Facebook Ganti Nama Jadi Meta, Meramal Masa Depan Kita di Bawah Meta lewat Visi Kultur Pop

Cuplikan video kampanye Meta yang menampilkan Mark Zuckerberg sang pemilik Facebook. FotoL voi.id/YouTube

Nama baru Facebook telah diumumkan. Perusahaan milik pengusaha berpaspor Amerika Serikat (AS) Mark Zuckerberg itu berganti nama jadi Meta. Nama Meta menggambarkan ambisi perusahaan untuk menguasai dunia metaverse, alam yang akan mengaburkan dimensi nyata dan virtual.

semarak.co-Ada beberapa produk kultur pop yang barangkali bisa berikan kita gambaran. Penggantian nama ini berarti Facebook bukan lagi nama perusahaan secara menyeluruh -yang juga membawahi Instagram dan WhatsApp- tapi hanya jadi merek anak perusahaan yang mengoperasikan layanan media sosial bernama sama.

Bacaan Lainnya

Pengumuman ini disampaikan Zuck di tengah konferensi virtual reality dan augmented reality Facebook Connect. Selain mengumumkan penggantian nama perusahaan, Zuck, dalam kesempatan itu juga menegaskan visi perusahaan mengembangkan ekosistem metaverse dengan serangkaian demo.

Dalam demonstrasi itu tampak teknologi dalam metaverse nantinya akan memberikan pengalaman imersif pada pengguna. Di ruang virtual itu pengguna dapat menghadiri sebuah konser, bertemu rekan kerja, bermain gim, hingga berbelanja sejumlah jenis barang dan menikmati layanan digital.

Dalam gambaran lebih umum metaverse adalah alam virtual yang dirancang menyerupai dunia nyata. Metaverse memiliki tanah, bangunan, hingga avatar yang bisa dibeli dan dijual. Sejauh ini metaverse juga aktif dalam perekonomian dalam konteks penggunaan mata uang kripto.

Manusia-manusia di dunia nyata, dalam metaverse diwakili avatar. Zuck mengatakan meski Facebook adalah merek media sosial yang ikonik, tapi brand image Facebook selama ini sejatinya tak pernah benar-benar menggambarkan apa yang dilakukan olehnya dan seluruh tim di dalam perusahaan.

“Di mana sesuatu yang jauh lebih besar sedang dipersiapkan. Saya telah banyak berpikir tentang identitas kami saat kami memulai bab berikutnya. Facebook adalah salah satu produk yang paling banyak digunakan dalam sejarah dunia,” kata Zuckerberg, dikutip CNN, Kamis, 28 Oktober waktu setempat seperti dilansir voi.id/ 30 Okt 2021 07:03 WIB.

“Hari ini kami terlihat sebagai perusahaan media sosial … tetapi dalam DNA kami, kami adalah perusahaan yang membangun teknologi untuk menghubungkan orang. Dan metaverse adalah batas berikutnya, seperti halnya jejaring sosial ketika kami memulai,” tambah Zuck lagi.

Metaverse dalam visi kultur pop

Hiro adalah peretas yang juga bekerja sebagai sopir pengiriman pizza untuk mafia. Pada satu waktu dirinya bertemu dengan Yours Truly, yang dalam novel kerap disebut YT. YT adalah pemain skateboard muda yang juga kurir. Dalam pekerjaannya, YT kerap menyelesaikan pengiriman-pengiriman yang gagal sampai tepat waktu.

Itulah kenapa ia menyebut dirinya ‘Orang Ketiga’. Dari situlah kemitraan Hiro dan YT dimulai. Keduanya kemudian mulai mengumpulkan intel dan menjualnya ke CIC, organisasi nirlaba yang terbentuk dari merger antara CIA dan Perpustakaan Kongres.

Petualangan Hiro di metaverse berawal ketika dirinya ditawari file berlabel ‘Snow Crash’ oleh seorang pria bernama Raven, karakter yang ia temui di metaverse. Teman Hiro, sesama peretas, Da5id melihat gambar bitmap dalam file tersebut.

File itu menyebabkan komputernya mogok dan Da5id mengalami kerusakan otak di dunia nyata. Dalam kerja kurirnya, YT kemudian direkrut sebagai pekerja lepas oleh seorang bos mafia, Paman Enzo, yang terkean dengan sikap dan inisiatif YT.

Dari situlah penyelidikan dilakukan YT dan Hiro. Sejumlah temuan terkait penyebaran virus neuro-linguistik yang memungkinkan fungsi otak diprogram menggunakan rangsangan audio mereka dapati.

Singkat cerita Hiro, yang di kehidupan nyata bekerja sebagai pengantar pizza justru jadi pejuang di metaverse, protagonis dalam cerita yang berusaha membongkar seluruh konspirasi. “Snow Crash adalah kejar-kejaran yang mengubah pikiran melalui Amerika masa depan yang begitu aneh, sangat keterlaluan … Anda akan segera mengenalinya,” tulis Goodreads dalam ulasan.

Neal Stephenson di Science Foo Camp 2008 (Sumber: Wikimedia Commons)

Konsep metaverse pertama kali diperkenalkan dalam novel ini. Penulis, Neal Stephenson menggambarkan metaverse sebagai penerus internet. Ini adalah visi Stephenson tentang bagaimana internet berbasis virtual reality atau realitas visual dapat berkembang dalam waktu dekat.

Ia membayangkan ini seperti game online multipemain masif (MMO). Metaverse diisi avatar yang dikendalikan pengguna dan daemon sistem. Novel ini dirilis pada 1992, dengan Stephenson membuka cerita dalam gambaran Los Angeles abad ke-21. Saat itu dunia baru saja melewati keruntuhan ekonomi di seluruh dunia.

Pada masa itu Los Angeles bukan lagi bagian dari Amerika Serikat karena pemerintah federal menyerahkan sebagian besar kekuasaan dan wilayahnya kepada organisasi swasta dan pengusaha. Sistem itu digambarkan menyerupai anarko-kapitalisme, tema yang diangkat Stephenson dalam The Diamond Age, novel setelah Snow Crash.

Seperti novel Stephenson lain, Snow Crash mencakup bahasan luas, termasuk sejarah, agama, linguistik, antropologi, arkeologi, politik. filsafat, matematika, hingga ilmu komputer. Dalam esai berjudul In the Begining. Was the Command Line yang ditulis Stephenson pada 1999, ia menjelaskan snow crash adalah istilah mode kegagalan perangkat lunak di masa awal Macintosh.

Stephenson awalnya berencana bekerja sama dengan seniman, Tony Sheeder menjadikan Snow Crash novel grafis yang dibuat oleh komputer. Setelah rilis Snow Crash dinominasikan sebagai penerima Penghargaan Fiksi Ilmiah Inggris tahun 1993 dan Penghargaan Arthur C. Clarke 1994.

Konteks kultur pop lebih kekinian digambarkan dalam film Ready Player One karya Steven Spielberg. Film tersebut menggambarkan metaverse dalam konteks lebih mutakhir. Ready Player One menggambarkan kehidupan dunia virtual pada tahun 2045, yang lebih menggairahkan ketimbang alam nyata.

Ready Player One, sejak dirilis 2018 langsung meledakkan diskusi soal masa depan baru umat manusia, tentu saja dalam konteks lebih dramatis. Tapi dari segi teoritik, para futuris merumuskan sejumlah karakteristik utama dari metaverse. Selain Ready Player One, beberapa judul film juga mengangkat metaverse sebagai latar atau tema utama.

Trilogi The Matrix barangkali jadi yang paling legendaris. Selain itu kisah cinta digital antara Theodore dan Samantha dalam Her juga tak mungkin terlewat. Mengisi daftar lain ada Minority Report, Avatar, Wreck it Ralph, V/H/S: Viral, Tron, hingga Lucy.

Tak lama setelah Zuckerberg mengumumkan penggantian nama Facebook menjadi Meta, CEO Twitter Jack Dorsey melontarkan sindiran. Dikutip dari The Guardian, Dorsey merespons kicauan akun @udiverse21 yang membahas terminologi metaverse dalam gambaran Snow Crash versi Neal Stephenson.

“Metaverse mengambarkan dunia virtual yang dimiliki sebuah perusahaan, di mana penggunanya diperlakukan secara buruk sebagai warga negara oleh perusahaan diktator (dystopian corporate dictatorship). Bagaimana jika Neal benar,” tulis @udiverse21.

Dorsey menulis, “NARRATOR: He Was,” yang berarti Dorsey setuju gambaran Stephenson adalah benar. Memang, Snow Crash begitu berpengaruh. Pendiri Microsoft, Bill Gates bahkan menyebut karya Stephenson itu yang menghidupkan kembali kecintaannya pada sci-fi, genre yang menurutnya dapat membantu banyak orang memikirkan ide-ide besar.

Selain Snow Crash judul novel lain Stephenson yang juga jadi daftar bacaan penting Bill Gates adalah Seveneves, yang diterbitkan 2015. “Cara buku ini mendorong Anda untuk berpikir besar dan jangka panjang. Jika semua orang mengetahui bahwa dunia akan berakhir dua hari dari sekarang, akan ada kepanikan global, ditambah hedonisme dalam dosis besar.”

“Tapi bagaimana jika itu berakhir dua tahun dari sekarang? Apakah orang akan terus bekerja? Apakah anak-anak akan pergi ke sekolah? Jika mereka melakukannya, apa yang akan Anda ajarkan kepada mereka?” kata Bill Gates, dilansir FS.

Kembali ke konteks metaverse, para futuris menjelaskan beberapa karakteristik utama dari metaverse:

  1. Persisten

Artinya metaverse berjalan tanpa jeda, reset, dan akhir

  1. Realtime

Metaverse dapat merasakan pengalaman realtime meski peristiwa-peristiwa dalam ruang metaverse telah didesain sebelumnya

  1. Ekonomi

Metaverse juga berfungsi secara ekonomi. Sejumlah aktivitas jual-beli, layanan jasa, dan transaksi produk dapat dilakukan dengan mata uang berbasis blockchain.

  1. Terbuka bagi pengguna

Ruang metaverse akan terbuka bagi pengguna. Pengguna akan berperan penuh sebagai kontributor konten terbesar. Ini yang membedakan metaverse dengan digital universe, di mana konten dibuat bersama-sama oleh perusahaan dan pengguna.

  1. Menjembatani dunia virtual dan nyata

Kita akan lebih terhubung dengan alam digital dalam konsep pengalaman penuh. Ya, teknologi ini akan menghubungkan dunia virtual dengan dunia nyata lewat digitalisasi tautan koordinat grafis yang sebenarnya. Ini semacam Pokemon Go dalam level jauh lebih gila.

Akan tetapi, perubahan nama Facebook menjadi Meta lantas mendapatkan kritikan dari sejumlah pihak. Dikutip Metroonlinentt. com dari The Guardian, pihak Facebook yang mengubah nama menjadi Meta memiliki arti ‘mati’ dalam bahasa Ibrani.

Hal itu diungkapkan sejumlah pihak melalui unggahan di Twitter, merespons pengubahan nama Facebook menjadi Meta tersebut. Ini bukan kasus pertama dari merek yang disebut-sebut ‘tersesat’ dalam terjemahan.

Ketika KFC tiba di Cina pada 1980-an dengan slogannya “finger lickin’ good”, mereka tidak disambut dengan antusias oleh penduduk setempat. Sebab, dalam terjemahan bahasa Mandarin ‘finger lickin’ good’ memiliki”makan jari Anda”. Akan tetapi, tidak ada kerugian nyata yang dilakukan, mengingat KFC adalah salah satu rantai makanan cepat saji terbesar di negara ini.

Sebelumnya, Facebook mengubah nama perusahaan induknya menjadi Meta telah memicu kekecewaan dan kebingungan. Adapun pengubahan nama Facebook menjadi Meta lantaran perusahaan menghadapi serangkaian krisis hubungan masyarakat.

Menurut Mark Zuckerberg, Meta akan mencakup Facebook serta aplikasi seperti Instagram, WhatsApp, dan merek realitas virtual Oculus. Sebelum itu, dikabarkan bahwa sejumlah dokumen bocor dan terungkap cara kerja internal perusahaan Facebook.

Sejumlah pihak lalu menuding Facebook telah mengutamakan keuntungan daripada membersihkan platform dari ujaran kebencian dan informasi yang salah. Sementara itu, sejumlah ahli turut mempertanyakan keterlibatan berat Zuckerberg dalam peluncuran Meta.

“Keterlibatan berlebihan dari Mark memang diharapkan, tetapi justru berbahaya. Ini adalah gerakan merek, dengan peluang untuk menciptakan asosiasi baru. Mark memiliki merek pribadi yang sangat kuat tetapi berpotensi negatif,” ujar Felipe Thomaz, seorang profesor pemasaran di Oxford’s Saïd Business School.

“Secerdas dan cakapnya dia, dan sebanyak dia adalah tokoh utama dan pendiri, dia mungkin akan lebih sukses jauh dari lensa publik/media selama restrukturisasi merek ini,” ujarnya menambahkan.

“Mengumumkan Meta – nama perusahaan Facebook. Meta membantu membangun metaverse, tempat di mana kita akan bermain dan terhubung dalam 3D. Selamat datang di bab selanjutnya dari hubungan sosial,” ujar pihak Facebook.

Pengubahan nama Facebook menjadi Meta adalah bagian dari perluasan portofolio perusahaan di luar jejaring sosial, terutama karena mendorong rencana untuk mengembangkan metaverse, sehingga orang dapat bertemu, bermain, dan bekerja secara virtual. (net/voi/met/smr)

 

voi.id/ 30 Okt 2021 07:03 di Guyub PWI Jaya/metroonlinentt. com dari pikiranrakyat dio WAGroup di Komunitas ALIPh.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *