Oleh Anonyim *
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan Rahmat Allah yang menganugrahi kekuasaan dan menetapkan atas sesuatunya
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
- Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Celakalah kedua tangan, “Yaitu apa-apa yang diperbuat oleh Abu lahab, berbuat kejahilan (yang menentang perintah Allah dan merencanakan kejahatan kepada Rasul Allah dan terhadap orang yang beriman).
Sehingga perkataannya atas kedustaannya menfitah, mengadu domba, memaki mengumpat mencaci maki dan meneruskan berita yang tidak di ketahui kebenaran atas yang diteruskan-nya dan tanpa pengetahuan yang benar. Sesungguhnya dia akan ditanya atas perbuatanya dan perkataannya binasalah Abu lahab atas balasan Allah karena kedustaannya.
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
- Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
Yakni tiada berfaedah kepada-nya hartanya dan tiada berfaedah ilmu pengetahuannya serta apa apa di usahakanya serta amal ibadah yang di perbuat ya karena dia mengada Ngada tanpa pengetahuan yang benar.
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
- Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Maka hal itu kelak dia akan dimasukan kedalam api yang begolak yang menyiksanya atas perbuatanya menghasut dan mencela dan burbuat nista.
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
- Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yaitu istrinya yang dengan nafsunya mendorong untuk berbuat kejahilan dan kenistaan.
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
- Yang di lehernya ada tali dari sabut. Maka akan diikat pada lehernya dan para malaikat zabaniah menyeratnya kedalam apai neraka jahanam sebagai tempat kesudahanya.
Maha benarlah Allah atas apa apa yang difirmankanya untuk sebagai pelajaran atas orang orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian yakni akhirat..yaitu yang hidup. Selamanya dan tak pernah mati dalam kebahagian dan dalam. Kesengsaraan kekalah kesusahannya. Janji Allah itu benar adanya.
Mengutip almanhaj.or.id/ Dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara terang-terangan di kalangan kerabat dan keluarga dekatnya, ternyata tidak sia-sia, meskipun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendapatkan penentangan, terutama dari pamannya sendiri, yaitu Abu Lahab.
Seiring dengan dakwah jahriyah (secara terang-terangan) ini, dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap kerabat dekat beliau terus menggema di seantero kota Makkah, hingga akhirnya turun firman Allah:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. [al Hijr/15:94].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun segera mengambil langkah untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh penduduk Makkah. Disampaikanlah hakikat Islam. Dibantahlah aqidah-aqidah batil yang sudah mengakar di lubuk hari penduduk Makkah.
Beliau mengajak manusia, agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan kepercayaan paganisme. Dari sinilah kaum Quraisy melihat dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini sangat kuat pengaruhnya. Tak pelak, kaum Quraisy segera bangkit menghadang dakwah tauhid ini.
Berbagai macam cara mereka lakukan untuk menghadang dakwah yang bisa mengancam keberadaan mereka, dan yang mereka anggap akan menghancurkan harga diri, ambisi serta kedudukan mereka di tanah haram. Di antara cara dan sarana terpenting yang mereka gunakan untuk menghadang dakwah mulia ini ialah:
1. Kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Abu Thalib, agar ia menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menghentikan perlindungannya terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dikisahkan, bahwa sejumlah tokoh terkemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib dan berkata: “Sesungguhnya kemenakanmu telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita, mencela agama kita, menuduh pikiran kita bodoh, dan menganggap nenek moyang kita sesat. Pilihlah oleh engkau, menghentikannya atau engkau biarkan (tidak turut campur) antara kami dengan dia. Karena engkau dan kami sama-sama mengingkarinya, maka kami cukupkan engkau untuk menghentikannya”. Mendengar seruan ini, justru Abu Thalib menolaknya dengan lemah lembut.
2. Ketika kaum Quraisy tak berhasil menyurutkan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka pun melakukan ancaman keras kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Thalib. Meski demikian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap berkeras tidak menghentikan dakwahnya.
Begitu pula dengan Abu Thalib, ia tidak mau melepas perlindungannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Hingga akhirnya, kaum Quraisy betul-betul melancarkan ancamannya. Melihat keseriusan ini, maka akhirnya Abu Thalib menyampaikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keinginan mereka, yaitu agar beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghentikan dakwahnya terlebih dahulu.
Namun permintaan pamannya ini ditolak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan Ibnu Ishaq, al Bukhari dalam kitab tarikhnya, dan al Baihaqi dengan sanad hasan dari hadits Aqil bin Abi Thalib, bahwa Abu Thalib mengutusnya memanggil Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah itu, Abu Thalib berkata kepadanya: “Sesungguhnya Bani Pamanmu (Quraisy) mengatakan, bahwa engkau telah menyakiti mereka di majlis-majlis dan tempat ibadah mereka. (Maka) berhentilah dari menyakiti mereka”.
Mendengar ungkapan pamannya ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendongakkan pandangannya ke langit sambil berkata: “Apakah kalian melihat matahari itu?” Mereka menjawab,”Ya.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi: “Aku tidak mungkin mampu meninggalkan hal itu (dakwah Islam, Red.), walaupun kalian dapat mengambil cahaya dari matahari tersebut”.
Melihat kekokohan kemenakannya, maka Abu Thalib pun berkata: “Demi Allah! Kemenakanku tidak berdusta, maka kembalilah kalian!” Ancaman kekerasan juga menimpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad, al Bukhari dan at-Tirmidzi, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عِنْدَ الْكَعْبَةِ لَآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ قَالَ فَقَالَ لَوْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا
Beliau berkata: Abu Jahl pernah berkata: “Seandainya aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di Ka’bah, tentu aku akan mendatanginya, hingga menginjak lehernya”. Ibnu ‘Abbas berkata: Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya ia berbuat, tentulah para malaikat akan menyiksanya secara terang-terangan”.
3. Mereka melontarkan tuduhan batil kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan tujuan agar manusia menjauhi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara tuduhan tersebut ialah:
a. Menuduh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam gila. Sebagaimana disebutkan firman Allah:
وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ
Mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan al Qur`an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila”. [al Hijr/15:6]. Lalu Allah membantah dengan firmanNya:
مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ
Berkat nikmat Rabbmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. [al Qalam/68:2]. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan tuduhan mereka tersebut dalam firmanNya yang lain:
وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Qur`an dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”. [al Qalam/68:51].
b. Mereka menuduh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tukang sihir atau terkena sihir. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tuduhan mereka dalam firmanNya:
وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَٰذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. [Shad/38:4]
Dan firmanNya:
إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا
Dan orang-orang yang zhalim itu berkata: “Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir”. [al Furqan/25:8].
c. Mereka juga menuduh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuat dusta. Tentu saja tuduhan ini sangat tidak beralasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah tuduhan tersebut dalam firmanNya:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ ۖ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا
Dan orang-orang kafir berkata: “Al Qur`an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain,” maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezhaliman dan dusta yang besar. [al Furqan/25:4].
d. Mereka juga melontarkan tuduhan, bahwa Muhammad hanyalah membawa dongengan-dongengan orang-orang terdahulu. Ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَىٰ عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang”. [al Furqan/25:5]
e. Mereka juga melakukan syubhat, menuduh al Qur`an bukan dari Allah, namun berasal dari manusia. Allah menyebutkan tuduhan mereka dalam firmanNya:
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ ۗ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: “Sesungguhnya al Qur`an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedangkan al Qur`an adalah dalam bahasa Arab yang terang. [an Nahl/16:103].
Demikian tuduhan dan syubhat yang mereka lontarkan ke hadapan manusia pada zaman itu. Sebagai sarana orang-orang Quraisy membendung dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Perilaku nista mereka, juga nampak pada para penentang dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada masa ini. Tak segan mereka melakukan kebohongan untuk menahan laju dakwah tauhid ini. Billahit-Taufiq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11//Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Footnote
[1]. Riwayat ini disampaikan Ibnu Hisyam dari riwayat Ibnu Ishaq tanpa sanad periwayatan. Sehingga riwayat ini lemah, walaupun mashur dalam buku-buku sejarah Nabi. [2]. Syaikh al Albani dalam kitab Shahih as-Sirah an-Nabawiyah, hlm. 143 mengatakan: “Hadits ini telah dikeluarkan al Hakim dalam al Mustadrak (3/577) dari sisi lain, yang tidak sama dengan riwayat al Baihaqi ini.
Dan dalam sanadnya terdapat Thalhah bin Yahya dari Musa bin Thalhah dari Aqil. Sanadnya hasan sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab ash-Shahihah, 92. Adapun hadits yang berbunyi: ‘Wahai pamanku! Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku …,’ tidak saya sampaikan disini, kerena (riwayatnya) lemah walaupun sangat masyhur. Tentang lafazh ini telah dijelaskan dalam kitab ad-Dhaifah, 913”. [3].
Al Musnad (1/368), al Bukhari (4958) dan at-Tirmidzi (3406). Referensi: https://almanhaj.or.id/1053-mereka-menghambat-dakwah-dan-melontarkan-tuduhan-dusta.html
Kezaliman yang Paling Besar
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: ( اَلَّذِيْنَ آمَنُوا وَ لَمْ يَلْبِسُوا إِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ). قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَيُّنَا لَمْ يَظلِمْ ؟. فَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى: (إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ) رواه: البخاري
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dari Nabi SAW, kata Abdullah bin Mas’ud: Ketika ayat ini turun (yang artinya): “…. yaitu orang-orang yang beriman dengan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman (al-Qur’an, surat Al An’am:82), para sahabat Rasulullah SAW bertanya, “Apa ada diantara kami orang yang tidak berbuat zalim?”
Lalu Allah SWT menurunkan ayat (yang artinya): sungguh, syirik adalah kezaliman yang besar.” (al-Qur’an, surah Luqman:13). (HR. Bukhari no.32)
sumber: Kitab Shahih Al-Bukhari/Rabu 13 Sya’ban 1443 H
Pemimpin yang Adil
حَدَّثَنَا فُضَيْلٌ عَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَشَدَّهُ عَذَابًا إِمَامٌ جَائِرٌ
Telah menceritakan kepada kami Fudhail dari ‘Athiyyah dari Abu Sa’id ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah ‘azza wajalla pada hari kiamat dan paling dekat tempat duduknya dari Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan paling keras siksaannya adalah pemimpin yang zalim.” (HR Ahmad No:10745).
Pengajaran:
- Orang yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan paling dekat tempat duduk di sisi Allah ialah pemimpin yang adil.
- Pemimpin yang adil adalah satu daripada tujuh golongan yang mendapat naungan di padang mahsyar. Hadis Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَوْ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ
Dari Abu Hurairah atau dari Abu Sa’id, Rasulullah SAW bersabda: “Tujuh (golongan) yang akan dinaungi Allah pada hari di mana tidak ada naungan lain kecuali naunganNya; pemimpin adil. (Hadis Tirmidzi No: 2313) Status: Hadis Hasan Sahih.
- Syarah Musim: Imam ialah orang yang yang diserahkan padanya urusan dan maslahah umat Islam termasuk pegawai dan pemerintah. Dalam Sunan Tirmizi: Imam yang adil disebut sebagai golongan terawal mendapat perlindungan di Padang Mahsyar kerana kepentingan dan faedahnya kepada umat.
- Keistimewaan ini hanya diberi kepada mereka yang adil dalam perkara yang diamanahkan sama ada mereka itu khalifah, imamah, wakil rakyat, hakim, ketua jabatan, pegawai kerajaan, penjaga anak yatim juga dalam perkara yang wajib ke atasnya, keluarga dan lainnya.
- Ibn Hajar berkata: Imam yang dicintai Allah dalam hadis ini adalah orang yang melaksanakan tanggungjawab terbesar mengendalikan urusan umat Islam dan ia berlaku adil padanya.
- Orang yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan paling keras siksaan untuknya adalah pemimpin atau penguasa yang zalim dan menzalimi rakyat atau orang bawahannya.
- Ayuh, setiap kita yang diberi tanggungjawab mengurus umat ini, jangan sesekali berbuat zalim dengan tidak melaksanakan amanah yang diberi atau berlaku cuai ketika melaksanakannya seperti rasuah, pecah amanah, pengadilan terpilih, racis, melakukan penipuan, membohongi rakyat dll. Berusahalah mewujudkan tadbir urus yang baik melalui kepimpinan yang adil dan berintegriti. (11hb Mac 2022/08hb Syaaban 1443H.)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
﷽ قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْـفَوَا حِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَ الْاِ ثْمَ وَا لْبَـغْيَ بِغَيْرِ الْحَـقِّ وَاَ نْ تُشْرِكُوْا بِا للّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan-perbuatan yang keji, sama ada yang nyata atau yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, dan perbuatan menceroboh dengan tidak ada alasan yang benar; dan (diharamkanNya) kamu mempersekutukan sesuatu dengan Allah sedang Allah tidak menurunkan sebarang bukti (yang membenarkannya), dan (diharamkanNya) kamu memperkatakan terhadap Allah sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya.”
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada tempoh (yang telah ditetapkan); maka apabila datang tempohnya, tidak dapat mereka dikemudiankan walau sesaatpun, dan tidak dapat pula mereka didahulukan.”
صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيْم ﺁﻣِﻴْﻦُ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦ (QS. Al-A’raf 7 Juz 8: 33-34)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Siapa yang pernah berbuat aniaya (dzolim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham.
Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kedzolimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang didzoliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”. (HR. Al-Bukhari no. 2449)
*) penulis tidak ditemukan hingga berita ini ditayangkan namun artikel ini menjadi pesan berantai sehingga layak dicopas
sumber: WAGroup PA Al-Wasliyah P.Brayan (postRabu23/3/2022/chiuexaja265)/ WAGroup RELAWAN SOBAT ANIES JKT (postKamis17/3/2022/0403)/WAGroup pecinta ulama (postSabtu12/3/2022/andinomaulana4)