Opini Syarwan Hamid Mengungkap Skenario Jenderal Gatot Nyapres

Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di acara rapimnas Golkar baca puisi

Nama Jenderal Gatot tiba-tiba sangat dikenal, ia dianggap pro-islam sejak aksi umat Islam yang menuntut Ahok dipenjara dalam kasus penistaan agama. Benarkah peristiwa munculnya Gatot berlangsung secara alami?

Bahkan TV nasional yang anti Habieb Rizieq sekalipun senang mewawancarai Jenderal bintang empat tersebut. Dalam politik tidak ada kebetulan, semua direncanakan dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan.

Barangkali banyak diantara kita lupa bagaimana seorang Walikota kemudian menjadi tokoh nasional, apakah itu juga kebetulan? Jelas tidak, ada skenario panjang yang disiapkan dan hasilnya terbukti pada pilpres 2014, Jokowi menang.

Demikian halnya dengan Gatot Nurmantyo yang tiba-tiba begitu dikenal dan elektabilitasnya terus naik. Siapa yang menskenarionya, kita semua masih meraba dan berspekulasi akan tetapi kepada salah satu media nasional Gatot mengakui sejak lama dekat dengan salah pemain dibelakang layar, Tomy Winata.

Melalui Panglima ABRI Edi Sudrajat, Gatot dan Tomy saling kenal. Sepertinya Tomy Winata sukses menjadikan Gatot sebagai Panglima TNI, dan kasus Ahok membuatnya patut waspada sehingga perlu memunculkan tokoh alternatif bila Jokowi kalah atau tidak lagi menjabat.

Maka kemunculan Gatot dalam persaingan pilpres 2019 bukanlah kebetulan saja, apalagi Tomy yang diduga kuat sebagai leader 9 naga memiliki akses ke media besar di Indonesia. Jangan heran bila kemudian Gatot terus meningkat popularitas dan elektabilitasnya.

Skenario mempopulerkan Gatot cukup berhasil, setidaknya hingga hari ini partai koalisi gerindra (PKS) sedikit ragu dengan Prabowo. Beberapa elit PKS malah meyakini bahwa tiket capres akan diberikan Prabowo kepada Gatot Nurmantyo.

Kalaupun tiket capres tak didapat, setidaknya tiket cawapres menjadi harapan terakhir bagi Gatot yang dekat dengan Tomy Winata. Bila skenario ini terjadi, maka 9 naga telah menang telak. Jokowi dan Gatot sejatinya serupa tapi tak sama, namun indikasi PKS memiliki cawapres dari internalnya telah membuat Jokowi panik begitu pula dengan Tomy cs.

Planning B yang sedang disiapkan ialah dengan memaksa SBY berkoalisi mendukung Jokowi. Kasus Century cukup bagi Jokowi untuk memaksa SBY bertekuk lutut. Kalaupun tidak mendukung langsung, SBY diharuskan melahirkan poros baru yang bisa menguras suara Prabowo.

Sementara untuk memaksa Megawati tak mencalonkan Puan sebagai cawapres, kasus BLBI cukup efektif kembali dimunculkan. Ini mirip dengan keterpaksaan Megawati menandatangangi surat dukungan kepada Ahok walaupun Ahok sebelumnya menganggap parpol tak penting.

Jokowi dan kubunya memang lebih takut pada Prabowo dibandingkan SBY apalagi Gatot. Sejauh ini skenario Gatot untuk tetap diporos umat Islam telah sukses. Umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya mudah terpesona dengan orang baru yang dimunculkan media.

Kehadiran Gatot diharapkan dapat menambah angka Golput yang sebelumnya benci pada Jokowi. Lebih baik membuat mereka golput dari pada mereka mendukung Prabowo, tentu saja bila skenario Gatot tak dicapreskan Prabowo maupun tak dicawapreskan.

Rilis semua lembaga survei mengatakan posisi Jokowi sebagai petahan belum pada Zona aman. Apalagi belakangan ini rakyat mulai paham dengan politik termasuk soal prestasi Jokowi yang digembar gemborkan media ternyata nol besar, salah satunya infrastruktur yang telah merenggut nyawa serta kerugian materi yang tak sedikit. Langkah memaksa SBY bergabung atau setidaknya memecah suara umat Islam dirasa perlu dilakukan selain tetap menjadikan Gatot sebagai cawapres.

Skenario terakhir yang akan dijalankan bila Gatot tak dijadikan capres atau cawapres oleh Prabowo ialah dengan menjadikannya sebagai cawapres bagi Jokowi. Skenario ini dianggap paling ideal, bahkan pengamat bayaran menganggap bila Jokowi bergandengan dengan Gatot maka pilpres telah selesai. Benarkah pilpres telah usai bila Jokowi bergandengan Gatot? Tidak ada yang pasti dalam politik apalagi ada banyak tokoh lain yang bisa menjungkirbalikan pendapat tersebut.

Kalangan sipil yang dekat dengan umat Islam serta nasionalis masih banyak. Sebut saja Mahfud MD, Din Syamsudin, maupun Rizal Ramli bahkan kader-kader PKS juga melimpah. Itu artinya Prabowo bisa saja mengambil salah satu opsi tersebut dan mengalahkan Jokowi-Gatot.

Semua masih mungkin sehingga Jokowi sebagai petahana hingga hari ini belum percaya diri untuk mengumumkan siapa cawapresnya. Pengalaman pahit pilkada DKI menjadi salah satu sebabnya Jokowi tak ingin cepat-cepat mengumumkan cawapresnya.

Dalam pilkada DKI Jakarta, Ahok yang didukung banyak parpol tak berdaya menghadapi Anies yang hanya bermodalkan 3 parpol pendukung. Itu sebabnya Jokowi akan memaksa SBY untuk mendukungnya guna menambah pasukan dalam menghadapi pilpres.

Jokowi benar-benar dalam situasi panik, ia ingin kepastian menang sebelum pilpres berlangsung dan SBY harus menjadi salah satu bidaknya. Sementara Prabowo yang terus ditekan dengan berbagai wacana ternyata masih tetap tenang bahkan usaha membuka komunikasi dengan parpol yang belum mendukung Jokowi pun tak dilakukan.

Prabowo sepertinya sangat siap kalah, apalagi pengalaman pernah kalah dalam dua kali perhelatan pilpres membuatnya tahu bagaimana rasanya kalah. Sementara Jokowi yang sepanjang karir politiknya selalu menang tak ingin ternodai dengan kekalahan pada pilpres 2019. Sementara bagi 9 naga, menjaga aset yang telah ada sangatlah penting.

Itu sebabnya 9 naga tak ingin aksi pengusiran etnis keturunan Cina terjadi lagi. Satu-satunya cara ialah dengan menjadi donatur bagi capres. Bila Gatot gagal nyapres maka mereka harus pastikan Jokowi menang lagi.

Kivlan Zen

Tulisan ini sungguh menggambarkan suatu analisa yg tajam dan benar. Terlebih jika di kaitkan dgn tulisan Kivlan Z yg secara telanjang menyampaikan sikapnya (unek2nya). Ybs datang ke Posko kami dan dgn bersemangat berujar persis spt di tulis di Wa yg di buat nya.

Saya terperangah mendengar Kz menyampaikan bahwa Dia tdk lagi dukung Prabowo dgn alasan bla, bla,… bla yg konyol dan sangat pribadi. Kami di posko menganggap pernyataan itu cendrung memfitnah. Kelanjutan dari pernyataan nya yg ” luar biasa “,yakni mendukung Gatot N, karena al Uang nya banyak yg di dpt dari Tomy W dan beberapa Taipan lainnya.

Jika tak mendengar sendiri, pasti Saya ragukan kebenaran pernyataan itu. Masya Allah, begitu hebatkan tata nilai yg menjadi ukuran mengusung seorang Presiden.???Persetan sikap yg bersangkutan mendukung Gn, tapi pantaskah Add Kivlan yg namanya dikenal baik, berujar naif spt itu?

Saya dan teman2 di Posko, tak bergeming dgn penilaian itu, Kami semua mendukung Prabowo dgn kesadaran utuh akan kelebihan dan kekurangannya. Kita memang bukan cari “malaekat”, tapi mencari “Manusia”yg dinilai mampu dan berani berjibaku melawan gelombang Ancaman yg sdg dan akan terus melanda Negri ini. Bravo Prabowo, Kami dan sangat banyak yg lain al, Pok bela bangsa Dan islam di belakang Anda. Semoga Allah meridhoi niat baik ini. Amin. Syarwan.

Siapakah Jokowi

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dg banyak kejadian demi kejadian yg membuat kita ingin tau. Siapakah Anda Jokowi?

Terkesan pertanyaan ini mudah menjawabnya. Bahwa Jokowi adalah Presiden terpilih RI, Pemegang kekuasaan tertinggi Angkatan Perang/ TNI ,disamping membawahi Kepolisian Ri POLRI  dan BAKIN.

Secara normatif tentu semua kembaga tsb diatas berkewajiban memberikan masukan kpd Presiden tentang Situasi Nasional, dalam bentuk al  : Ancaman strategis jangka pendek dan jangka panjang. Jika boleh Rakyat tahu, apa saja ancaman yg disampaikan oleh lembaga yg semuanya kompeten itu kpd Presiden?

Yg pasti Saya menduga al : Teroris lokal dan Internasional.., karena kesitu arah yg paling intens ditujukan (Termasuk jaga mesjid jugakah?)

Dgn gentayangannya Sdm Cina dan InSya Allah dgn kebijakan lunak Pemerintah, akan menjadi super gentayangan,yg model itu juga menjadi penyebab beberapa Negara tertentu ( hampir semua) di dominasi Cina.

Tdk kah Aparat Keamanan Anda mengantisipasi akan berkembang ancaman spt Negara lain itu…. Atau boleh juga Saya tanyakan  Apakah kita tak membuat perkiraan Strategis ttg hakekat ancaman Cina tsb,sementara Rakyat memperkirakan ancaman itu sangat realistis. Kekhawatiran saya selaku rakyat menjadi jadi khawatir bahkan takut Negri ini didominasi Cina tanpa kesiapan perlawanan yg optimal tentu ini sangat konyol menyerahkan negara ini tanpa perlawanan yg tidak berimbang, dan Jika itu terjadi, dan sangat mungkin terjadi, bagaimana kelak Anda mempertanggung jawab kannya kpd Rakyat ???? terutama selaku pemegang kekuassan tertinggi.

Dan  pertanyaan pun kembali mengusik kepala  Siapakah  sesungguhnya Anda Pak Jokowi??? Kita hrs menemukan jawaban dari teka teki ini.orang nomor satu di negri ini yg miliki power full untuk memgendalikan negara ini.

WAG #2019GantiPresiden kiriman Eggy Sudjana, Senin 23 April 2018 dan WAG FSU Bersama kiriman Nur Aini, Minggu (22/4).

WAG #2019GantiPresiden kirman Yoeni Ladies World dan Ganse Mulyadi Senin (23/4) menyebut;

Propaganda Bersama Yang Sedang Dijalankan Oleh Media-media Besar Nasional Bersama Partai-partai Pengusung Jokowi Dalam Seminggu Terakhir :

  1. Menggiring opini publik bahwa Gatot Nurmantyo adalah capres terkuat untuk melawan Jokowi dibandingkan Prabowo. Tujuannya adalah untuk meruntuhkan kepercayaan diri pendukung Prabowo.
  2. Para elit pendukung Jokowi ramai-ramai berbicara di media bahwa Prabowo belum tentu maju sebagai capres, kendati Gerindra sudah menegaskan berkali-kali bahwa Prabowo sudah resmi akan maju sebagai capres. Namun wacana yang diblow-up media yakni Prabowo masih ragu untuk maju.
  3. Sebagian lembaga survey bersemangat menyatakan elektabilitas Jokowi sangat tinggi dan sebaliknya elektabilitas Prabowo sangat rendah. Hasil-hasil survey “pesanan” ini terus menerus diberitakan oleh media pro-penguasa. Tujuannya untuk memupuk pesimisme publik.
  4. Dalam banyak dialog, media-media besar bersama partai pengusung Jokowi selalu mengarahkan opini agar terbentuknya poros alternatif untuk memilih capres ketiga selain Jokowi dan Prabowo. Tentu sekali lagi tujuannya untuk memecah suara umat.

Sebenarnya Jokowi dan pengusung sedang menggigil ketakutan menunggu kekalahan telak seperti Pilkada DKI. Logikanya adalah fakta persentase pilpres 2014 kemenangan Jokowi hanya 3% diatas Prabowo (53% – 47%).

Dalam 5 tahun terakhir berapa banyak yang taubat dari mendukung Jokowi? Berapa banyak yang kecewa? Berapa banyak yang akan bersama gerakan 212 dan ulama? Berapa banyak yang akan totalitas memilih dan mengawal pemilu kali ini?

Fakta-fakta ini sedang ditutupi oleh media-media besar dan partai-partai penguasa dengan berbagai propaganda diatas. Namun masyarakat Indonesia tidak akan tertipu untuk kedua kalinya Insyaa ALLOH.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *