Bank Syariah Indonesia Dukung Halal Lifestyle lewat Industri Fesyen

(kiri ke kanan) Collaborative Partner Of Jenna&Kaia Enno Lerian, Owner & Chief Creative Officer Jenna&Kaia Lira Krisnalisa, CEO Jenna&Kaia Muhammad Aditya Sumbahan dan Head Of Wealth Management Group BSI Vita Andrianty pada event Jenna&Kaia 6th Anniversary di Good Rich Suite Artotel Portofolio, Jakarta (27/01). Foto: humas BSI

PT Bank Syariah Indonesia (BSI) mendukung Halal Lifestyle, salah satunya lewat industri fesyen di Tanah Air seiring potensi pasar yang besar dan upaya mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia.

semarak.co-Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan, bank syariah sebagai salah satu bagian penting sektor keuangan syariah juga memiliki peran signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal di Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Bank Syariah Indonesia hasil penggabungan tiga bank milik Himbara saat ini menjadi bank syariah terbesar di Indonesia. Kami sadar bahwa dengan status ini menjadikan tanggung jawab moral semakin besar untuk aktif mendukung pengembangan industri halal yang ada di Indonesia termasuk industri fesyen,” kata Anton dalam sambutannya.

Menilik data Kementerian Perdagangan (Kemendag), industri fesyen muslim memiliki pasar yang besar yakni mencapai US$11 miliar. Adapun sejauh ini Indonesia hanya mengekspor sebesar US$500 juta.

Menyadari besarnya peluang untuk pertumbuhan di industri fesyen muslim ini, BSI sebagai bagian dari ekosistem ekonomi syariah di Indonesia, akan mendukung upaya pengembangan dan optimalisasi potensi tersebut, salah satunya memperkuat sinergi para pelaku di industri, termasuk para perancang busana.

“BSI akan terus menyesuaikan berbagai kebijakan dan strategi bisnisnya ke depan dengan melihat potensi pengembangan pada sektor fesyen muslim selain sektor makanan & minuman halal, dan farmasi & kosmetik halal,” ujar Anton seperti dirilis humas BSI melalui WAGroup Media BSI, Kamis (27/1/2022).

BSI memiliki variasi solusi untuk membantu pengembangan ekosistem industri halal di Indonesia, kata Anton, seperti untuk halal supply chain, intermediasi antara investor halal domestik dan global, dan layanan berbasis Super App Mobile Banking untuk kemudahan transaksi keuangan di industri halal.

“Dukungan sektor keuangan syariah, termasuk komitmen kuat BSI tersebut diharapkan dapat mewujudkan harapan menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim bahkan pusat industri halal dunia,” papar Anton lagi.

Pasalnya, lanjut dia, sesuai data riset dari State of the Global Islamic Economy Report, industri halal menyimpan potensi besar hingga mencapai Rp4.000 triliun. Potensi industri halal tersebut terdiri dari halal food, media, tourism, pharmacy, fesyen, kosmetik dan umrah.

Secara umum, potensi nilai industri halal di Indonesia diproyeksikan tetap bertumbuh pada tahun 2022. Kondisi ini juga didukung dengan beberapa event di sektor industri halal yang akan digelar di tahun 2022.

Sinergi Perkuat Ekosistem

Sebagai salah satu bentuk dukungan pengembangan halal lifestyle, BSI bersinergi dengan Jenna& Kaia dalam gelaran fesyen event bertajuk Jenna&Kai 6th Anniversary. Dengan sinergi ini, BSI berupaya meningkatkan ekosistem halal melalui transaksi dan layanan jasa keuangan syariah.

“BSI melalui produk BSI Hasanah Card juga berkomitmen memperkuat ekosistem halal di sektor fesyen dengan menyasar pertumbuhan aktivasi transaksi melalui kerja sama event dan merchant Jenna & Kaia,” papar Anton.

Melalui kegiatan ini, kata dia, BSI berupaya mengemban amanah sebagai fasilitator pada aktivitas ekonomi di Indonesia dan siap melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bertransaksi sesuai prinsip syariah.

Anton menilai peningkatan produksi produk/jasa halal di Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan strategi. Diantaranya dengan strategi pendampingan dan peningkatan kapasitas UMKM halal tersebut hingga berdaya saing ekspor.

“Strategi berikutnya yaitu perlunya para pemangku kepentingan untuk berupaya menarik lebih banyak investasi baik dari dalam dan luar negeri untuk pengembangan industri halal nasional, khususnya yang berasal dari investor negara-negara Muslim seperti anggota OKI,” tutup Anton. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *