Hari kedua Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Insan Media mengungkap pentingnya masyarakat menyambut Asian Games 2018. Ketua bidang media dan public relations INASGOC Dani Muldansyah, mungkin yang menonton secara langsung tidak seberapa dibanding yang menonton tidak langsung.
“Kami menargetkan Asian Games ini ditonton, disaksikan 5 miliar pasang mata. Jadi bukan main-main. Media cetak, online, tv, broadcas, juga saluran stereaming. Kami akan menyediakan streaming setiap pertandingan. Mudah-mudahan Indonesia menjadi sorotan mata dunia. Bahwa Asian Games digunakan sebaik-baiknya. Menjadi tuan rumah yang baik dan ramah bagi turis mancanegara. Terutama bagi para atlet yang bertanding,” ungkap Dani di acara Rakornis Insan Media (3/8).
“Kami berharap media menjadi corong proyek untuk masyarakat umum sehingga kami ingin berita-berita yang positif, dalam meliput atlet kita termasuk mensuport tim Indonesia agar berprestasi. Keuntungan besar kepada teman wartawan berada di tengah-tengah menjadi saksi pesta ajang Asian Games tentulah menjadi kesempatan. Sebagai catatan, butuh 56 tahun kita kembali menjadi tuan rumah,” imbuhnya.
“Kita tidak tahu kapan kesempatan itu datang kembali, seperti sekarang ini. Maka manfaatkanlah kesempatan ini sebaik mungkin. Menyambut dengan seluruh profesionalisme yang anda miliki. Kesempatan emas yang kita miliki jangan disia-siakan. Integritas, etos kerja, dan gotong royong menjadi 3 elemen penting dalam meraih sukses prestasi juga sukses penyelenggaraan di Asian Games nanti,” jelas Budiarto Shambazy di tengah pembahasan Kesiapan meraih 4 sukses (penyelenggara, prestasi, administrasi, dan ekonomi).
Baca: Asian Games 2018, Kemenpora Optimis Indonesia Raih Posisi 10 Besar
Kemenpora, Inasgoc, KONI Pusat, KOI, dan seluruh jajaran olahraga yang berkepentingan, lanjut Budi, sudah bekerja maksimal. Problem utama yang mereka hadapi adalah pemotongan sekitar 50 persen anggaran Asian Games dari 8 triliun menjadi sekitar separuhnya. Dalam olahraga dana faktor terpenting karena menggerakan atlet dan pengurus besar cabang olahraga untuk memperbaiki prestasi.
“Dana besar dibutuhkan untuk menyewa pelatih andal, membeli peralatan atlet selengkapnya, berlatih tanding ke manca negara dan seterusnya,” imbuh Budi yang juga mantan wartawan kompas diberbagai kejuaraan dunia, Asian Games, Sea Games, olimpiade, hingga piala dunia.
Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) Zaini Khadafi Saragih menjelaskan mekanisme kontrol doping selama Asian Games. “Dalam masalah teknis pengontrolan doping di Asian Games nanti yang berperan secara aktif itu sesuai dengan hukumnya adalah COA (Dewan olimpiade Asia) jadi kami didalam Asian Games tidak boleh masuk kecuali diluar tanggal 10 sampai tanggal 2.
Selain itu, kata dia, ada 3 bagian penting, pertama perencanaan ful dilakukan oleh OCA, kira-kira cabang olahraga mana yang mau diperiksa, atlet mana yang mau diperiksa. “Kedua pengambilan sampel, dilakukan sejak pertandingan pertama. Ketiga sidang kalau ada yang positif doping,” paparnya.
Tahun lalu, lanjut dia, LADI telah melakukan sosialisasi ke seluruh cabang olahraga di indonesia dan langsung ke atletnya. Dan beberapa kita ambil sampelnya. Tapi tidak semua atlet. Adapun hasil pemeriksaan tidak ada atlet yang positif, kalaupun ada juga disebabkan kecelakaan. Penyebabnya ada dua makanan dan obat. setiap atlet dilarang mengkonsumsi sembarang obat harus berdasarkan anjuran tenaga medis. Untuk itu LADI memberikan kontak-kontak dokter kepada setiap atlet. (zim)