Pemimpin harus mampu memperkuat jejaring, kolaborasi, dan sinergi dengan instansi lain. Ini merupakan karakter penting future civil service. Karakter tersebut juga merupakan ciri kepemimpinan yang tanggap menghadapi revolusi industri 4.0 dimana kebutuhan akan kerja sama semakin tajam.
semarak.co– Hal itu diungkapkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo dalam Pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan XLV (45) Tahun 2020 secara daring, di Jakarta, Rabu (29/4/2020).
Pada kesempatan tersebut, Menteri Tjahjo mendorong para peserta PKN untuk merumuskan dan menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam tata kelola pemerintahan.
“Ini tujuannya jelas untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dan percepatan pengambilan keputusan, sehingga terbentuk birokrasi yang dinamis, efektif dan efisien,” jelas Tjahjo yang dikutip dari WA Group JURNALIS PANRB pada rilis Humas PANRB, Rabu (29/4/2020).
Tidak berhenti sampai di situ, Menteri PANRB mengungkapkan pentingnya peran pemimpin dalam berbagai situasi. Sebagai contoh, saat ini Indonesia berada situasi yang tidak normal karena sedang menghadapi dan mengantisipasi meluasnya pandemi wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19.
Banyak pakar mengatakan bahwa pasca pandemi ini akan membuat Indonesia menghadapi the new normal, yaitu suatu kondisi global yang merupakan akumulasi bagaimana umat manusia berperilaku menuju kondisi normal yang baru.
“Sehingga kalau di kemudian hari ada hal-hal semacam ini kita selalu siap, tanggap, gotong royong, dan cepat menciptakan sesuatu hal yang bisa mengantisipasi hal tersebut,” kata mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Sebagaimana telah disampaikan melalui beberapa Surat Edaran, Menteri Tjahjo menegaskan bahwa ASN harus tetap berkinerja secara optimal agar pelayanan publik tetap berjalan dengan baik, meskipun harus bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Di sinilah fungsi kepemimpinan dan manajerial diuji. Setiap pemimpin di semua sektor harus terus melakukan supervisi kepada para pegawai, baik secara kolektif lewat rapat-rapat online atau pun pengarahan secara individual kepada setiap pegawai.
“Pemimpin harus memastikan setiap pegawai bertugas secara optimal pada masa work from home. Ini merupakan wujud akuntabilitas atau tanggung jawab kita,” jelas Tjahjo, politisi PDIP.
Pelatihan Kepemimpinan Nasional merupakan salah satu cakupan dari pengelolaan manajemen talenta nasional, yaitu peningkatan keahlian, kapasitas, dan kinerja, serta pengembangan karier, dan prestasi talenta.
Pelaksanaan Pelatihan Kepemimpinan Nasional sebagai bagian dari reformasi birokrasi dan ASN ditetapkan sebagai profesi yang memiliki tiga kewajiban. Tiga kewajiban tersebut antara lain mengelola dan mengembangkan dirinya, wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya, serta menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASN.
Kepala Lembaga Administrasi Negara Adi Suryanto mengungkapkan tujuan penyelenggaraan PKN Tingkat I ini adalah mengembangkan kompetensi kepemimpinan kolaboratif pada JPT Madya yang dapat memobilisasi seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, guna meningkatkan daya saing bangsa dan percepatan pembangunan nasional secara adil dan merata.
PKN Tingkat I Angkatan XLV (ke-45) diikuti oleh 41 peserta yang berasal dari 7 kementerian, 11 Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Lembaga Tinggi Negara, dan Kepolisian.
Memasuki era digital, terang Tjahjo, terdapat pergeseran kompetensi yang dibutuhkan aparatur negara. Sebelumnya dibutuhkan kompetensi digital, bergeser menjadi kompetensi kepemimpinan digital.
Kompetensi digital adalah kompetensi terkait teknologi, produk, dan pelayanan digital sedangkan kompetensi kepemimpinan digital terkait dengan kompetensi terkait kepemimpinan atau manajerial dan budaya digital.
“Perkembangan zaman yang cepat menuntut seorang ASN tidak hanya membutuhkan kompetensi manajerial, melainkan juga budaya digital atau pemanfaatan dan penggunaan teknlogi digital, yang terus diimplementasikan dalam pekerjaan,” papar Tjahjo yang dikutip dari WA Group JURNALIS PANRB dalam rilis Humas, Sabtu (20/6/202).
Pada kondisi pandemi Covid-19, kata dia, penggunaan teknologi dan fasilitas digital sangat diperlukan karena sebagian besar pekerjaan dilakukan dengan remote system, yakni bekerja dari rumah atau WFH.
“Jika tidak membiasakan diri dengan penggunaan teknologi dan meng-update diri terhadap perkembangan teknologi, tentu akan semakin tertinggal,” ujar Tjahjo saat menjadi pembicara dalam kegiatan Kuliah Kerja Profesi peserta program pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-29 T.A. 2020 secara virtual di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Meskipun ruang gerak dan pekerjaan menjadi terbatas secara fisik dikarenakan adanya pandemi Covid-19, lanjut dia, namun sebagai pelayan masyarakat semangat bekerja tidak boleh runtuh.
Dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi untuk bekerja dengan produktif sekalipun bekerja dari rumah. Pandemi Covid-19 bisa dilalui apabila terdapat kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, TNI, Polri, tim medis, akademisi, pengusaha, dan media.
“Oleh karena itu, melalui digitalisasi birokrasi yang semakin mempercepat prosedur dan memudahkan komunikasi, mari kita membangun sinergi bersama, menyatukan langkah, upaya dan pemikiran untuk selalu dapat melakukan pekerjaan yang terbaik untuk bangsa dan negara, serta memberikan manfaat luas bagi tercapainya kesejahteraan rakyat,” pungkasnya.
Di hadapan para perwira tinggi, Menteri Tjahjo menyampaikan pengembangan kompetensi pada Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri ini akan menjadi dasar pengembangan karier, menjadi salah satu dasar bagi pengangkatan jabatan, dan juga untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan.
Hal tersebut menjadi salah satu wujud manajemen talenta yang dilakukan Polri dengan maksud untuk mengembangkan talenta sehingga para peserta siap menjadi calon pemimpin masa depan. (byu/smr)