Beredar Anekdot Tiga Polisi Jujur, Kapolri Sigit Optimistis Aparat Berubah Lebih Baik

Grafis quote Gus Dur yang beredar menjadi anekdot tentang tiga polisi jujur. Foto: id.quora.com

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo merespon anekdot tentang tiga Polisi jujur, yaitu Polisi tidur, Patung Polisi, dan Jenderal Polisi Hoegeng yang beredar luas di masyarakat.

semarak.co-Kapolri Jenderal Sigit menyebut, sikap dan pandangan masyarakat terhadap Polri akan semakin berubah menjadi lebih baik. Mengingat masih banyak anggota-anggota polisi yang teladan.

Bacaan Lainnya

“Saya optimistis dapat mewujudkan hal tersebut. Dimana saat ini masih banyak sekali personel Polri yang memiliki sikap teladan serta benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom masyarakat,” tulis Kapolri di akun Instagram pribadi, Sabtu (6/11/2021) seperti dilansir beritabatavia.com/Sabtu, 06 November 2021 15:58:44

Menurut Jenderal Sigit, proses mengubah citra Polri di tengah masyarakat merupakan sebuah tantangan. Adapun humor yang menyebut hanya ada tiga polisi yang jujur merupakan bentuk legitimasi dalam mencari sosok polisi yang berintegritas. “Padahal nyatanya Polri punya Jenderal Hoegeng yang sangat jujur dan berintegritas saat bertugas,” ujarnya.

Lulusan AKPOL 1991 itu merincikan sejumlah personel Polri yang memiliki integritas tinggi dalam bertugas, seperti Aipda Muji di Balikpapan. Anggota Polri itu disebut menemukan tas berisi uang Rp48 juta dan mengembalikan ke pemiliknya tanpa pamrih.

Kemudian, Aiptu Jailani di Gresik. Jailani dikenal tegas dan anti suap terhadap pelanggar lalu lintas. Selanjutnya Brigadir Piether Paembonan di Mamuju menyekolahkan 178 anak putus sekolah. Serta, Aiptu I Nyoman Ardana di Bali mengumpulkan buku bekas dan membuat program Baca Keliling.

“Tentunya, masih banyak lagi sosok figur anggota Polri yang jujur dan terbukti memiliki integritas yang tinggi serta mampu menginspirasi para personel lainnya. Untuk saat ini, Polri akan terus berbenah menjadi Polri yang diharapkan dan dicintai masyarakat,” kata Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Mengutip kompasiana.com/jameszhang/5 November 2021   08:01 WIB/Siapa tak kenal dengan Jenderal Hoegeng, mantan Kapolri yang dikenal bersih dan hidup bersahaja. Cerita seputaran Jenderal Hoegeng sudah melegenda, demi mempertahankan prinsip hidupnya ia harus memilih jalan yang terjal dan berliku, seperti ikan salmon.

Kini harapan akan sosok Jenderal Hoegeng ini kembali muncul dengan gebrakan yang dilakukan oleh pak Kapolri saat ini -Jenderal Listyo. Bermula dari instruksi kepada jajaran kepolisian dibawahnya untuk berbenah, bila tidak sanggup berbenah maka hukuman sudah menunggu.

Istilah yang saat ini populer dari pernyataan Jenderal Listyo – ikan busuk dimulai dari kepalanya. Oleh karena itu jika tak sanggup berubah menjadi lebih baik, maka jabatan harus ditanggalkan.

Tak butuh waktu lama, belum genap hitungan bulan, instruksi ini sudah memakan “korban” beberapa Kapolres mendapatkan evaluasi dan beberapa dicopot dari jabatannya. Pada awal ditunjuk sebagai Kapolri pilihan Presiden Joko Widodo, terbersit sedikit keraguan, apakah beliau bisa memenuhi harapan masyarakat yang tinggi terhadapnya?

Prof Kiki, pengamat kepolisian mengungkapkan bahwa teman sesama Jenderal Listyo semasa pendidikan di akademi kepolisian, bercerita bahwa beliau orang yang sangat pendiam. Jarang bicara.

Sedangkan tugas seorang kapolri selain berbicara kedalam kepada bawahan diinstitusinya, juga harus berbicara kepada masyarakat. Bagaimana ini – bahkan beberapa pengamat menganjurkan agar kapolri yang baru diangkat ini dibantu oleh tim humas yang handal.

Tapi semua keraguan itu ditepis oleh Jenderal Listyo dengan komunikasi yang membumi dan tegas tanpa interpretasi katanya: ikan mulai busuk dari kepala dan jika tidak mampu melakukannya saya akan ambil alih.

Sepertinya cara kerja mentor beliau yakni Presiden Joko Widodo sudah mengalir dalam setiap hembusan dan tarikan nafasnya. Sedikit berbicara tetapi banyak bekerja. Dalam sebuah kesempatan menkopolhukam Mahfud MD pernah berkata, Jenderal Listyo tidak pernah terdengar melakukan lobby-lobby agar terpilih menjadi Kapolri.

Lalu sipewawancara bertanya kepada beliau, kira-kira apa yang menyebabkan itu bisa terjadi. Sambil tersenyum Mahfud MD berkata bahwa ia sudah yakin bahwa Presiden akan memilihnya sebagai Kapolri berikutnya menggantikan Jenderal Idham Aziz. Jadi tak perlu lagi lobby-lobby.

Kiranya, hubungan yang sudah sangat baik antara Presiden Joko Widodo dan Kapolri ini menjadi modal yang besar menuntaskan tugas menciptakan kepolisian yang handal serta profesional. Sepertinya peristiwa Jenderal Hoegeng yang diberhentikan di tengah jalan tak akan terulang, yakni ketidakcocokan antara beliau dan pimpinannya. Semoga. (net/via/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *