonesia dijadikan naskah pementasan bertajuk “Cinta Tak Pernah Sederhana” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 16 – 17 Maret 2019.
Founder Titimangsa Foundation Happy Salma mengatakan, konser ini diselenggarakan sebagai upaya untuk selalu menghidupkan karya sastra Indonesia. Sehingga pembentukan karakter dan kecintaan pada tanah air semakin nyata.
“Titimangsa Foundation memilih untuk berkerja sama dengan PT Balai Pustaka karena sejalan dengan visi dan misi perusahan pelat merah dalam melestarikan karya sastra dan budaya Indonesia,” ujar Happy dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (10/3)
Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji mengatakan, sebagai garda terdepan dalam melesetarikan kesusasteraan Indonesia, Balai Pustaka selalu berkomitmen untuk memperkenalkan berbagai karya sastra lewat beragam medium yang populer di kalangan masyarakat.
Happy menambahkan, Cinta Tak Pernah Sederhana’ mengisahkan seseorang yang terasing karena berbagai perubahan nilai, guncangan sosial, bahkan disrupsi nilai-nilai kebangsaan. Puisi hadir sebagai pelita yang menerangi suramnya kehidupan manusia, menjadi oasis di tengah padang gurun. “Puisi merupakan nutrisi bagi batin saya,” kata Happy.
Dirinya mengungkapkan bahwa telah lama merencanakan untuk menggelar sebuah pementasan puisi yang tidak biasa, tidak sebatas pembacaan puisi atau deklamasi semata. “Ide ini berkembang hingga pada akhirnya menjadi konsep pertunjukan yang tak terduga; penceritaan puisi yang dituangkan ke dalam alur percakapan dan nyanyian,” ujar salah satu peraih Piala Citra tahun 2010 ini.
Pementasan yang akan disutradarai oleh sastrawan kenamaan Agus Noor ini pun bertabur bintang. Reza Rahadian, Marsha Timothy, Chelsea Islan, Atiqah Hasiholan, Sita Nursanti, Teuku Rufnu Wikana, dan Butet Kertaradjasa dipastikan akan menghidupkan naskah-naskah puisi ke dalam seni akting di pentas teater.
Aktris Atiqah Hosiholan akan menunjukkan kepiawaiannya dalam peran sebagai wanita malam yang tinggal di sebuah pemukiman kumuh. Atiqah mengaku kesulitan dalam perannya, yaitu saat ia harus beradegan jago goyang. “Ada sih hal (kesulitan) baru kalau di sini aku harus jago goyang. Jadi latihan goyang,” ujar Atiqah.
Happy Salma mengaku memilih Atiqah karena memiliki kecerdasan dalam mengeksplor aktingnya. “Karena kan pas waktu memilih juga dengan sutradara ‘ah kita pikir Atiqah ya. Kayaknya dia punya kecerdasan tubuh juga,” kata Happy.
Atiqah, nilai Happy, mampu menjawab tantangan yang diberikan secara baik, tanpa harus menjelaskan secara detail mengenai peran yang akan dimainkan. “Maksudnya merespon dan secara kalaupun kita mata melihat di panggung, kita bisa langsung tanpa menjelaskan lebih dalam lagi tuh peran dia seperti apa bisa dia jelaskan dari kecerdasan tubuh dan juga intonasi dan kecantikan dia bisa mewakili,” pungkasnya.
Kemudian aktor Reza Rahadian dipercaya memerankan karakter Adam dan mengaku tertantang. Pasalnya, dialog yang ditampilkan itu diambil dari bait-bait puisi karya pujangga kenamaan Indonesia.
“Naskah ini kan mengutip puisi pujangga-pujangga Indonesia yang ternama. Jadi memang sulit karena kan kalau biasamya naskah itu bentuknya dialog. Ini puisi yang dibuat jadi dialog,” kata Reza Rahadian.
Selain itu, ia harus menggunakan kalimat yang tepat dan tidak bisa melakukan improvisasi. Ini karya pujangga ternama. Kalau improv nanti yang punya puisi marah. Bukan hanya berakting. Reza juga akan bernyanyi dan menampilkan koreografi di pementasan itu.
Oleh karena itu para pemain berlatih keras sejak sebulan terakhir. “Ya pasti latihan tiap hari, hampir tiap hari. Nanti ada menyanyi juga. Kayaknya semua pemain ada menyanyi. Ada koreografi juga, menyanyi juga, jadi lumayan berat,” pungkasnya. (lin)
sumber: indopos.co.id