Oleh Ustadz Amrullah Akadhinta *
semarak.co-Dari Asma binti Yazid, beliau berkata:
ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ قَالَتْ إِحْدَانَا لِشَيْءٍ تَشْتَهِيهِ لَا أَشْتَهِيهِ يُعَدُّ ذَلِكَ كَذِبًا قَالَ إِنَّ الْكَذِبَ يُكْتَبُ كَذِبًا حَتَّى تُكْتَبَ الْكُذَيْبَةُ كُذَيْبَةً
“Wahai Rasulullah, jika salah seorang dari kami mengatakan ‘aku tidak menginginkan itu’, padahal sebenarnya dia menginginkan sesuatu itu, apakah itu termasuk berbohong? ‘ Beliau menjawab: “Sesungguhnya setiap bohong itu pasti akan ditulis sebagai kebohongan, demikian pula kebohongan walaupun kecil akan ditulis sebagai kebohongan kecil” (HR Ahmad)
Syaikh Shalih al Fauzan berkata ketika menjelaskan hadits ini:
Hadits Asma ini menegaskan besarnya perkara kebohongan. Bahkan perkataan orang yang menginginkan sebuah makanan, tapi dia justru berkata, “aku tak menginginkannya”, akan ditulis sebagai kebohongan oleh malaikat penjaga.
Hal ini disampaikan Nabi agar manusia tidak meremehkan perbuatan bohong. Jangan sampai kebohongan ini diremehkan walaupun kecil, sebagaimana istilah sebagian orang: kebohongan putih. Kebohongan itu tidak ada yang putih, semuanya hitam.
(Syarah al Kabair/140)
sumber: WAG ALUMNI SMP SBK MEDAN (post Sabtu 19/6/2021) sapariadi)