Kementerian BUMN mengungkapkan adanya 26 perusahaan BUMN yang merugi pada kuartal I-2017. Kerugian tersebut nilainya mencapai Rp 3,4 triliun. Atau naik Rp 2 miliar dari Rp3,2 triliun periode yang sama tahun lalu. Jumlah kerugian terbesar disumbang Perum Bulog yang mencapai Rp903 miliar. Meski demikian, Kementerian BUMN yakin Bulog bisa kembali pulih di kuartal berikutnya.
Sekretaris Kementerian BUMN Imam A Putro mengatakan, kerugian BUMN pada kuartal 1-tahun ini disebabkan belum masifnya pergerakan bisnis di sejumlah sektor. Dirinya optimis jika ke depan jumlah BUMN yang mengalami kerugian akan berkurang. Tahun ini, Imam mengklaim, perusahaan BUMN yang mengalami kerugian tinggal menyisakan satu, hanya PT Merpati Nusantara Airline yang sudah tidak beroperasi. Dengan komitmen angka kerugian yaitu Rp490 miliar.
“Tahun ini komitmen Bu Menteri (BUMN Rini Soemarno, red) kita hanya menyisakan satu, yaitu Merpati saja. Karena memang sudah tidak beroperasi. Bulog rugi Rp903 miliar, pada Tw1 2017. Tapi membanding Tw1 di 2016, Bulog untung dengan capaian Rp 913 miliar. Saya yakin triwulan I dan II sudah mulai untung,” pada paparan kinerja Triwulan (Tw1) 2017 Kementerian BUMN, pada rangkaian Media Gathering di Bogor, Jumat-Sabtu (28/29-4).
Bulog merugi karena belum mendistribusikan beras pra sejahtera (rastra). Menyusul belum adanya Surat Keputusan (SK) Menteri Sosial mengenai penerima program rastra tersebut. Setiap bulan, Bulog mendapatkan perintah penyaluran rastra sebesar 250 ribu ton beras. Dengan demikian beras yang belum disalurkan Bulog selama tiga bulan awal 2017 mencapai 750 ribu ton. Jika ditotal, rinci dia, ada 750 ribu ton yang belum disalurkan.
“Nah jika itu disalurkan, Bulog sebenarnya dapat pendapatan itu sekitar Rp 1 triliun. Jadi sebenarnya untung besar. Saat ini SK Mensos tersebut sudah dikeluarkan, pertengahan bulan ini. Maka dari itu, saat ini Bulog tengah sibuk menyalurkan banyak rastra. Jadi sekarang lagi gencar-gencarnya, istilahnya mereka menyalurkannya di rapel saat ini,” kelit Imam.
Deretan BUMN yang memberikan kerugian kepada negara di tiga bulan pertama 2017 ini, seperti PT Kertas Leces di Probolinggo, Jawa Timur yang fokus pada produksi kertas sesuai namanya. Selain itu, ada PT Industri Sandang (Insan) di Bekasi, Jawa Barat. BUMN yang bergerak di industri garmen ini mulai redup namanya. Perum Produksi Film Negara (PFN), PT Merpati Nusantara Airlines, Perum Badan Urasan Logistik (Bulog), PT Industri Sandang, dan PT Krakatau Steel. BUMN yag bergerak di BUMN ritel dan BUMN perdagangan seperti RNI triwulan satu slow down dengan memberikan sumbangan kerugian, seperti PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
“Leces punya rencana bangun aset, Insan juga dengan problematika hukum clear dan berjalan lebih, asetnya juga banyak. Kemudian Pertani membaik. Kalau Merpati karena dia memang tidak punya bisnis lagi. Tapi memang kerugian ini sudah menjadi siklus tahunan. Target Kementerian BUMN, tahun ini hanya 5 perusahaan yang rugi dengan nilai Rp 499 miliar,” ujarnya.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan perusahaan-perusahaan BUMN merugi pada Tw I sudah biasa. “Biasanya memang triwulan I banyak yang mengalami kerugian. Biasanya, triwulan II pendapatannya mulai naik. Berdasarkan data Kementerian BUMN, jumlah ini menurun jika dibanding triwulan I 2016 yang mencapai 27 BUMN dengan nilai kerugian Rp 3,2 triliun, dari 27 BUMN. Biarpun triwulan I 2016 secara keseluruhan lebih sedikit dibanding triwulan I tahun lalu, sebesar Rp 5,6 triliun, dari 22 BUMN, tapi memang masih cukup tinggi,” ujar Rini di tempat yang sama.
Menteri BUMN meminta agar seluruh BUMN bekerja sama dan bersinergi untuk menekan jumlah BUMN yang merugi. Salah satu strategi Rini, jika BUMN ingin membuat program penghijauan, bibit bisa dibeli dari BUMN yang memiliki aktivitas pembibitan, yaitu PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani.
“Ada dua BUMN yang aktivitasnya pembibitan. BUMN tolong coba lihat dari sini suplai bibitnya. Selain itu, saya ingin agar beberapa anak perusahaan BUMN yang bergerak di sektor yang sama melakukan merger. Umpamanya, KAI, Garuda, Damri, Angkasa Pura, mereka ada logistic cargo. Kan sama aktivitasnya. Tahun ini kita akan keras sekali tekankan bahwa ini perlu di-merge. Banyakny anak usaha BuMN dengan bidangusah a yang sma menimbulkan inefesiensi dan kerap menyebabkan kerugian. Jadi Merger untuk menekan cost sehingga member pelayanan lebih baik juga,” ungkapnya.
BUMN bisa membeli produk dari perusahaan-perusahaan yang merugi. “Kita punya pabrik bahan untuk batik (Primissima). Tahunan rugi terus. Kita punya ini, tapi Bank Mandiri bikin seragam tidak pernah ke sana. BRI sudah mulai memesan. Di 2016, dia mulai untung. Saya gencar blusukan ke proyek-proyek perusahaan pelat merah. Langkah ini dilakukan agar BUMN komitmen menyelesaikan proyek tepat waktu. Seperti jalan tol saya kejar. Saya datangi yang terhambat,” ujarnya.
Penyelesaian proyek tepat waktu bertujuan untuk menghindari BUMN dari kerugian. Sebab, terlambatnya proyek menyebabkan neraca keuangan perusahaan terganggu. “Kalau terlambat cash flownya terganggu. Kita tidak ingin seperti tahun lalu, BUMN tidak mengejar proyek tepat waktu. Target dalam RKP memang hanya 5 yang rugi tapi saya mau tahun ini cuma satu,” harapnya.
Sementara untuk induk usaha, lanjut dia, pemerintah tengah merampungkan pembentukan holding. Salah satu holding yang telah siap dari sektor perbankan. “Holding juga menjadi salah satu cara agar perusahaan pelat merah tidak merugi. Holding akan membuat efisiensi seperti ATM bersama dan kerja bank lebih fokus. BRI ritel, Bank Mandiri dan BNI corporate, BTN perumahan dan turunannya. Cara terakhir ialah dengan sinergi antarBUMN. Kertas Leces (BUMN rugi) punya lahan besar. INKA butuh lahan untuk produksi. Jadi bisa bersinergi. Tidak perlu cari ke tempat lain lagi,” rincinya. (lin)