Amerika Serikat (AS) berencana membangun pangkalan militer alternatif atau darurat di Arab Saudi yang dapat digunakan untuk mengevakuasi personel di Timur Tengah untuk mencegah ancaman sasaran Iran saat ketegangan kedua negara berlangsung.
semarak.co-Hal tersebut pertama kali diungkap The Wall Street Journal, Jumat (19/2/2021). Koran berbasis di New York City itu melaporkan rencana AS membangun pelabuhan dan pangkalan udara di bagian barat wilayah gurun Saudi.
Kedua fasilitas strategis itu disebut akan dijadikan AS sebagai pangkalan militer yang akan digunakan jika perang pecah dengan Iran. Komandan Pusat Angkatan Darat AS (Centcom), Jenderal Kenneth McKenzie, membenarkan rencana itu.
“Kami bukan ingin membangun pangkalan baru. Saya ingin memperjelasnya. Apa yang ingin kami lakukan adalah tanpa menghentikan operasional pangkalan saat ini, kami ingin memiliki kemampuan bisa menggunakan pangkalan lain untuk beroperasi dalam momen risiko tinggi,” kata McKenzie saat kunjungan ke Timur Tengah, Kamis (19/2/2021).
Seperti dilansir CNN Indonesia | Jumat, 19/02/2021 19:20 WIB, McKenzie menuturkan rencana seperti itu dilakukan setiap angkatan bersenjata yang bijaksana untuk meningkatkan fleksibilitas pasukan dan mempersulit musuh menargetkan mereka.
Rencana tersebut terungkap ketika relasi Iran-AS terus memanas terutama dalam empat tahun terakhir di masa kepemimpinan Presiden Donald Trump. Ketegangan kedua negara terus diuji mulai dari penyitaan kapal tanker, serangan terhadap situs minyak Aramco milik Saudi.
Lalu sekutu AS, penembakkan drone AS, pembunuhan jenderal ternama Iran Qasem Soleimani, hingga polemik perjanjian nuklir 2015. Pada akhir 2020, militer AS mengerahkan kapal induk USS Nimitz ke kawasan Timur Tengah yang disusul oleh dua pesawat pengebom B-52.
Unjuk kekuatan militer AS itu dimaksudkan untuk mencegah Iran melakukan serangan apa pun terhadap pasukan AS menyusul peringatan kematian Soleimani pada Januari lalu.
Sementara itu, pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden pada pekan ini telah menyatakan keinginan untuk memulai dialog lagi dengan Iran di bawah naungan Uni Eropa. Biden bahkan telah mencabut semua sanksi yang kembali diberlakukan pendahulunya kepada Iran demi membangkitkan perjanjian nuklir 2015 lagi. (cnn/smr)