Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan, Muhammadiyah merupakan salah satu yang didekati pihaknya untuk tujuan ini. Ia mendorong Ormas terbesar ke dua di Indonesia terlibat partisipatif ke dalam BPJS Ketenagakerjaan.
“Ini bagian perluasan, Muhammadiyah ada potensi 500 ribu dari bisnis yang ada di sekitar Muhammdiyah. Selain internal dan mitra,” kata dia di Jakarta, Rabu (5/4).
Menurut dia, Muhammadiyah mempunyai Rumah Sakit yang sangat erat terkait dengan fungsi BPJS Ketenagakerjaan. Sebab BPJS Ketenagakerjaan memberikan klaim pelayanan kecelakaan kerja dari Rumah Sakit.
Untuk mengawali, kata dia, BPJS Ketenagakerjaan melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Muhammadiyah. Tindak lanjutnya mengarah ke sentra bisnis Muhammadiyah berupa Rumah Sakit dan lainnya.
Pada saat itu, Agus memanfaatkan pertemuan dengan menyosialisasikan program unggulan BPJS Ketenagakerjaan. Setidaknya ada empat poin penting yang diutarakannya.
Pertama, adanya jaminan kecelakaan kerja, kalau kecelakaan dan dirawat akan dirawat sampai sembuh. Banyak Rumah Sakit Muhammadiyah yang bisa dijalin kerjasama supaya memberikan pelayanan ke peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bahkan jika peserta cacat akan dilatih sampai sembuh.
Kedua, jika peserta meninggal dunia biasa akan ada santunan Rp24 juta dan ada beasiswa ke ahli waris mencapai Rp12 juta. Namun jika matinya karena kecelakaan akan dapat santunan 48 kali gaji. Ketiga, adanya jaminan hari tua dan keempat, jaminan pensiun.
Sementara, Haedar Nashir adalah Ketua Umum Muhammadiyah menyambut kerjasama ini. Meski tetap memperhatikan nilai kesyariahan. “Ini merupakan kesepahaman ikhtiar bersama langkah awal sosialisasi dan edukasi di persyaritan Muhammadiyah. Ke depan akan ada MoU yang lebih kongkrit. Program pemerintah akan kita sukseskan. Kita organisasi dakwah lebih bergumul ke umat di bawah,” katanya. (wiy/lin)