Andalkan Digitalisasi Bisnis Mikro, BRI Mampu Jaga Kualitas Kredit di Level Ideal

Dirut BRI Sunarso memegang tablet didampingi seluruh direksi saat memberi paparan laporan keuangan perseroan. Foto: heryanto

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menorehkan kinerja positif yang di atas rata-rata industri perbankan nasional. Pertumbuhan kredit pada segmen mikro menjadi salah satu penyokong utama kinerja BRI.

semarak.co -Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, hingga akhir Desember 2019, tercatat penyaluran kredit BRI mencapai Rp 908,88 triliun. Atau tumbuh 8,44% year on year (yoy), di atas rata rata industri perbankan yang tumbuh sebesar 6,08 persen.

“Salah satu faktor utama pendukung pertumbuhan kredit tersebut yakni penyaluran kredit mikro yang tumbuh double digit di angka 12,19 persen di sepanjang 2019,” ujar Sunarso dalam press conference Laporan Keuangan Triwulan IV-2019 di Kantor Pusat BRI, kawasan Soedirman, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2020).

Bahkan porsi kredit mikro BRI, lanjut Sunarso, sebagai perusahaan induk saja telah meningkat dari 34,3% menjadi 35,8%.  “Ini sejalan dengan aspirasi BRI di 2022, dimana komposisi kredit mikro mencapai 40% dari total portofolio pinjaman,” ujar Sunarso didampingi semua direksi.

Sebagai bank yang berkomitmen terhadap pemberdayaan segmen mikro, Sunarso menambahkan akan terus melakukan inovasi berkelanjutan untuk mendorong penetrasi kredit mikro sehingga menjangkau lebih banyak lagi nasabah.

“Melalui teknologi, kami kembangkan kredit mikro BRI menjadi go smaller, go shorter dan go faster. Melalui platform berbasis teknologi, BRI mempersiapkan ekosistem mikro berbasis digital untuk melayani potensi pasar mikro yang masih terbuka luas.” imbuhnya.

Disamping kredit mikro, rinci dia, pertumbuhan kredit BRI ditopang pertumbuhan kredit ritel dan menengah yang tumbuh 12,08 persen yoy menjadi Rp269,64 triliun di akhir 2019.

“Selain tumbuh positif dan di atas rata rata industri, BRI juga mampu menjaga kualitas kredit di level ideal, ini ditandai NPL (noun performance loan) 2,80 persen dengan NPL Coverage mencapai 153,64 persen,” klaim mantan Dirut PT Pegadaian.

Pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir 2019, rinci dia, DPK BRI berhasil menembus angka di atas Rp1.000 triliun yakni mencapai Rp 1.021,39 triliun atau naik sebesar 8,17 persen yoy.

Dana murah atau CASA masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 57,71 persen dari total DPK atau senilai Rp589,46 triliun. “Di 2020 BRI akan fokus menggarap CASA untuk mengoptimalkan pertumbuhan dana melalui transaction banking di perkotaan maupun melalui micro saving dan micro payment di segmen mikro,” terang dia.

Perseroan juga berhasil mengakselerasi Fee Based Income (FBI). Hingga akhir Desember 2019, perolehan FBI BRI tercatat Rp14,29 triliun. Atau tumbuh 20,1 persen yoy. Dengan pertumbuhan FBI yang signifikan ini, Sunarso mengutip, untuk pertama kalinya bagi BRI Fee Income to Total Income Ratio mencapai double digit sebesar 10 persen.

“Melalui inovasi dan digitalisasi, perseroan terus menciptakan sumber sumber pendapatan berbasis non bunga untuk menjaga tingkat profitabilitas. Salah satu inovasi produk dan layanan yang memberikan dampak secara nyata bagi pertumbuhan FBI BRI adalah Agen BRILink,” ucapnya.

Hingga akhir 2019, lanjut dia, tercatat BRI memiliki 422 ribu agen dengan transaksi mencapai 521 juta kali transaksi finansial dengan volume mencapai Rp673 triliun atau tumbuh 31,2 persen yoy. “FBI yang dihasilkan oleh Agen BRILink tercatat mencapai Rp 788,7 Miliar atau tumbuh 75 persen yoy,” kutipnya.

Pada sisi permodalan, lanjut dia, BRI mencatat rasio CAR 22,77 persen yang mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Secara likuiditas, masih Sunarso, BRI masih mempunyai ruang tumbuh dimana rasio likuiditas BRI di akhir tahun 2019 terjaga di level 88,98 persen. “Kinerja positif dan tumbuh berkelanjutan tersebut di atas mampu mengerek profitabilitas BRI,” klaimnya.

Tercatat, kata dia, di sepanjang 2019 perseroan mencetak laba sebesar Rp 34,41 triliun atau tumbuh 6,15 persen yoy. Sementara, aset BRI tercatat Rp 1.418,95 triliun. Ini tumbuh 9,41 persen dibanding aset akhir tahun 2018 sebesar Rp1.296,90 triliun.

“Jadi memang terlihat laba BRI lebih lambat atau laba rata-rata menurun, namun secara nasional pertumbuhan kredit tumbuh di bawah tahun lalu. Tapi kami optimistis, tahun ini 2020 laba BRI akan tumbuh lebih dari tahun 2019,” tutupnya. (lin)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *