Belanja Iklan Pencitraan Prabowo dan Ganjar Berkali Lipat Dinilai untuk Tutupi Rekam Jejak yang Buruk, Akademisi: Tunjukkan Regulasi KPU Lemah

Presiden Joko Widodo meninjau lokasi pengembangan food estate atau lumbung pangan nasional dalam kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020). Lokasi yang pertama ditinjau untuk menjadi lumbung pangan baru di luar Pulau Jawa tersebut terletak di Desa Bentuk Jaya, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden di kompas.com/google.co.id

Belanja iklan untuk 3 bakal calon presiden (capres) yang sudah resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) ternyata cukup fantastis. Terutama capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang mencapai hitungan miliaran rupiah.

semarak.co-Informasi yang dihimpun KBA News, untuk capres Prabowo mencapai Rp8,67 miliar. Sementara Ganjar mencapai Rp3,61 miliar. Sementara untuk Anies tak sampai hitungan miliar atau hanya Rp930 juta. Angka-angka tersebut dirilis oleh Ad Library dari Meta Platform. Kemudian sebelumnya juga sempat diberitakan kompas.id dan kompas.com.

Bacaan Lainnya

Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Umar Sholahuddin mengaku sudah tahu adanya informasi tersebut. Bahwa belanja iklan untuk tiga bacapres yang cukup besar dan terkesan njomplang satu dengan lainnya.

“Secara aturan memang belum masuk masa kampanye dan ini yang dimanfaatkan pasangan calon atau paslon. Terutama yang banyak bohirnya atau uang,” kata Umar di Surabaya, Jawa Timur, Kamis 2 November 2023 dilansir kbanews.com,2 November 2023 1:12 PM.

Nilai iklan yang fantastis tersebut menurutnya, terutama bagi capres Prabowo dan Ganjar menunjukkan regulasi KPU sangat lemah. Dan celah ini yang dimanfaatkan paslon yang banyak bohirnya. Agar tak terulang lagi ke depan, pesan Umar, hal begini harus ditertibkan.

“Dan harus ada regulasi ketat yang mengatur. Mestinya KPU sebagai wasit buat aturan yang jelas dan tegas. Meski belanja iklan cukup banyak, belum tentu sama hasilnya dengan elektabilitas di mata Masyarakat,” ungkap Umar lagi.

“Ini soal siapa pemimpin yang merakyat dan juga pemimpin yang pencitraannya merakyat. Saya yakin rakyat pemilih udah semakin cerdas. Apalagi era medsos, semuanya terbuka,” demikian Umar menambahkan kemudian mencontohkan pada politisi Hari Tanoe.

“Hari Tanoe sumberdaya ekonomi luar biasa. Tapi gak ngangkat juga masuk parlemen Partai Perindo yang dibentuk Hari Tanoe. Dana poles politik saat ini memang besar. Apalagi disalurkan via media online. Tapi saya yakin masyarakat pemilih lebih pinter mana yang original mana yang polesan atau artifisial,” pungkasnya.

Di bagian lain secara terpisah Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Aad Satria Permadi mengatakan, belanja iklan kampanye yang berlebihan disebabkan tiga faktor. Jika capres dianalogikan dengan sebuah produk, maka tiga faktor itu adalah karena rendahnya kualitas produk, untuk menutupi kekurangan produk, dan ada ketakutan.

“Kalau barang itu tidak laku, maka biaya iklannya harus lebih banyak. Jadi semakin besar biaya iklannya, maka semakin besar kekurangan produk tersebut,” kata Aad seperti kemudian dilansir kbanews.com, 2 November 2023 3:34 PM.

Akademisi kelahiran Waingapu, 7 Februari 1985 ini mengurai, meskipun Prabowo dan Ganjar termasuk capres yang disokong penguasa dan didukung dengan hasil survei yang selalu menempatkan keduanya pada posisi teratas, namun jumlah pemilih yang tidak loyal (swing voters) relatif tinggi.

Inilah yang menjelaskan mengapa keduanya perlu merogoh kantong cukup dalam untuk memoles citra diri lewat iklan. “Artinya gak loyal,” terang Aad, akademisi yang memiliki kepakaran dalam bidang psikologi sosial, politik, dan Islam, dikutip KBA News di Surakarta, Jawa Tengah.

Selanjutnya, tokoh muda yang sedang menyelesaikan studi doktoralnya di Universiti Kebangsaan Malaysia ini menyoroti motif besarnya belanja iklan Prabowo dan Ganjar untuk menutupi kegagalan dan rekam jejak yang buruk di masa lalu demi menghapus ingatan publik.

Prabowo misalnya, untuk menambal proyek food estate yang berantakan. Sementara Ganjar untuk memudarkan kesan dirinya yang merasa tidak bersalah menonton konten dewasa, kasus proyek tambang Wadas, dan banyak lagi lainnya. Kemudian Aad mempersilakan untuk cek sendiri jejak digitalnya.

“Ini salah satu track record yang gagal. Dan ini track record yang harus diperbaiki dengan biaya yang tinggi. Paling nggak biaya untuk melupakan track record buruk itu kan dengan memproduksi isu-isu baru,” ucap Aad sarjana dan magister psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Penulis jurnal ilmiah berjudul Efektivitas Pelatihan Parenting Self-efficacy pada Anggota Pimpinan ‘Aisyiyah Kabupaten Sleman tahun 2023 ini menambahkan, ada kecemasan atau ketakutan yang membayangi Prabowo dan Ganjar sebagai faktor ketiga yang menjelaskan tingginya biaya iklan kampanye dari keduanya, meskipun angka survei sudah menempatkan namanya di urutan awal.

“Ada ketakutan,” tandas Aad yang coba membangun konteks dengan pernyataan Budi Arie Setiadi (Ketum Projo) beberapa waktu lalu ihwal keinginan kubu penguasa ingin tetap menang agar tidak ada konsekuensi hukum jika kalah dan kebijakan sebelumnya dipersoalkan. (net/kba/smr)

Pos terkait