Biden Yakin Menangi Pemilu AS, Petahana Trump Ajukan Gugatan ke Mahkamah Agung Walau Bukan Penentu

Capres petahana Presiden AS Donald Trump. foto: pikiranrakyat.com di internet

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menginginkan Mahkamah Agung (MA) AS turun tangan dalam pemilihan presiden (pilpres) 3 November 2020 yang hasilnya masih terlalu dini untuk diketahui, walau lembaga tersebut mungkin bukan penentu akhir dalam pemilihan ini.

semarak.co-Para ahli ragu bahwa pengadilan-pengadilan akan mendukung upaya kandidat petahana Trump untuk menghentikan penghitungan surat suara yang diterima sebelum atau pada Hari Pemilihan.

Bacaan Lainnya

Mereka juga meragukan setiap perselisihan yang mungkin ditangani pengadilan akan mengubah arah persaingan di negara-negara bagian yang diperebutkan dengan ketat, seperti Michigan dan Pennsylvania.

Dengan pemungutan suara yang masih dihitung di banyak negara bagian pada Rabu pagi (4/11/2020) waktu setempat, Trump muncul di Gedung Putih dan secara tidak benar menyatakan kemenangan atas penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden.

Trump sebelumnya selama kampanye mencela pemungutan suara melalui surat. Menurutnya, tanpa memberikan bukti, pemungutan suara melalui surat menyebabkan penipuan yang sebetulnya jarang terjadi dalam pemilu AS.

Berpegang pada hal itu, Trump mengatakan, ini penipuan besar di negara kita. “Kita ingin hukum digunakan dengan cara yang tepat. Jadi kami akan maju ke Mahkamah Agung AS. Kami ingin semua pemungutan suara dihentikan,” kecamnya.

Trump tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaim penipuan atau merinci litigasi apa yang akan dia kejar di Mahkamah Agung (MA).

Kemudian Rabu (4/11/2020), tim kampanye Trump mengajukan diri untuk campur tangan dalam kasus yang sedang dibahas di MA dalam upaya memblokir penghitungan surat suara yang datang belakangan di Pennsylvania.

Tim kampanye Trump dan para anggota Partai Republik lainnya telah mengajukan berbagai keluhan di beberapa negara bagian lain termasuk upaya untuk menghentikan penghitungan suara di Michigan. Hingga Rabu malam (4/11/2020), hasil pemilihan bagi kedua kandidat seimbang.

Sejumlah negara bagian yang diperebutkan secara ketat kemungkinan memutuskan hasilnya dalam beberapa jam atau baru dalam beberapa hari mendatang karena sejumlah besar surat suara yang dikirim di tengah pandemi virus corona tampak telah menunda proses penghitungan.

Namun, para ahli hukum mengatakan bahwa meskipun mungkin ada keberatan terhadap surat suara tertentu atau prosedur pemungutan suara dan penghitungan, tidak jelas apakah perselisihan semacam itu akan menentukan hasil akhirnya.

Ned Foley, seorang ahli hukum pemilu di Universitas Negara Bagian Ohio, mengatakan pemilu saat ini tidak memiliki materi yang akan menciptakan situasi seperti dalam pemilihan presiden tahun 2000, yaitu ketika Mahkamah Agung mengakhiri penghitungan ulang dengan hasil George W. Bush menang atas Al Gore dari Demokrat.

“Ini masih sangat awal, tetapi saat ini tampaknya tidak jelas bagaimana hal ini akan berakhir di mana Mahkamah Agung AS akan mengambil keputusan,” kata Foley.

Baik Partai Republik dan Demokrat telah mengumpulkan pasukan pengacara yang siap berdebat sengit. Tim Biden termasuk Marc Elias, seorang pengacara pemilu terkemuka di firma Perkins Coie, serta dua mantan solicitor general, Donald Verrilli dan Walter Dellinger.

Para pengacara Trump antara lain adalah Matt Morgan, penasihat umum kampanye presiden, William Consovoy, pengacara spesialis gugatan Mahkamah Agung, serta Justin Clark, penasihat senior kampanye. Pengacara Trump Jenna Ellis Rabu (4/11/2020) membela upaya Trump menentang penghitungan suara dan mengevaluasi opsi hukumnya.

“Jika kita harus melalui tantangan hukum ini, itu belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ellis kepada Fox Business Network saat wawancara. “Beliau ingin memastikan bahwa pemilu tidak dicurangi,” ujar Ellis.

Kasus paling mungkin yang sedang ditangani MA adalah sengketa Pennsylvania, yaitu Partai Republik mengajukan banding terhadap keputusan pada September oleh pengadilan tinggi Pennsylvania yang mengizinkan surat suara dengan cap pos pada Hari Pemilihan serta diterima hingga tiga hari kemudian, untuk dihitung.

MA sebelumnya menolak untuk mempercepat banding Partai Republik. Tapi, tiga hakim konservatif tetap membuka kemungkinan untuk mengangkat kasus ini lagi setelah Hari Pemilu.

Bahkan jika pengadilan akan menangani kasus dan aturan untuk Partai Republik, pengadilan mungkin tidak menentukan pemungutan suara akhir di Pennsylvania, karena kasus ini hanya menyangkut surat suara yang diterima setelah 3 November.

David Boies, yang mewakili Gore pada 2000, mengatakan tidak mungkin tim kampanye Trump akan berhasil dalam upayanya yang ketiga kali untuk memblokir tenggat waktu yang diperpanjang.

“Saya pikir ini lebih merupakan harapan,” kata Boies. Ia menambahkan bahwa hasil Pennsylvania bahkan bisa menjadi tidak relevan, tergantung pada hasil di Michigan dan Wisconsin.

Dalam kasus Pennsylvania yang diajukan ke pengadilan federal di Philadelphia, Partai Republik menuduh pejabat di pinggiran kota Montgomery County menghitung secara ilegal surat suara lebih awal dan memberi kesempatan kepada pemilih yang menyerahkan surat suara yang rusak untuk memilih ulang.

Jika Biden mengamankan 270 suara elektoral tanpa membutuhkan Pennsylvania, kemungkinan perselisihan hukum di negara bagian itu berkurang, kata para ahli hukum. Dan adanya penolakan juga harus melalui hierarki pengadilan yang biasa.

“Menurut saya, Mahkamah akan segera menolak segala upaya Presiden atau tim kampanyenya untuk memperpendek proses hukum biasa. Bahkan Bush v. Gore melalui pengadilan Negara Bagian Florida lebih dulu,” kata Steve Vladeck, profesor di University Texas di Austin School of Law.

Joe Biden dari Partai Demokrat pada Rabu (4/11/2020) mengatakan dia sedang mengarah pada kemenangan atas Presiden Donald Trump dalam pemilihan Amerika Serikat setelah unggul di dua negara bagian penting di kawasan Midwestern, yaitu Wisconsin dan Michigan.

Sementara itu, Trump sang petahana dari Partai Republik mengajukan tuntutan hukum dan penghitungan ulang. Wisconsin dan Michigan memberi Biden, mantan wakil presiden, dorongan penting dalam pertarungan untuk mengumpulkan 270 suara elektoral yang dia dibutuhkan untuk memenangi Gedung Putih.

Trump menang di dua negara bagian itu pada pilpres 2016. Kekalahan di Wisconsin dan Michigan akan mempersempit jalannya untuk mengamankan kursi kepresidenan periode kedua.

“Dan sekarang setelah malam penghitungan yang panjang, jelas bahwa kami memenangi cukup banyak negara bagian untuk mencapai  270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk memenangi kursi kepresidenan,” kata Biden di negara bagian tempatnya berasal, Delaware.

Ia muncul bersama pasangannya, calon wakil presiden Kamala Harris. “Saya di sini bukan untuk menyatakan bahwa kami telah menang. Tapi saya di sini untuk melaporkan bahwa ketika penghitungan selesai, kami yakin akan menjadi pemenang,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, manuver hukum Trump merupakan upaya luas untuk memperebutkan hasil pemilu yang belum diputuskan, satu hari setelah jutaan warga negara AS datang di tempat pemungutan suara, di tengah pandemi virus corona yang telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat.

Manuver berlangsung setelah Trump pada Rabu pagi melancarkan serangan terhadap integritas suara, ketika sang presiden secara tidak benar mengklaim kemenangan dan menyatakan tanpa pembuktian bahwa Demokrat akan mencoba mencurangi pemilihan.

Biden mengatakan, “Setiap suara harus dihitung. Tidak ada yang akan bisa melucuti demokrasi kita, tidak sekarang, tidak untuk selamanya. Amerika sudah begitu jauh melangkah, Amerika sudah melewati begitu banyak perjuangan, Amerika sudah menanggung terlalu banyak untuk membiarkan itu terjadi.”

Trump berusaha menghindar menjadi presiden AS petahana pertama yang kalah dalam pemilihan ulang sejak George H.W. Bush pada 1992.

Biden memenangi Michigan dengan 67.000 suara, atau 1,2 persen dan unggul di Wisconsin dengan lebih dari 20.000 suara, atau 0,6 persen, menurut angka dari Edison Research, yang memproyeksikan Biden sebagai pemenang di Michigan.

Beberapa media memproyeksikan Biden sebagai pemenang di Wisconsin, namun Edison tidak melakukannya dengan alasan penghitungan ulang yang tertunda.

Undang-undang Wisconsin mengizinkan seorang kandidat untuk meminta penghitungan ulang jika marginnya di bawah satu persen. Langkah itulah yang akan diambil oleh tim kampanye Trump.

Ketikan menanggapi gugatan penghitungan suara Michigan, Ryan Jarvi, juru bicara jaksa agung negara bagian itu, mengatakan pemilihan telah “dilakukan secara transparan.”

Pemungutan suara selesai sesuai jadwal pada Selasa (3/11) malam, tetapi banyak negara bagian biasanya membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan penghitungan suara.

Ada lonjakan jumlah surat suara secara nasional di tengah pandemi. Negara-negara bagian lain yang diperebutkan dengan ketat,termasuk Arizona, Nevada, Georgi,a dan North Carolina masih menghitung suara, sehingga membuat hasil pemilihan nasional tidak pasti.

Saat ini, tidak termasuk Wisconsin, Biden memimpin atas Trump dengan perolehan suara elektoral 243 berbanding 213. Jumlah suara elektoral di setiap negara bagian sebagian besar didasarkan pada populasi di sana.

Perdebatan pascapemungutan suara itu merupakan puncak dari rangkaian kampanye sengit di tengah pandemi, yang telah membunuh lebih dari 233.000 orang di Amerika Serikat dan membuat jutaan orang menganggur. Negara itu juga bergulat dengan kerusuhan berbulan-bulan melalui aksi-aksi protes atas rasisme dan kebrutalan polisi.

Para pendukung kedua kandidat mengungkapkan kemarahan, frustrasi, dan ketakutan karena tidak melihat kejelasan soal kapan pemilu akan diselesaikan. Trump memimpin di Georgia dan North Carolina, sementara keunggulannya menyusut di Pennsylvania.

Tanpa Wisconsin dan Michigan, dia harus menang di ketiga negara bagian tersebut, ditambah Arizona atau Nevada, tempat Biden memimpin dalam penghitungan terbaru suara. Biden akan menjadi calon presiden Demokrat kedua yang memenangi Arizona dalam 72 tahun. Trump menang di negara bagian itu pada 2016.

Di Pennsylvania, keunggulan Trump turun menjadi sekitar 320.000 suara pada saat para petugas secara bertahap menyelesaikan penghitungan jutaan surat suara yang masuk, yang tampaknya akan menguntungkan Biden.

Manajer kampanye Trump, Bill Stepien, menyebut presiden sebagai pemenang di Pennsylvania, meskipun pejabat di negara bagian tersebut belum menyelesaikan penghitungan. Biden mengatakan dia merasa “sangat baik” tentang peluangnya di Pennsylvania.

Menyangkut perolehan suara keseluruhan secara nasional, posisi Biden pada Rabu berada di depan Trump, dengan memperoleh sekitar tiga juta lebih suara.

Trump pada pilpres 2016 menang atas kandidat Demokrat, Hillary Clinton, setelah mencatat keunggulan di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran penting meskipun Hillary memperoleh sekitar tiga juta suara lebih banyak dibandingkan Trump secara nasional. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *