Gelar RUPST 2018, PT Mayora Indah Bagikan Dividen Rp 603 M

(ki-ka) Komisaris utama PT Mayora Indah Jogi Hendra Atmadja, Dirut PT Mayora Indah Andre Sukendra Atmadja, dan Direktur PT Mayora Indah Hendarta Atmadja.

PT Mayora Indah, produsen makanan dan minuman olahan di Indonesia mengklaim tidak terkena pengaruh signifikan atas fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang bergejolak. Pasalnya, potensi ekspor produk-produknya sudah hampir fifty-fifty. Itu sebabnya, perseroan masih mengalami peningkatan pendapatan. Baik dari sisi penjualan, laba usaha mau pun laba bersih.

Direktur utama PT Mayora Indah Andre Sukendra Atmadja mengakui, bahan baku sebagian produknya harus impor, tapi bahan baku itu untuk produk yang di ekspor juga. Sehingga bisa tertutupi. Sedangkan kalau pun terjadi kenaikan pada harga produk, Andre mengaku, itu bukan disebabkan gejolak nilai tukar rupiah.

“Porsi ekspor kami terbilang sangat besar. Ini bisa menetralisir dampak negatif nilai tukar rupiah yang bergejolak. Ditambah lagi, Mayora pun cukup pruden karena tidak ada pinjaman dalam bentuk dolar. Untuk itu, kami pun terus meningkatkan ekspor. Walaupun penjualan domestik tetap terjaga. Besar ekspor dan penjualan ekspor, sudah hampir fifty-fifty,” ungkap Andre usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di kawasan Tangerang, Jumat (25/5).

Diakui Andre, adanya pengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah pada harga pokok produk. Tapi karena ekspor tadi yang cukup besar, jadi pengaruhnya tidak banyak. Paling harga produk yang jadi ikut naik turun. “Tapi itu hanya untuk yang bahan baku impor yang produknya ekspor pula,” kilahnya.

Pendapatan Meningkat

Di bagian lain, Andre menilai perseroan telah berhasil mengatasi masalah-masalah yang ada selama 2017 dan telah berhasil meraih nilai penjualan di atas angka yang ditargetkan tahun sebelumnya, di 2016. Proyeksi di 2018, baik penjualan, laba usaha dan laba bersih akan naik 10% dari tahun 2017.

“Pendapatan yang ingin dicapai perseroan pada 2017, Rp 20,10 triliun. Per 31 Desember 2017, perseroan berhasil mencatatkan jumlah pendapatan Rp 20,82 triliun. Atau Rp 720 miliar lebih besar dari yang ditargetkan,” ungkapnya didampingi jajaran komisaris dan direksi.

Pendapatan 2017 ini, kata dia, meningkatkan 13,4% dibanding pendapatan 2016 sebesar Rp 18.35 triliun. “Sementara jumlah laba usaha yang ditargetkan adalah sebesar Rp 2,43 triliun. Dari target itu, berhasil dicapai sebesar Rp 2,46 trilliun. Atau Rp 30 miliar lebih besar dari yang ditargetkan,” rincinya.

Adapun laba bersih yang berhasil diperoleh tahun 2017, sebut Andre, sebesar Rp 1,63 triliun. Atau Rp 100 miliar lebih besar dari yang ditargetkan, yaitu Rp 1,53 triliun. “Karena itu, RUPST pun sepakat untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 603 miliar. Atau sebesar Rp 27 per saham. Dividen ini akan mulai dibayarkan pada 25 Juni 2018,” ujarnya.

Melihat pertumbuhan perseroan dalam berbagai bidang yang setiap tahun terus meningkat dengan menggembirakan, maka pihak manajement merasa harus melakukan ekspansi pabrik dalam bentuk perluasan fasilitas produksi dan dalam bentuk penambahan kapasitas produksi pada lokasi yang telah ada saat ini. “Dana yang diperlukan untuk melakukan ekspansi tahun ini kurang lebih sebesar Rp 1 triliun. Sementara untuk pendanaannya berasal dari pinjaman bank dan kas internal,” ungkapnya.

“Dilakukannya ekspansi i ni, memberi kesempatan bagi perusahaan untuk berinovasi dan memasuki pasar secara lebih luas. Perseroan juga dapat semakin siap dalam pengembangan kinerja untuk mencapai target pertumbuhan secara berkesinambungan dan memantapkan posisi perseroan sebagai pionir dalam bidang makanan dan minuman olah terbesar di Indonesia,” tutupnya. (lin)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *