Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) bersama Amien Rais sekaligus penasihat wakil presiden periode 2009-2014 Abdillah Toha mengirim surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Abdillah menyoroti bagaimana Jokowi berkali-kali menyatakan bahwa dirinya akan memimpin Indonesia pada periode kedua dengan tanpa beban.
semarak.co-Abdillah menilai manuver politik cawe-cawe Jokowi, termasuk untuk menjegal calon presiden (capres) Anies Baswedan sangat kasar dan membahayakan demokrasi bangsa. Abdillah yang merupakan pendukung Presiden Jokowi di pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 menyebut langkah politik Jokowi belakangan ini berubah di periode kedua.
“Di periode kedua itu saya masih mendukung pak Jokowi, tapi kemudian langkah-langkah yang diambil pak Jokowi itu tidak mencerminkan sikap demokrat yang berpihak pada rakyat,” ujar Abdillah di primetime News, Kamis (1/6/2023) dilansir metrotvnews.com/1 June 2023 18:49.
Awalnya, kutip Abdillah, pernyataan Jokowi itu disambut gembira dan ditafsirkan bahwa ia tidak terbebani lagi tekanan politik. “Tapi ternyata apa yang dilakukan beliau itu sebaliknya. Surat terbuka yang saya berikan untuk Presiden Jokowi bukan hal baru saya lakukan. Surat terbuka semacam ini, itu bukan pertama kali buat saya,” ujarnya.
Abdillah mengaku, dirinya pernah menyampaikan surat terbuka kepada PAN. Surat itu dikirim ketika Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto yang juga Ketua umum Partai Gerindr mengklaim sudah menang Pilpres, padahal belum ada pengumuman apapun.
“Saya dan kawan-kawan, termasuk pak Goenawan Mohmmad, Albert Hasibuan, dan tokoh-tokoh lain juga pernah menyampaikan surat terbuka kepada Partai Amanat Nasional agar pak Amien Rais mundur tidak boleh lagi ikut campur, sudah serahkan kepada yang muda-muda,” lanjut Abdillah.
Abdillah menyebut, surat terbuka yang diberikan kepada Jokowi sebagai tanda nasehat yang berguna bagi negeri. “Memang itu bisa dibaca sebagai nasehat maupun bisa dibaca sebagai kritik. Tergantung bagaimana anda melihatnya. Langkah politik Presiden Jokowi yang terang-terangan mengaku akan cawe cawe atau ikut campur dalam Pemilu 2024 bisa merusak demokrasi Indonesia,” sesalnya.
Menurut Abdillah, hanya orang bebal yang tidak bisa mengatakan bahwa langkah- langkah Jokowi hampir setahun belakangan ini sudah sangat kasar dan tidak seperti layaknya orang Jawa. Ikut campurnya Jokowi pencapresan menunjukkan preferensi siapa yang ingin dijadikan sebagai penggantinya menurut Abdillah ditunjukkan dengan terang-terangan.
Seperti seringnya dalam forum bahwa Jokowi mengatakan yang berambut putih yang merujuk pada Ganjar Pranowo. Kemudian Jokowi berubah arah dan seolah mendukung Prabowo yang berasal dari militer sehingga dianggap tegas.
“Nah banyak sekali movenya. Misalnya lagi mengundang partai-partai ke istana tapi ada satu partai yang tidak diundang. Aneh ya? Dan tidak ada penjelasannya. Dan partai itu kebetulan yang mencalonkan Anies Baswedan,” ujar Abdillah Toha eperti dikutip lombok Insider di kanal YouTube Metro TV, Jumat (2/6/2023).
“Jadi kalau kita tidak terlalu bodoh, ya kita tahu ini kasar sekali cara mainnya ini. Jadi tidak boleh seorang kepala negara melakukan tindakan seperti itu. Kepala negara harus netral dan bukan meniru cara di Amerika,” sindir Abdillah yang dilansir lombokinsider.com – Jumat, 2 Juni 2023 | 13:15 WIB.
Presiden Amerika memang diperbolehkan melakukam kampanye untuk presiden berikutnya, tapi di Amerika hanya ada dua partai. Presidennya selalu berganti antara Demokrat atau Republik. Langkah-langkah politik Jokowi ini menurut Abdillah sudah membahayakan demokrasi di tanah air.
Contoh paling konkrit, katanya, adalah UU yang membatasi jumlah calon presiden (capres). Pembatasan tersebut menurutnya artinya rakyat disuruh memilih presiden yang sudah ditetapkan.
“Negeri kita inikan penduduknya ada 270 juta dan banyak sekaliorang-orang pandai di negeri ini yang tidak diangkat sebagai teknokrat oleh Pak Jokowi kecuali orang-orang tertenetu yang berprestasi.Jadi tidak ada kebebasan untuk memilih. Lalu UU itukan dibuat bersama eksekutif dan legislatif itu sudah membahayakan,” ujarnya.
Abdilllah mengaku makin tersentak dengan sikap Jokowi yang menurutnya semakin berubah apalagi dengan terang-terangan akan cawe cawe dalam Pemilu dengan alasan masa depan Indonesia terlalu penting.
Jelas hal tersebut, menurutnya, menunjukkan Jokowi telah menyimpulkan bahwa hanya capres pilihannyalah yang akan dapat membangun Indonesia tanpa mempertimbangkan aspirasi rakyat. Abdillah menegaskan, dirinya merupakan salah satu pendukung Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 silam.
Namun, langkah politik Jokowi dinilai berubah di periode kedua. “Di periode kedua itu saya masih mendukung pak Jokowi, tapi kemudian langkah-langkah yang diambil pak Jokowi itu tidak mencerminkan sikap seorang demokrat yang berpihak pada rakyat,” ujarnya.
Abdillah menyoroti bagaimana Jokowi berkali-kali menyatakan bahwa dia akan memimpin Indonesia pada periode kedua dengan tanpa beban. Awalnya, pernyataan Jokowi itu disambut gembira dan ditafsirkan bahwa ia tidak terbebani lagi tekanan politik. “Tapi ternyata apa yang dilakukan beliau itu sebaliknya. Tidak terbebani oleh rakyat,” kata Abdillah.
Abdillah Toha mengingatkan manuver-manuver politik Jokowiselain membahayakan demokrasi juga bisa menimbulkan chaos politik. Dia mengingatkan reformasi 1998 selain faktor ekonomi juga dipicu oleh kemarahan rakyat atas korupsi masif yang dilakukan kroni dan keluarga Soeharto.
Sementara di masa Jokowi ini menurutnya angka korupsi bukan turun malah makin naik. “Nah sekarang korupsi bukan menurun. Itu dikatakan sendiri oleh Menko Polhukam bahwa korupsi makin meningkat,” ungkapnya.
Lebih parahnya lagi campur tangan presiden pun menurutnya sudah kemana-mana seperti KPK yang dilumpuhkan, campur tangan di MK dengan isu sistem pemilu yang kabarnya kan diganjti jadi proporsional tertutup. Hal-hal tersebut menurutnya kini membuat hawa politik di tanah air semakin panas.
Dia khawatir hal-hal ini nantinya akan memicu demo-demo besar yang akan merugikan rakyat. Atau mungkin,lanjut Abdillah, keributan-keributan justru memang diharapkan oleh sebagian pihak untuk kemudian dimanfaatkan untuk mendorong Jokowi menetapkan keadaan darurat untuk kemudian memperpanjang masa kekuasaannya.
Sekali lagi Abdillah mengingatkan bahwa kritik yang disampaikannya ini adalah untuk kebaikan. Sebagaimana surat terbuka yang ia berikan untuk Presiden Jokowi tersebut menurutnya adalah bentuk perhatian dan nasihat. Hal sama menurutnya juga pernah ia lakukan. “Surat terbuka semacam ini, itu bukan pertama kali buat saya,” ujarnya.
“Saya dan kawan-kawan, termasuk pak Goenawan Mohmmad, Albert Hasibuan, dan tokoh-tokoh lain juga pernah menyampaikan surat terbuka kepada Partai Amanat Nasional agar pak Amien Rais mundur tidak boleh lagi ikut campur, sudah serahkan kepada yang muda-muda,” lanjut Abdillah Toha.
Abdillah Toha menyebut, surat terbuka yang diberikan kepada Jokowi sebagai tanda nasehat yang berguna bagi negeri. “Memang itu bisa dibaca sebagai nasehat, maupun bisa dibaca sebagai kritik. Tergantung bagaimana anda melihatnya,” ucapnya.
Diketahui, Abdillah Toha merupakan Penasehat Wakil Presiden RI 2009-2014 bidang Telaah Strategi. Ia juga pernah menjadi Anggota DPR RI Daerah pemilihan Banten 2, periode 2004-2009 asal PAN.
Pada 1998 saat terjadi gerakan reformasi dan setelah turunnya Soeharto, Abdillah Toha bersama dengan Amien Rais mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjadi salah seorang formatur pertama dan ketua DPP PAN.
“Tapi yang utama dan yang terpenting dalam tulisan singkat ini adalah saya merasa di ujung jabatan bapak, presiden kita telah mengambil langkah-langkah dan manuver-manuver politik yang membahayakan demokrasi kita,” kata Abdillah Toha dilansir metrotvnews.com/1 June 2023 20:09.
Menurut Abdillah Toha, Jokowi tidak lagi berfokus pada pekerjaan utama selaku kepala negara yang telah dimandatkan rakyat. Namun, memilih bermanuver dengan merusak demokrasi, antara lain membatasi jumlah calon presiden oleh undang-undang.
Abdillah Toha juga mewanti-wanti manuver politik Jokowi demi keuntungan pribadi maupun kelompok terdekatnya dapat dikategorikan sebagai perbuatan koruptif. Sebelum melangkah lebih jauh dan merusak demokrasi bangsa, Abdillah berharap Jokowi dapat berubah serta memperbaiki diri menjadi presiden yang menjamin kelancaran Pemilu 2024 dengan damai, adil dan jujur.
Seperti diberitakan detik.com, Jumat, 09 Jul 2021 10:06 WIB, salah satu pendiri PAN Abdillah Toha mengaku gerah terhadap lingkaran Presiden Jokowi. Abdillah adalah pendukung Presiden Jokowi dan salah satu gerakan yang paling diingat ketika Pilpres 2019 adalah saat berseteru dengan Amien Rais.
Dirangkum detikcom, Jumat (9/7/2021), ketika Pilpres 2019 tengah panas-panasnya, PAN bergejolak. Dimulai dari sejumlah kader PAN di daerah yang membelot mendukung Presiden Jokowi, sejumlah pendiri PAN bermanuver menulis surat terbuka meminta Amien Rais mundur. PAN pada 2019 mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Surat terbuka tertanggal 26 Desember 2018 mencantumkan lima nama pendiri dan penggagas PAN, yakni Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohamad, Toeti Heraty, dan Zumrotin, meminta Amien Rais mundur.
Goenawan Mohamad membenarkan surat tersebut ditulis dan ditandatangani kelimanya. “Iya benar. Yang menulis Pak Abdillah Toha. Kami semua menandatangani,” ujar Goenawan saat dimintai konfirmasi.
Kelima pendiri PAN tersebut mengatakan surat dibuat setelah memperhatikan perkembangan kehidupan politik di Indonesia. Khususnya kiprah Amien Rais bersama PAN ataupun secara personal.
“Kami sebagai bagian dari penggagas dan pendiri PAN merasa bertanggung jawab dan berkewajiban membuat pernyataan bersama di bawah ini demi mengingatkan akan komitmen bersama kita pada saat awal pendirian partai,” demikian tulis surat terbuka tersebut.
Abdillah Toha berbicara alasan meminta Amien Rais mundur dari PAN. Dia menjawab tudingan PAN merasa dikerjai dengan langkah para pendiri ini. “Itu terserah interpretasi mereka, saya tidak ada maksud ke situ, sama sekali tidak ada maksud ke situ (mengerjai PAN). Kalau mereka mau lihatnya begitu, berarti ada yang nggak beres di dalam partai,” kata Abdillah kepada wartawan, Kamis (27/12/2018).
Abdillah telah tegas membantah dirinya bermaksud mengerjai PAN lewat surat permintaan agar Amien Rais mundur. Dan jika PAN merasa dikerjai, Abdillah menganggap PAN memang sedang bermasalah di internal. Apa masalahnya? “Loh nggak tahu saya. Kalau mereka melihatnya begitu, berarti ada kesadaran di mereka barangkali ada yang tidak beres di dalam partai. Saya tidak tahu apa,” ujar dia.
Waketum PAN Viva Yoga Mauladi saat itu menuding lima pendiri PAN yang mendesak Amien Rais mundur dari partai ialah orang-orang pro-Jokowi. Pilihan politik berbeda itulah yang diduga menjadi pemicu kelima orang tersebut mendesak Amien mundur.
Abdillah Toha menjawab. Dia menyebut permintaan agar Amien Rais mundur tak terkait dengan pilihan politiknya. “Loh, kalau kita umpamanya, andaikata itu benar kita mendukung Pak Jokowi, saya tidak mengatakan iya atau tidak, saya nggak mau kampanyelah, andaikata itu benar, apa kalau ada orang mendukung salah satu capres terus harus ditutup mulutnya? Itu tidak ada hubungannya dengan itu sama sekali,” tegas Abdillah kepada wartawan.
Meski mendukung Jokowi, Abdillah Toha kini merasa gelisah terhadap lingkaran presiden. Abdillah Toha menyampaikan melalui akun Twitternya bahwa kondisi Indonesia saat ini tidak baik-baik saja. Dia menyebut beberapa sektor bermasalah.
“Bapak Presiden Jokowi yang saya hormati. Tes seorang pemimpin adalah pada masa krisis. Kita sedang menghadapi multikrisis dan belum tampak tanda mereda. Pandemi makin mengganas, ekonomi merosot, penegakan hukum gagal, fiskal terancam bangkrut, rakyat kecil menderita, sementara itu…” tulis Abdillah dalam akun Twitternya, Jumat (9/7/2021). (net/gle/pri/mtv/lom/smr)