Bank Syariah Indonesia Debut di Pasar Modal, Menteri BUMN sebut Incar Masuk Index IDX BUMN20

Menteri BUMN Erick Thohir (di podium) memberi sambutan saat Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (opening bell ceremony) di Gedung BEI yang didamping Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansyuri, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo, Direktur Utama KPEI Sunandar, dan Komisaris Utama KPEI Ronald Waas. Foto: humas Mandiri Syariah

PT Bank Syariah Indonesia (BSI), entitas baru hasil penggabungan tiga bank syariah Himbara (Himpunan Bank Negara) yang efektif beroperasi 1 Februari 2021, bergerak cepat dengan memulai debut di pasar modal yang ditandai Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) atau opening bell ceremony di BEI, Jakarta, Kamis pagi (4/2/2021).

semarak.co-Debut BSI di pasar modal diikuti naiknya harga saham emiten berkode BRIS ini sebesar 0,73% dari harga pembukaan di level Rp2.750 menjadi Rp2.770 per lembar ketika pasar dibuka.

Bacaan Lainnya

Acara IDX Debut disaksikan komisaris dan direktur utama dari tiga bank induk bank syariah, yakni PT BRI, PT Bank Mandiri, dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang tergabung dalam Himbara.

Turut hadir dalam acara ini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansyuri, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi.

Hadir juga Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo, Direktur Utama KPEI Sunandar, dan Komisaris Utama KPEI Ronald Waas.

Setelah diresmikan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, kali ini PT Bank Syariah Indonesia memperkenalkan diri kepada para investor dan pelaku pasar modal dalam kegiatan bertajuk IDX Debut di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI) Kawasan Soedirman, Jakarta Selatan.

BSI berstatus sebagai perusahaan BUMN terbuka dan tercatat sebagai emiten di BEI dengan kode BRIS. Komposisi pemegang saham BSI terdiri dari PT Bank Mandiri (BMRI) 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (BNI) 24,91%, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 17,29%, DPLK BRI -Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Bank Syariah Indonesia bisa membawa kepastian soal adanya keberpihakan dan kesetaraan untuk pelaku pasar yang percaya dengan industri finansial syariah di Indonesia. Kehadiran BSI disebut Erick telah sesuai peta jalan Kementerian BUMN yang hendak menghadirkan lebih banyak lagi berdaya saing global.

“Karena itu saya berharap tentu amanah yang diberikan, Pak Hery bersama jajaran direksi dan komisaris ini, kita harus jaga,” ujar Erick seperti dirilis Humas Bank Mandiri Syariah (BSM) atau Mandiri Syariah yang sekarang lebur dalam BSI, Kamis petang (4/2/2021).

Kita, kata Erick, harus memastikan dengan adanya BSI ada keberpihakan dan kesetaraan untuk market yang percaya dengan industri finansial syariah. “Saya mengharapkan juga banyak perusahaan-perusahaan BUMN menjadi preference daripada global, karena persaingan sekarang sangat terbuka,” ujarnya.

Karena itu juga, terang dia, dalam transformasi di BUMN pihaknya percaya untuk tiga tahun ke depan, dirinya bersama dua wakil menteri (wamen) dan ini bagian dari transparansi, good corporate governance, mereka akan melistingkan lebih banyak BUMN lagi, anaknya, atau cucunya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menambahkan, kehadiran BSI yang tercatat di BEI dengan kode saham BRIS patut disambut baik. BRIS disebutnya bisa menjadi pilihan investasi sangat menarik bagi investor.

“Karena emiten ini termasuk satu dari sepuluh saham syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Berdasarkan catatan BEI, BRIS menjadi salah satu emiten dengan kinerja saham terbaik sepanjang 2020 dengan kenaikan harga saham 582 persen dari Rp 330 menjadi Rp2.250 per lembarnya,” puji Inarno.

Kehadiran PT Bank Syariah Indonesia, kata dia, tentunya memberikan harapan yang besar dalam mendorong kemajuan dan keuangan syariah nasional, termasuk penguatan aset dan kapitalisasi dalam industri pasar modal syariah. Selama lima tahun terakhir pasar modal syariah Indonesia tumbuh positif.

Di mana jumlah saham syariah meningkat signifikan 33% dari 318 saham syariah pada 2015 menjadi 426 saham per 22 Januari 2021, atau 60% dari saham tercatat di BEI dengan kapitalisasi Rp3,5 triliun atau 47,5% dari total kapitalisasi pasar saham BEI.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan, kehadiran BSI sudah lama dinanti karena selama ini pemahaman dan penggunaan produk keuangan syariah oleh masyarakat masih minim. Melalui kehadiran BSI, kualitas layanan, jaringan, serta biaya untuk mengakses produk keuangan syariah berpotensi  membaik dan berjalan lebih efisien.

“Kami tadi sudah disampaikan bahwa bank syariah ada di peringkat ke 7 bank terbesar di Indonesia, dan untuk itu tentunya masih banyak hal yang kita harus lakukan untuk menjadikan Bank Syariah Indonesia menjadi salah satu dari daftar bank 10 besar di dunia,” ujar Wimboh sambil menambahkan.

“Kami memberikan semangat kepada Pak Hery dan teman-teman, ini harus banyak hal yang dilakukan. Kami mendukung bahwa bank ini nanti fokus kepada masyarakat kita yang notabenenya banyak di daerah,” ujarnya.

Ini, nilai Wimboh, akan menjadi bank yang inklusif karena syariahnya untuk melayani masyarakat masyarakat di daerah-daerah, yang tentunya sangat membutuhkan kehadiran dari bank ini.

Dalam sambutannya, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyampaikan harga saham BRIS pada saat initial public offering (IPO) atau penawaran saham perdana sebesar Rp510. Sedangkan per 3 Februari 2021 harga saham BRIS mencapai Rp2.750 per lembar saham.

Artinya, harga saham ini naik sekitar 5 kali lipat dibanding posisi saat IPO. Selain itu, market cap BRIS pada saat IPO sebesar Rp 4,96 triliun. Per 3 Februari 2021, market cap BRIS naik puluhan kali lipat mencapai Rp 112,84 triliun.

“Melihat kinerja saham BRIS yang positif di tengah pandemi, kami berharap BRIS dapat menjadi primadona di bursa. Dan ke depan bisa dapat masuk ke dalam Index IDX BUMN20. Selain itu, kami berharap kinerjanya makin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah lain untuk melantai di bursa,” ujarnya. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *