Amalan 10 Hari Awal dan Peristiwa Penting di Bulan Dzulhijjah

Bulan DZulhijjah yang memiliki banyak amalan di 10 hari awal bulan. Foto: internet

عَنْ إبن عَباس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ، أَنَّ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامِ الْعَشْرِ أَفْضَلُ مِنَ الْعَمَلِ فِيْ هَذِهِ، قَالُوا: وَلاَ الْجِهَادُ؟ فَقَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ. (رواه البخاري)

semarak.co-Artinya:

Bacaan Lainnya

Dari Ibnu Abbas rodhiallohu ‘anhuma berkata; Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada amalan yang lebih utama dari amalan di sepuluh hari pertama Dzul-Hijjah ini. Mereka bertanya, ‘Tidak juga jihad?’ Beliau menjawab, ‘Tidak juga jihad, kecuali seorang yang keluar menerjang bahaya dengan dirinya dan hartanya sehingga tidak kembali membawa sesuatu pun.’” (HR. Al-Bukhari; lihat Fat-hul Baari: II/45).

Pelajaran yang terdapat pada hadits di atas:

1- Keistimewaan bulan Dzul-Hijjah karena ia menjadi tempat berkumpulnya ibadah-ibadah induk, yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji. Hal ini tidak ada di bulan lainnya.

2- Dalam sepuluh hari pertama bulan Dzul-Hijjah terdapat amalan berikut ini;

1) Haji dan Umrah. Keduanya termasuk amalan terbaik yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Rabb-nya.

2) Puasa sembilan hari pertama dan khususnya hari kesembilan (hari ‘Arofah) yang termasuk amalan-amalan terbaik. Cukuplah dalam hal ini sabda Rasulullah :

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

“Puasa hari ‘Arafah yang mengharapkan pahala dari Allah dapat menghapus dosa-dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim; lihat Shahiih Muslim: II/818-819).

3) Takbir dan Dzikir di hari-hari ini diijabahi (dikabulkan) berdasarkan firman Allah Subhanahu WaTa’ala.

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ.

“Dan supaya mereka menyebut Nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” [QS. Al Hajj/22: 28].

4) Disyari’atkan pada hari ini menyembelih kurban dari hari raya dan hari Tasyriq. Ini adalah sunnah Bapak kita, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam ketika Allah mengganti putranya, Nabi Isma’il alaihissalam. dengan hewan sembelihan yang besar dan juga Nabi ﷺ telah menyembelih dua kambing gemuk lagi bertanduk untuk diri dan umatnya.

5) Sebagaimana juga disyari’atkan pada hari raya kepada seorang muslim untuk bersemangat melaksanakan shalat Idul Adha, mendengarkan khutbah dan memanfaatkannya untuk mengenal hukum-hukum kurban dan yang berhubungan dengannya.

6) Disyari’atkan juga pada hari-hari ini dan hari-hari lainnya untuk memperbanyak amalan sunnah, berupa shalat, membaca al-Qur’an, shadaqah, memperbaharui taubat dan meninggalkan dosa dan kemaksiatan, baik yang kecil maupun yang besar.

Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al Quran:

1- Dalil yang menunjukkan keutamaan 10 hari pertama bulan Dzul-Hijjah adalah firman Allah Ta’ala;

وَلَيَالٍ عَشْرٍ ۞

“Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2).

2- Disunnahkan membaca tahmid, takbir, tahlil dan tasbih di sepuluh hari pertama bulan Dzul-Hijjah;

لِّيَشْهَدُوا مَنٰفِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنۢ بَهِيمَةِ الْأَنْعٰمِ  ۖ  فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ ۞

“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rizki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al-Hajj 22: 28).

Peristiwa Penting di Bulan Dzulhijjah

Dalam kalender Hijriyyah, bulan Dzulhijjah biasa disebut dengan bulan haji. Bulan ini juga termasuk satu di antara bulan-bulan haram (mulia). Dalam kitab Tahdzib al-Asma’ disebutkan bahwa secara harfiah, dzulhijjah terdiri dari dua kata, yaitu dzu yang artinya pemilik dan al-hijjah yang berarti haji.

Dinamakan Dzulhijjah karena sejak zaman Jahiliyyah, orang-orang Arab telah melakukan ibadah haji untuk melestarikan ajaran Nabi Ibrahim. Beberapa hari yang akan datang kita akan melalui salah satu momen agung dan mulia dalam Islam, mulai dari 10 awal bulan dzulhijjah, hari Arafah, idul-adha hingga hari tasyrik.

Mungkin banyak dari kita yang sudah khatam mengenai keutamaan dan kemuliaan bulan ini. Disamping juga identik dengan ritual haji karena termasuk dari bulan haji dan puncak pelaksanaan ibadah haji serta bulan hari raya, bulan ini juga.

Termasuk dari salah satu bulan haram yang diharamkan menumpahkan darah di dalamnya dan seluruh amal kebaikan hingga amal keburukan pada bulan ini akan dilipatgandakan dosa maupun pahalanya.

Pada awal bulan Dzulhijjah ini, baiknya kita merefresh kembali ingatan kita dan menambah wawasan kita, betapa bulan ini sejak dahulu menjadi saksi akan manis dan getirnya perjuangan Rasulullah dalam medakwahkan ajaran Islam.

Dalam kitab Durrat al-Nasihin, Ibnu Abbas meriwayatkan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya di bulan ini terjadi berbagai peristiwa besar di antaranya,

  1. Nabi Adam diampuni Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Tanggal 1 Dzulhijjah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni kesalahan Nabi Adam. Kesalahan inilah yang menyebabkan Nabi Adam dan istrinya diusir dari surga setelah memakan buah terlarang. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 1 Dzulhijjah, niscaya akan diampuni dosa-dosa kecilnya.

  1. Nabi Yunus dikeluarkan dari dalam perut Ikan

Tanggal 2 Dzulhijjah, do’a Nabi Yunus dikabulkan Allah dan dikeluarkan dari dalam perut ikan. Maka, barang siapa yang berpuasa pada hari kedua di bulan Dzulhijjah, pahalanya sebanding dengan berpuasa selama satu tahun tanpa mendurhakai Allah.

  1. Doa Nabi Zakaria dilahirkan

Kemudian tanggal 3 Dzulhijjah, Allah mengabulkan do’a Nabi Zakariya yang menginginkan seorang putra. Padahal Nabi Zakariya waktu itu sudah berumur 120 tahun. Setelah beliau mengetahui Maryam, puteri angkatnya selalu mendapat rizki dari Allah, berupa buah-buahan musim dingin, maka tergugahlah hati Nabi Zakariya untuk berdoa’ kepada Allah agar diberi keturunan. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 3 Dzulhijjah, semua keinginannya akan dikabulkan Allah.

  1. Maryam melahirkan Nabi Isa

Tanggal 4 Dzulhijjah, Nabi Isa dilahirkan oleh ibunya, Maryam di sudut kota Batlehem dalam kedaan sehat, meski sempat menggegerkan kaumnya. Pasalnya, ia terlahir dari seorang yang masih perawan. Barang siapa yang berpuasa di hari keempat dari bulan Dzulhijjah, maka Allah akan menghilangkan kesusahan hidup dan kefakirannya, dan kelak di hari kiamat akan dikumpulkan bersama orang-orang yang mulia.

  1. Nabi Musa lahir dan diasuh dilingkungan Firaun

Tanggal 5 Dzulhijjah, Nabi Musa dilahirkan dengan nama Yakubad di desa Uksur, Mesir. Beliau kemudian diasuh oleh Fir’aun dan berbelok menentang Fir’aun karena keangkuhan dan kesombongannya. Barang siapa yang berpuasa pada tanggal 5 Dzulhijjah, niscaya akan dihindarkan dari sifat munafik dan siksa kubur.

  1. Pintu kebaikan dibukakan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam

Tanggal 6 Dzulhijjah, Allah membuka pintu kebaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 6 Dzulhijjah, Allah akan menurunkan rahmat-Nya dan terhindar dari siksa selama-lamanya.

  1. Pintu-pintu Neraka ditutup dan dikunci

Tanggal 7 Dzulhijjah, pintu-pintu neraka ditutup dan dikunci, dan baru akan dibuka setelah hari kesepuluh dari bulan Dzulhijjah. Barang siapa yang berpuasa pada tanggal 7 Dzulhijjah, maka akan terhindar dari 30 pintu kesusahan dan dibukakan baginya 30 pintu kemudahan.

  1. Allah perintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Kabah

Tanggal 8 Dzulhijjah, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah. Ketika bangunan Ka’bah telah jadi, Nabi Ibrahim merenung apakah yang ia lakukan mendapat pahala atau tidak. Maka disebutlah hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah dengan yaum al-tarwiyah yang artinya hari merenung dan berfikir.

Ada yang mengatakan Nabi Ibrahim bermimpi mendapat tugas dari Allah untuk menyembelih Ismail. Maka, seharian Nabi Ibrahim berfikir apakah perintah itu benar-benar dari Allah atau dari Setan. Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah, Allah akan memberinya pahala yang nilainya hanya Allah yang tahu.

  1. Nabi Ibrahim yakin mimpinya dari Allah

Lalu tanggal 9 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim yakin betul bahwa mimpinya di malam kesembilan itu benar-benar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan bukan dari Setan. Hari ini disebut yaumu arafah karena tempat yang digunakan untuk menyembelih Nabi Ismail dinamakan Arafah. Barang siapa yang berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang.

  1. Diwajibkannya Haji dan Beberapa Ketentuan Terkait Haji

Pada bulan Dzulhijjah ini Rasulullah memerintahkan Abu Bakr untuk menjadi pemimpin dan penanggung jawab kaum muslimin yang hendak berhaji ke Baitullah. Abu Bakr membawa rombongan dari Madinah sebanyak 300 lelaki dan 20 ekor hewan sembelihan guna disembelih ketika haji.

Pada bulan ini juga diberlakukan ketetapan baru bagi pelaksanaan ibadah haji yang menyelisihi tradisi jahiliyah terdahulu dan berlaku hingga hari zaman, yaitu “Orang musyrik tidak diperkenankan lagi untuk melaksanakan haji setelah tahun ini dan tidak boleh lagi thawaf dalam keadaan bertelanjang di sekitar Baitullah!” Ini terjadi pada tahun 9 hijriyah.

Ketentuan itu dimaklumatkan tepat hari raya idul-adha, 10 dzulhijjah tahun 9 hijriyah. Pada tahun ini syariat ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslimin sekali seumur hidup. Syariat ini akan tetap berlaku hingga akhir zaman.

Pada bulan ini juga Nabi mengumumkan pemutusan janji dengan seluruh orang musyrik Arab dan memberi mereka waktu selama 4 bulan saja untuk menyerah. Ini Allah abadikan di awal surat at-Taubah atau surat al-Baraah.

  1. Masuk Islamnya Umar bin al-Khathab

Pada dasarnya, ketika berbicara tentang Umar, pembahasannya menjadi lebih personalistik, bukan sebuah peristiwa. Namun persona Umar mau tidak mau diakui oleh sejarah amat berpengaruh terhadap perjuang Islam dan kaum muslimin. Abdullah bin Mas’ud mengatakan: “Kami terus merasa mulia (tidak lagi merasa disepelekan) semenjak Umar masuk Islam.” (Thabaqat Ibn Saad III/204).

Ini merupakan pengaruh yang amat besar bagi perjuangan Islam era awal yang masih diliputi dengan banyaknya pelecehan dan penyiksaan bagi umat Islam, dimana keislaman Umar menjadi pukulan besar bagi kaum musyrikin Makkah waktu itu.

Sebab, salah seorang pemuka dan tokoh yang sangat mereka segani dan mereka hormati ternyata berpindah haluan kepada musuh yang sangat mereka benci. Kaum muslimin pada saat itu baru bisa melaksanakan shalat terang-terangan di Masjidil-Haram setelah sebelumnya selalu diintimidasi dan diganggu setelah Umar masuk Islam.

Umar masuk Islam pada tahun keenam setelah kenabian atau tahun ke 7 sebelum hijriyah pada bulan dzulhijjah. Waktu itu Umar masih berusia 26 tahun. Ibn Masud mengatakan: “Keislaman Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah rahmat (dari Allah).” (Thabaqat Ibn Saad III/204)

  1. Awal Keislaman Kaum Anshar

Hijrahnya Nabi ke Madinah dan berhasilnya Nabi menjadikan Madinah sebagai pusat kekuatan dan basis pergerakan dakwah Islam bukanlah terjadi kebetulan dan tiba-tiba begitu saja. Namun juga melalui beberapa tahapan dan proses yang lumayan panjang. Dimulai semenjak 3 tahun sebelum hijriyah atau 10 tahun setelah kenabian.

Sudah seperti biasanya, pada bulan Dzulhijjah berbagai kabilah bangsa Arab berdatangan ke Hijaz guna melaksanakan ibadah haji. Mulai dari proses thawaf di Makkah hingga pelemparan jumrah di Mina, tepatnya di hari-hari tasyrik.

Pada saat itulah Rasulullah mulai menawarkan diri beliau dan ajaran yang beliau bawa ke berbagai kabilah yang beliau temui. Semuanya menolak dan mengatakan: “Sukumu dan keluargamu sendiri yang jauh lebih mengenalmu ternyata tidak mau jadi pengikutmu!”

Hingga muncullah 6 orang dari Kabilah Khazraj berasal dari Yatsrib (nama kuno kota Madinah) dan berhasil masuk Islam dengan izin Allah. Pertemuan itu terjadi di bukit Aqabah, Mina dan berlanjut dengan pengutusan Mush’ab bin Umair oleh Rasulullah untuk mendakwahkan Islam di Yatsrib.

  1. Baiat Aqabah Pertama

Peristiwa merupakan peristiwa lanjutan dakwah Islam di Yatsrib juga sebagai pra hijrah Nabi ke Madinah. Ini terjadi pada tahun berikutnya, yaitu tahun ke 2 sebelum hijriyah atau tahun ke 12 setelah kenabian. Terjadi di bulan yang sama, yaitu dzulhijjah.

Di momen yang sama yaitu haji dan di tempat yang sama, yaitu bukit Aqabah di Mina. Peristiwa ini terjadi tanpa sepengetahuan kaum musyrik Quraisy. Rasulullah ditemui oleh 10 orang dari kabilah Khazraj dan 2 orang dari kabilah Aus.

Perlu diketahui bahwa kota Madinah sebelum Nabi hijrah dihuni oleh dua kabilah besar selaku pribumi asli, yaitu Khazraj dan Aus. Kedua kabilah ini terus dilanda perang satu sama lainnya selama kurang lebih 2 abad.

Selain itu, di Madinah juga terdapat kaum Yahudi yang sedang menanti kedatangan Mesiah atau utusan terakhir yang akan muncul dari bukit Paran (daerah Jazirah Arab), dimana ia tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Muhammad sendiri.

Setelah mereka tahu Nabi Muhammad berasal dari bangsa Arab, mereka pun mendustakan beliau. Baiat sendiri adalah ikrar atau janji setia yang menjadi bukti atas komitmen mereka terhadap Islam dan ajaran Islam. Isi baiat pertama ini mirip dengan baiat untuk kaum wanita yang terdapat di akhir surat al-Mumtahanah.

  1. Baiat Aqabah Kedua

Baiat ini juga terjadi pada waktu, tempat, dan momen yang sama. Namun setahun setelah baiat Aqabah pertama. Ini terjadi pada setahun sebelum hijriyah (tepatnya 3 bulan sebelum Nabi hijrah) atau tahun ke 13 setelah kenabian.

Baiat ini dihadiri oleh 73 orang penduduk Yatsrib, dengan rincian 62 orang dari kabilah Kahzraj (60 lelaki dan 2 wanita) dan 11 orang dari kabilah Aus. Ke 73 orang tersebut diwakilkan oleh 7 orang dari kabilah Kahzraj dan 3 orang dari kabilah Aus.

Bedanya, baiat ini bukan lagi sekedar baiat untuk komitmen di atas ajaran Islam. Tetapi juga baiat dalam arti militer dan politik, yaitu ikrar setia hingga mati untuk membela Rasulullah, loyal terhadap perintah beliau, mendengar dan taat terhadap seluruh istruksi beliau, baik dalam keadaan sulit maupun lapang, baik dalam hal-hal yang disukai maupun yang dibenci.

Ini merupakat baiat perang atau baiat kenegaraan. Nabi membaiat seluruh yang hadir satu persatu dengan menjabat tangannya masing-masing, kecuali 2 orang wanita dari kabilah Khazraj yang datang bersama suami mereka.

Beliau membaiat kedua orang itu hanya dengan ucapan, karena beliau tidak mau menyentuh wanita yang tidak halal bagi beliau. Ketika peristiwa baiat ini, Nabi ditemani oleh pamannya sendiri Abbas bin Abdul-Muthalib, hanya saja Abbas pada saat itu belum masuk Islam.

Sebelum peristiwa pembaiatan, Abbas kembali menekankan agar kabilah Khazraj dan Aus benar-benar komitmen dan setia pada baiat mereka setelah mereka membaiat Nabi.

  1. Eksekusi Atas Pengkhianatan Yahudi Bani Quraidzhah

Rasulullah dan para shahabat mengadakan pengepungan kurang lebih 40 hari terhadap salah satu kabilah kaum Yahudi, yaitu Bani Quraizhah akibat pengkhianatan mereka terhadap umat Islam. Di awal hijrahnya Nabi ke Madinah, beliau telah mengadakan perjanjian damai dengan kaum Yahudi yang berdomisili di sekitar Madinah.

Namun tatkala terjadi perang Ahzab atau perang Khandaq yang bahkan namanya pun dijadikan sebagai nama surat di al-Quran, Bani Quraizhah melakukan pengkhianatan dengan memberikan akses masuk kepada kaum musyrik melalui gerbang mereka ke Madinah.

Padahal Nabi dan para shahabat sudah bersusah payah menggali parit besar disekeliling kota Madinah atas usul Salman al-Farisi agar dapat menangkal infiltirasi aliansi pasukan (Ahzab) yang sudah bersiap-siap menyerang Madinah dan mengepungnya.

Dengan izin Allah, pengepungan dan infiltirasi itu gagal setelah Allah kirimkan angin kencang untuk memorak-morandakan perkemahan aliansi pasukan kaum musyrikin Arab, ditambah kurangnya kepercayaan yang berhasil dibangun antara Bani Quraizhah dengan pasukan musyrik Makkah.

Rasulullah mengepung dan memerangi kaum Yahudi Bani Quraizhah di perkampungan mereka semenjak bulan dzulqadah, sementara mereka hanya bisa bersembunyi di benteng mereka karena takut.

Mereka mau berdamai dengan Rasulullah dengan syarat yang memutuskan sanksi atas pengkhianatan mereka adalah sahabat karib mereka dari kaum Anshar bernama Sa’ad bin Muadz, bukan Rasulullah.

Tidak dinyana, Saad bin Muadz menjatuhkan hukuman mati bagi seluruh kaum lelaki dan menjadikan wanita serta anak-anak sebagai tawanan. Maka dieksekusilah 600 orang dari Bani Quraizhah, sementara anak-anak dan wanita dijadikan tawanan. Pengeksekusian itu terjadi pada pertengahan bulan Dzulhijjah tahun ke-5 hijriyah.

  1. Pengiriman Surat Kepada Raja-Raja

Salah satu yang membedakan antara Rasulullah dan risalah beliau dengan para rasul sebelum beliau adalah Rasulullah diutus untuk seluruh manusia, sebagai rahmat bagi semesta alam, dan risalah beliau berlaku hingga akhir zaman, sementara rasul-rasul dahulu hanya sebatas bagi kaumnya saja atau obyek dakwah yang Allah berikan kepadanya.

Risalah mereka juga sifatnya temporer karena akan dan pasti dihapus setelah diutusnya Rasulullah. Beranjak dari sinilah Rasulullah mulai mengirimkan surat kepada raja-raja yang hidup semasa dengan beliau, termasuk kepada para pemimpin imperium super power yang menguasai dunia kala itu, yakni Romawi dan Persia.

Butuh keberanian dan kejantanan tingkat tinggi untuk menulis surat kepada kaisar kedua imperium tersebut. Apatah lagi bagi para shahabat yang menjadi utusan pengantar surat kepada kedua kaisar itu, begitu juga kepada raja-raja lainnya.

Ini terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun ke-6 H selepas beliau pulang dari Hudaibiyah dan selesai menghadapi perjanjian dengan kaum musyrikin Makkah ketika itu. Pada setiap surat yang beliau kirim, beliau bubuhkan cap stempel dalam bentuk cincin yang berisi kalimat “Muhammad Rasulullah”.

  1. Haji Wada

Haji Wada merupakan haji pertama sekaligus terakhir yang dilaksanakan oleh Rasulullah semenjak beliau hijrah ke Madinah.  Sebab, para ulama sepakat Rasulullah hanya berhaji sekali saja seumur hidup beliau semenjak ibadah haji diwajibkan.

Dikatakan wada (perpisahan), karena pada saat haji inilah Rasulullah berkhutbah menyampaikan garis-garis besar ajaran Islam yang beliau bawa berikut kesempurnaannya dan menyampaikan tanda-tanda perpisahannya kepada umat Islam saat itu.

Sebab, 3 bulan selepas itu Nabi Muhammad pun menghadap kepada Tuhannya Allah Azza Wa Jalla setelah selesai menyampaikan risalah-Nya yang agung di dunia ini. Beliau menyampaikan wasiat terakhir beliau di padang Arafah ketika khutbah Arafah di hari Arafah, 9 dzulhijjah tahun ke 10 hijiriyah.

Diantara pesan beliau yang terakhir itu ialah agar kaum muslimin tidak berpecah belah dan tidak saling membunuh satu sama lainnya. Sebuah wasiat yang seharusnya dijadikan renungan oleh setiap muslim hari ini, terlepas dari apa saja latar belakang yang dianutnya dan agar menjadikan Islam sebagai tujuan dan ambisi hidupnya.

Semoga Allah mengumpulkan kita bersama beliau kelak di surga-Nya Azza wa Jalla.

Aamiin…

 

sumber: Sumber: ONE DAY ONE HADITS, Sabtu, 8 Juni 2024 M / 1 Dzulhijjah 1445 H/TAUSIAH 17 🌏 Edisi Sabtu, 8 Juni 2024 M / 1 Dzulhijjah 1445 H di WAGroup Keluarga Besar Umi Firdaus AlJabri – Abah Muhammad Saugi Al-Idrus (postSabtu8/6/20224/ekoyulianto(Muhammad))

Pos terkait