Film Kuambil Lagi Hatiku, Tandai Bangkitnya Perusahaan Film Negara

Para pemain dan tim produksi film saat perkenalan pada media. foto: internet

Perusahaan pelat merah di bidang industry film Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN) seolah bangkit kembali meramaikan industri film Indonesia setelah 26 tahun tak berproduksi. Menyusul siap beredarnya film Kuambil Lagi Hatiku.

Direktur Utama PFN Mohamad Abduh Aziz merasa gembira lembaga yang dipimpinnya bisa kembali mengeluarkan karya. Film yang dijadwalkan tayang, 21 Maret 2019 yang dibintangi Lala Karmela, Cut Mini, Ria Irawan, Dian Sidik, Sahil Shah, Yati Pesek, dan lainnya.

“Dua puluh enam tahun PFN tidak memproduksi film. Rasanya kayak melahirkan anak walaupun saya belum pernah merasakannya. Lega banget bisa ikut mewarnai industri ini. Saya cukup percaya diri dengan dukungan banyak pihak,” kata Aziz dalam konferensi pers di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/3).

Dalam pembuatannya, PFN menggandeng Wahana Kreator Nusantara dan juga pihak Taman Wisata Candi Borobudur, prambanan yang merupakan BUMN di bidang pariwisata. Film ini disutradarai sutradara kondang Azhar Kinoi Lubis dan diproduseri Salman Aristo. Sementara Arief ASh Shiddiq dan Rino Sardjono bertindak sebagai penulis.

Sutradara Kuambil Lagi Hatiku Kinoy bercerita, film ini merupakan film drama keluarga yang dibumbui dengan unsur komedi. “Kita mau meperlihatkan bahwa inilah wajah kita di mana ada kearifan lokal. Ini drama keluarga yang ada komedi dan semua peristiwa dekat dengan kita,” ujar Kinoy.

Seperti diketahui, Kinoy sukses lewat film Kafir: Bersekutu Dengan Setan yang tayang 2018 lalu. Jika dilihat dari sinopsis atau dari daftar pemain tidak ada yang berbeda dengan film karya Azhar Kinoi maupun film Indonesia lainnya.

Yang cukup membedakan film ini dengan film Indonesia lainnya adalah terdapat pada rumah produksinya. Film ini tidak diproduksi oleh perusahaan swasta, melainkan diproduksi langsung perusahaan milik negara atau badan usaha milik Negara (BUMN).

Seperti diketahui, selama ini negara memiliki rumah produksinya sendiri bernama PFN. Terbentuknya PFN didasarai oleh Albert Link tahun 1934 yang semula bernama Java Pacific Film.

Dan setelah Indonesia merdeka, di tanggal 6 oktober 1945 Java Pacific Film diberikan kepada Negara dan berganti nama menjadi Berita Film Indonesia (BFI). Dan kembali berubah menjadi Perusahaan Film Negara (PFN) tahun 1950 sesuai dengan surat keputusan Menteri Penerangan No.55 B/MENPEN/1975.

Dan nama tersebut masih tetap digunakan hingga sekarang. PFN sebagai rumah produksi milik negara telah melahirkan beberapa serial TV maupun film terkenal, seperti Si Unyil yang tayang pertama kali di TVRI pada 1981.

Dan Penumpasan Pengkhianatan G30 S PKI (1982) yang selalu ditayangkan pada masa orde baru. Total PFN telah memproduksi film sebanyak 49 judul. Kini setelah vakum selama 26 tahun, PFN kembali memproduksi film dengan judul Kuambil Lagi Hatiku.

Film Kuambil Lagi Hatiku menceritakan tentang hubungan Sinta (Lala Karmela) dengan ibunya (Cut Mini) yang kembali ke Indonesia menjelang pernikahannya dengan Vakish (Sahil Shah) di India.

PFN sendiri merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia yang berdiri sejak 1934. Sejarah film tanah air pun rasanya tak lengkap, jika tak membahas soal PFN. Mengapa demikian? Karena PFN ialah saksi sejarah perjuangan bangsa serta salah satu perusahaan perfilman yang tetap bertahan hingga saat ini.

Dalam Masa aktifnya dulu, PFN memproduksi film dokumenter kepahlawanan. Setelah itu PFN pun mulai berkembang membuat film dengan tema pendidikan serta penerangan, yang menceriman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dua film garapan PFN yang terakhir antara lain yaitu Pelangi di Nusa Laut (1992) serta Surat Untuk Bidadari (1994).

Selain Taman Wisata Candi Borobudur, sejumlah BUMN lain pun turut mendukung proses produksi film ini. Antara lain yaitu Pertamina, Pelindo 3, Garuda Indonesia, Jasa Raharja, Wijaya Karya, Perusahaan Gas Negara, Bank Mandiri, Bank BTN, Bank Negara Indonesia, Patra Jasa, dan Pupuk Indonesia.

Latar Keindahan Candi Borobudur

Film ini mengambil latar keindahan salah satu destinasi wisata Indonesia terpopuler di Dunia, yaitu Candi Borobudur. Dengan latar tersebut, film ini bertujuan untuk memperlihatkan tentang kekayaan dan keberagaman Indonesia.

Pemilihan Borobudur bukan tanpa alasan atau sekedar setting film, tapi juga merupakan sebuah aspek penting dari film itu sendiri. Seperti yang diketahui sebelumnya, Candi Borobudur merupakan bangunan yang termasuk dalam World Heritage Site oleh UNESCO.

Ada juga alasan utama lainnya hingga terpilihnya Borobudur sebagai setting utama. Hal itu dipaparkan Direktur Utama PFN. “Pertimbangannya sih praktis yah, karena waktu itu kita kerjasama dengan pt taman wisata candi, waktu itu kita memang sedang memikirkan bagaimana seruan pak presiden untuk memperkuat 10 daerah tujuan wisata. Salah satunya Borobudur” ucap Azis.

Tak hanya Borobudur saja. Film ini juga mengambil latar di India. Jika pemilihan India dalam hal ini Tajmahal, karena kebudayaan Indonesia terdapat pengaruh dari India.

Di sini Azis ingin mengingkatkan soal itu, dimana Borobudur ada pengaruh dari Budha dan Hindu yang luar biasa. Karena itulah pihak PFN ingin mendapat semacam sebuah dinamika antara dua kebudayaan tersebut.

Jalan Cerita Menarik

Film Kuambil Lagi Hatiku berkisah tentang Sinta, seorang perempuan keturunan India, yang tengah merencanakan pernikahan dengan Vikas.

Namun menjelang pernikahannya, Widi sang Ibu tiba-tiba kabur dari India ke Indonesia. Sinta yang telah dideask pernikahan oleh calon mertua, terpaksa harus mencari tahu ibunya hendak pergi kemana.

Berbagai cara telah dilakukan Sinta, untuk menduga tujuan sang Ibu. Hingga dirinya teringat sebuah kotak tua kenangan Ibu dan mendiang ayahnya. Dalam kotak itu Sinta menemukan sebuah foto lawas orang tuanya di Borobudur.

Tanpa basa-basi dan berpikir panjang lagi, Sinta pun nekat menuyusl Widi untuk membawanya pulang ke India. Saat itu, Vikas mulanya bersikeras untuk menemani.

Tapi Sinta butuh Vikas untuk mengalihkan perhatian keluarganya, demi rentetan upacara pernikahan yang akan mereka gelar, Vikas pun menyetujuinya.

Setelah itu Sinta pun pergi ke kampung sang Ibu, yang tak pernah sekalipun diceritakan sebelumnya, Desa Borobudur. Setelah itu berbagai kejadian yang tak terduga pun muncul.

Film tersebut dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris papan atas tanah air. Antara lain yaitu Lala Karmela, Cut Mini, Dimas Aditya, Ria Irawan, Sahil Shah, Dian Sidik dan Ence Bagus. Film ini akan tayang diseluruh bioskop tanah air pada tanggal 21 Maret 2019 mendatang. (kpc/kum/mer/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *