Urgensi Pengiriman Militer Negeri Islam

Pasukan keamanan Israel bersiaga saat bentrok dengan demonstran warga Palestina di kompleks Masjid Al Aqsa. Foto: internet

Oleh Abu Fatih Sholahuddin *)

semarak.co-Gaza terus membara. Jumlah korban akibat teror penjajah Yahudi dukungan Barat semakin bertambah. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan setidaknya 481 orang terbunuh dalam serangan udara Yahudi dalam 24 jam terakhir.

Bacaan Lainnya

Pada hari-hari sebelumnya, jumlahnya terkadang jauh lebih tinggi. Totalnya, lebih dari 7.000 warga Palestina telah terbunuh, 66 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Umat Islam hampir di seluruh dunia pun menunjukkan kemarahannya, terutama kepada penguasa mereka yang diam membisu dan hanya mengecam dan berjanji memberikan bantuan kemanusiaan.

Ribuan warga sipil di Yordania marah dan berbaris menuju kedutaan “Israel”, melakukan protes dan kerusuhan, menyerukan penghapusan semua perjanjian antara Yordania dan entitas Yahudi. Akhirnya mereka bertemu dengan pasukan pertahanan, menyerang mereka dengan gas air mata agar mereka mundur.

“Siapa yang kamu bela?Kedutaan besar mereka?!” teriak seorang Muslimah. “Takutlah  kepada Allah! Apa yang akan kamu katakan kepada Allah (SWT) pada Hari Kiamat?!

Di Mesir, ribuan orang berkumpul untuk melakukan protes di berbagai kota, meneriakkan, “Matilah Israel” dan “Dengan jiwa kami, dengan darah kami, kami berkorban untukmu, Al-Aqsha.” Mereka juga meneriakkan, “Di mana tentara Arab?!”

Di Beirut, Lebanon, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di dekat Kedutaan Besar AS. Polisi melemparkan puluhan tabung gas air mata. Mereka juga menembakkan meriam air untuk membubarkan demonstran. Maroko, Bahrain, dan Kuwait juga dibanjiri protes.

Umat Islam Yaman pun melakukan protes. Di Malaysia dan Indonesia umat Islam pun bergerak. Di Jakarta, kedubes AS didatangi demonstran dengan menyerukan: usir Amerika yang menjadi pendukung buta Zionis Yahudi penjajah!

Di sisi lain, seruan mengirim pasukan militer negeri Islam semakin menguat. Terutama disuarakan Hizbut Tahrir, gerakan global dunia Islam yang ingin mempersatukan umat di bawah naungan Khilafah ala minhajin nubuwah.

Seruan Hizbut Tahrir ini ada beberapa urgensinya:

Pertama, seruan ini untuk memenuhi perintah Allah SWT, yang memerintahkan jihad fi sabilillah, ketika ada negeri Islam yang diserang, diduduki dan dizalimi. Perintah ini berlaku bagi seluruh kaum Muslimin, ketika upaya mengusir penjajah dan memerangi mereka belum tuntas dilakukan oleh satu negeri Islam seperti Palestina

Dan yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi perintah ini adalah para penguasa negeri Islam dan para panglima perang yang memiliki komando untuk menggerakkan militer negeri-negeri Islam.

Kedua, dalam perang ini yang dihadapi oleh umat Islam sesungguhnya bukanlah hanya entitas penjajah Yahudi yang jumlahnya sekitar 7 juta orang dengan sekitar 150 ribu pasukan inti. Tapi yang dihadapi umat Islam adalah negara-negara Barat seperti Inggris yang membidani kelahirannya, Amerika dan sekutu Eropanya yang menjaga sebagai harga mati.

Sesungguhnya yang kita hadapi adalah kekuatan politik global yang juga siap mengerahkan militer mereka. Perang ini tidak bisa hanya diserahkan tanggungjawabnya kepada Hamas yang telah membuktikan keberanian mereka. Tapi harus ada mobilisasi militer negeri-negeri Islam.

Ketiga, hanya dengan mobilisasi tentara-tentara negeri Islam-lah akar krisis Palestina ini bisa dituntaskan. Sekali lagi akar persoalannya adalah keberadaan entitas penjajah Yahudi. Ini tidak bisa diselesaikan dengan bantuan kemanusiaan, yang hanya membantu korban, tapi tak menghentikan penjahatnya yang selalu melukai bahkan membunuh korban.

Tidak pula dengan usulan kerangka perdamaian Barat atau solusi dua negara yang berujung pada pengakuan eksistensi penjajah Yahudi ini, seolah sebuah negara yang legal. Ini hanya bisa diselesaikan dengan jihad fi sabilillah.

Keempat, sesungguhnya inilah kesempatan baik baik para penguasa negeri Islam, para panglima perang, untuk menunjukkan kepedulian sejati mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin. Bukan kepedulian yang semu seperti selama ini.

Kelima, namun kalau kesempatan baik ini tidak digunakan oleh penguasa-penguasa negeri Islam, inilah saat yang tepat bagi para panglima perang untuk mengambil alih komando tertinggi untuk mendapatkan cinta sejati dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Kalau para penguasa negeri-negeri Islam.

Terutama penguasa Arab tidak berbuat apa-apa, inilah saat saat kejatuhan mereka yang semakin dekat. Semakin jelas tampak polarisasi antara rakyat dan penguasa mereka. Rakyat, umat ini, menginginkan jihad fi sabilillah untuk membebaskan saudara-saudara mereka yang dizalimi, sementara penguasa mereka malah diam atau menghalangi keinginan rakyat.

Keenam, kalau perubahan itu terjadi, kita perlu peringatkan umat jangan lagi mau menerima bantuan-bantuan Barat apapun bentuknya. Umat jangan lagi terjebak pada tawaran demokrasi Barat seperti masa Arab Spring, yang justru menjadi penyebab kegagalan perubahan.

Sudah saatnya umat bersama panglima perang mereka kembali hanya kepada Islam sebagai pedoman hidup. Kembali dengan menegakkan institusi yang telah mempersatukan umat, melindungi umat, mengurus umat dengan benar dengan syariah Islam, yaitu Khilafah ala minhajinnubuwah. Inilah saatnya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi! Allahu Akbar.

*) pengamat Timur Tengah

 

sumber: WAGroup HIMPUNAN AKTIVIS MASJID (postKamis9/11/2023/)

Pos terkait