Din Prihatin Penangkapan Aktifis Muslim Terkait Aksi 313

“Bukankah menangkap mereka yang hanya beniat menegakkan kebenaran adalah bentuk ketidakadilan nyata. Sementara seseorang yang kasat mata berbuat kejahatan/melanggar hukum tapi bebas bergerak bahkan terkesan mendapat perlindungan,” ungkap Din lewat pesan WhatsApp Minggu (2/4) pagi waktu setempat.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini mengingatkan jangan sampai keadian Ilahi mencari jalannya sendiri, seperti disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 54. “Mereka merekayasa dan Allah membalas rekayasa mereka, sesungguhnya Dia Perekayasa Terbaik,” kata Din mengutip terjemahan ayat tersebut.

Sebagai informasi, Din Syamsuddin berada di Madinah, Saudi Arabia, dalam rangka menjadi pembicara dalam Simposium PPI Timur Tengah dan Afrika. Simposium mengambik tajuk ‘Revitalisasi Simpul Kebangsaan di Tengah Kemajemukan’. Simposium tersebut akan berlangsung 3-4 April 2017 di Hallroom Hotel Movenpick.

Ulama India Zakir Naik

Ulama kondang asal India, Zakir Naik, saat berbicara di Kota Bandung, Minggu (2/4), turut mengomentari pilihan pemimpin yang ideal untuk umat muslim. Hal itu dikatakan Zakir saat menjawab pertanyaan peserta safari dakwah bernama Ira Sofia. Pertanyaan dilontarkan seputar surat Al Maidah yang membahas soal kewajiban muslim memilih pemimpin.

Kata Zakir, hak memilih pemimpin dari nonmuslim hanya menjadi solusi alternatif jika tidak ada pilihan lain. Kata Zakir, pada Surat Al Maidah, tertera jelas umat muslim wajib tak boleh memilih pemimpin dari non muslim karena Islam tidak mengajarkan umatnya untuk meminta perlindungan kepada non muslim. “Jangan jadikan non muslim sebagai pemimpin, kalau ada pilihan lain. Kalau menjadikan nonmuslim sebagai pemimpin, maka kita tak akan dapat pertolongan Allah,” kata Zakir di aula Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Jawa Barat, Minggu 2 April 2017.

Ditegaskan, hal tersebut wajib dijalankan pemeluk Islam, karena alquran jelas merupakan petunjuk bagi orang-orang yang yakin. “Saya katakan sekali lagi, muslim tak boleh memilih non muslim, walaupun mungkin pemimpin itu melakukan pembangunan,” terangnya.

Zakir menilai, meski pemimpin non muslim memberikan kontribusi positif seperti pembangunan dengan membangun fasilitas ibadah, menekan angka kemiskinan, meningkatkan infrastruktur, tetap tidak menjalankan ibadah salat. “Dia membuat masjid, tapi apa artinya kalau pemimpin itu tidak salat? Allah mengatakan dalam alquran, kesuksesan bukan membangun gedung dan jalan, tapi sukses yang sebenarnya adalah iman. Ya, Iman percaya pada Allah.”

Jika anjuran tersebut tidak diindahkan dengan mengikuti orang non muslim yang tak sepaham dengan umat muslim, orang itu dikatakan Zakir telah melakukan kesalahan. Umat muslim Indonesia, pinta Zakir, agar tak lengah dan terlena dengan status populasi muslim paling banyak, bahkan di dunia. Menurutnya, dengan kekuatan tersebut, seharusnya menjadi bagian tanggung jawab bagi muslim di Indonesia untuk menyampaikan nilai-nilai alquran dan menjalankan apa yang telah diperintahkan agama. “Indonesia adalah dengan penduduk muslim terbanyak, tapi Anda punya tanggung jawab (menyampaikan al-quran),” ujar.

Menurutnya, apabila tanggung jawab tersebut tidak dijalankan dengan baik dan benar, maka Allah akan memberi peringatan dengan menggantikannya dengan orang lain. “Apabila kita tidak menyampaikan pesan Allah, Allah akan menggantikan Anda dengan orang lain. Contohnya kaum Yahudi, karena sombong, meremehkan orang Arab. Dengan wahyu alquran, bangsa Arab berubah (derajatnya ditinggikan),” tutupnya. (viv/rmol/JPG/lin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *