Pencopotan Imam ini terbilang mengejutkan. Selain mendadak yan terkesan diam-diam, tapi kinerja Imam cukup mentereng. Dalam rilis Komunikasi Perusahaan BNI Syariah, Jumat (24/3) menyebutkan, selanjutnya RUPS LB mengangkat Abdullah Firman Wibowo, sebagai Direktur Utama dan Dhias Widhiyati sebagai Direktur. Dimana keduanya efektif setelah mendapat persetujuan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Firman, sebelumnya menjabat sebagai General Management Divisi Pengelola Perusahaan Anak BNI.
Dari track record Firman, sempat tercatat menjabat GM PPA, pernah juga menjabat sebagai GM Treasury dan International BNI. Sedangkan Dhias Widhiyati, sebelumnya SEVP Bisnis komersial BNI Syariah.
Kinerja Bisnis BNI Syariah 2016
Kinerja positif BNI Syariah tahun 2016 mengalami pertumbuhan positif dengan posisi laba sebesar Rp277,37 miliar. Atau meningkat 21,38% dari Desember 2015 sebesar Rp228,52 miliar. Kenaikan laba didukung komposisi rasio dana murah (CASA) yang meningkat yakni 47.63% lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 46,15% dan efisiensi penurunan biaya operasional (BOPO) menjadi 87,67% dimana sebelumnya sebesar 89,63%. Sementara dana pihak ketiga meningkat sebesar Rp24,23 triliun, tumbuh 25,41% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp19,32 triliun.
Dari segi aset BNI Syariah terus mengalami pergerakan positif yakni posisi per Desember 2016 sebesar Rp28,31 Triliun atau naik 23.01% dari posisi Desember 2015 sebesar Rp23,01 Triliun. Hal ini didukung dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp20,49 Triliun yang terbagi menjadi empat segmen diantaranya ritel produktif dan komersial sebesar Rp8,00 Triliun, pembiayaan konsumer sebesar Rp10,91 Triliun, pembiayaan mikro sebesar Rp1,20 Triliun dan hasanah card sebesar Rp367,59 Miliar dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan (NPF) tetap terjaga dibawah 3%.
Alhamdulillah, akhir 2016 market share BNI Syariah terhadap industri perbankan syariah sebesar 7,94% dengan memberikan kontribusi laba sebesar 13,23%. hal tersebut membawa BNI Syariah pada peringkat aset terbesar ke-3 di industri perbankan syariah kategori Bank Umum Syariah. Selain aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan juga menempati posisi ke-3 dengan NPF masih terjaga di bawah 3% dan di bawah rata-rata industri sebesar 4,42%.
Pada Ramadhan 2016 di Masjid Al Azhar, Kebayoran Jakarta selatan, Imam pernah mengatakan, sebelum kita lakukan muhasabah dan itikaf, saya ingin sampaikan pesan berikut.
Industri perbankan syariah sudah jalan di tempat dalam 3 tahun terakhir, market share 5% tidak tertembus di tengah populasi muslim yang mayoritas ini. “Kita berwacana tidak adanya keberpihakan pemerintah, awarenes masyarakat yang rendah dan beribu alasan yang kita susun rapi dengan sangat akademis untuk memenuhi kaidah logika,” ujarnya, dalam sambutan.
Seakan kita tidak yakin kalau ekonomi syariah adalah bagian dari risalah dakwah. Rasul dan sahabat tidak pernah meminta dibuatkan aturan khusus sebagai syarat tersebarnya syariat. “Bayangkan dari suku bangsa nomaden yang bodoh di tengah gurun gersang lahir peradaban dunia yang meruntuhkan kedigdayaan romawi, persia dan byzantium. Mustahil hanya pedang dan kuda yang jadi kuncinya,” ujar Imam.
Maka sudah sepatutnya pejuang ekonomi syariah sebagaimana disandang rekan-rekan saat ini memiliki kunci yang sama agar perbankan syariah bisa menjadi pemain utama, tidak duduk di tepi lapangan dengan hanya memegang 5% market share.
Lantas apa yang membuat mereka hebat bukanlah jumlah, melainkan kedekatannya kepada Al-Quran. Al-Quran yang membuat perbankan syariah hebat!! Maka di dalam bulan yang agung ini, di tengah i’tikaf nanti mendekatlah kepada Al-Quran, satukanlah semangat dan jiwa kita ke dalamnya. Ingat jangan berharap hasil yang berbeda jika apa yang kita lakukan masih sama,” ujar Imam saat itu.
Yakinlah, lanjut dia, apa yang kita lakukan bagian dari syiar Islam. Buat apa kita bekerja setiap hari 8,9,10 bahkan 12 jam sehari kalau tidak bisa mengantarkan kita ke surga. Mari jadikanlah perbankan Syariah sebagai wasilah kita untuk menggapai surgaNYA. (lin/wiy)