Kejadian yang menimpa etnis Rohingya terakhir ini menjadi headline di berbagai media. Sabtu (2/9) Masyarakat Profesional bagi Kemanusiaan Rohingya (MPbKR) berkumpul di Kedubes Myanmar di jalan Agus Salim Menteng Jakarta Pusat. Kalangan ini ikut merasakan penderitaan yang di alami etnis Rohingya, dimana sekitar 3.000 orang terpaksa melarikan diri ke perbatasan Bangladesh karena tindakan brutal serta biadap yang dilakukan oleh militer Myanmar.
“Pemerintah Indonesia sampai saat ini, kita belum ada tindakan tegas dan kongkrit. Untuk itu kami minta pak Jokowi untuk bisa menarik dubes RI untuk Myanmar sebagai bentuk kongkrit. Sebagaimana kita ketahui bersama kita selalu memberikan perhatian khusus pada etnis Rohingnya,” ungkap Angga Wira di sela aksi MPbKR.
Menurut Angga, kalau dalam bentuk kemanusian sudah mereka kumpulkan beberapa banyak bantuan untuk dikirimkan. “Tapi tentu kita berharap juga pemerintah mampu menkeordinir karena ini bukan tentang persoalan politik tapi ini soal kemanusiaan,” imbuhnya.
Lebih Jauh lagi, pihaknya, meminta secara kongkrit pemerintah untuk mencabut Dubes RI yang ada di Myanmar. “Karena selama ini juga kita lihat aksi-aksi atau proses diplomatik yang kita lakukan dalam rangka membantu etnis rohingnya belum di dengar. Ini sudah terjadi dan bukan satu dua bulan tapi sudah terjadi beberapa tahun belakangan. Dapat kita lihat terjadi pengungsian yang luarbiasa dan itu menyebabkan trauma- trauma terhadap etnik Rohingya. sebenarnya etnik Rohingnya juga minoritas penduduk yang ada di Myanmar,” tegasnya.
Calon Walikota Bekasi itu juga mengatakan setelah ini kita juga ingin bergerak ke ASEAN karena disana Myanmar masuk sebagai anggota, kita berharap ASESAN pro aktif menyikapi persoalan ini. Selama ini terkait Rohingya belum ada solusi atau aksi- aksi kongkrit terhadap hal ini.
Angga mengakui Aksi yang dihadiri kurang lebih 300an orang ini datang dari berbagai kalangan. Di antaranya Masyarakat Profesional, kalangan peduli kemanusiaan, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), mahasiswa, dosen, pengajar, juga beberapa politisi tapi semata-mata kita lakukan untuk keprihatinan kita terhadap persoalan Rohingnya.
“Untuk penggalangan bantuan sudah kita lakukan beberapa kali adapun HIPMI sudah melakukan dua kali dan sempat kita kirimkan makanan dan juga obat-obatan, tapi yang terpenting adalah aksi kongkrit dari pemerintah Myanmar sikapnya seperti apa dan bagaimana. Seperti yang terakhir ini kan efeknya sangat luarbiasa jumlah yang di bantai kita lihat di berbagai media itu hampir puluhan ribu tapi belum ada suatu bentuk penanganan khusus, malah terkesan nanti jadi konflik horizontal antar etnik di Myanmar kalau dibiarkan ini yang tidak kita inginkan, jangan sampai membesar,” tutupnya. (zim)