Resesi itu sebetulnya, intinya adalah terganggunya supply dan demand. Tapi sekarang Supply dan demand sudah jauh lebih lancar pasca pandemi Covid-19 sehingga tidak ada kekhawatiran lagi seharusnya tahun ini tentang resesi kecuali sesuatu di luar prediksi kita bisa terjadi. Apa itu? Tidak ada yang bisa tahu.
semarak.co-Jadi resesi diakibatkan faktor yang di luar kendali seluruh keputusan pengambil kebijakan ekosistem ekonomi, baik ditingkat domestik maupun di global. Adanya asumsi akan ada resesi karena ada faktor yang diluar daripada prediksi kita yang terjadi pada Desember 2021, yaitu perang Rusia dan Ukraina.
Semua itu mengemuka dalam diskusi Dialektika Demokrasi dengan judul Membedah Target Pertumbuhan ekonomi di Tengah Isu Resesi yang dilaksanakan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bekerja sama dengan Biro Pemberitaan DPR RI di kompel Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis sore (23/2/2023).
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra Kamrussamad melanjutkan, Indonesia dalam pertumbuhan ekonomi yang baik, yaitu 5,4 % sehingga kemungkinan besar akan terhindar dari ancaman resesi global. Resesi itu jika terjadi, pada ketimpangan antara suplai dan demand (barang kebutuhan pokok).
“Tapi karena sudah adaftif, hal itu tidak terjadi meski perang Rusia Vs Ukraina masih berlangsung. Saya yakin target petumbuhan ekonomi 5,4 % itu akan tercapai, namun apakah pertumbuhan itu berkualitas atau tidak?” ujar Kamrussamad ketika tampil pertama dalam diskusi itu.
Apalagi 80% pertumbuhan ekonomi itu digerakkan rumah tangga dan setiap satu persen pertumbuhan itu akan membuka 500 ribuan lapangan kerja. Buktinya kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. “Jadi, jangan sampai pertumbuhan ekonomi itu auto pilot, melainkan harus dimanaje, didesign agar menyerap tenaga kerja. Kalau utang negara besar, itu pada rakyat Indonesia, bukan ke asing,” bebernya.
Saat menyusun kerangka ekonomi mikro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, lanjut dia, di 2021 untuk 2022, pemerintah dan DPR RI hanya memprediksi kemungkinan akan terjadi Covid-19 lagi dengan varian baru dan seterusnya, tapi ada satu yang kita tidak prediksi waktu itu adalah perang antara Rusia dan Ukraina.
“Kalau soal laut Cina Selatan Kita udah prediksi antara Taiwan dengan Tiongkok juga kita sudah prediksi, antara Korea Utara dan Korea Selatan juga sudah kita masukkan dalam variabel, tetapi kemudian kenyataannya lain dan situasi 2022 udah berbeda dengan 2023,” ulas dia.
Saat ini, menurut Kamrussamad, semua pihak sudah mulai adaptif terhadap perang yang terjadi. Kamrussamad sendiri menilai, target pertumbuhan tahun 2023 yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR RI sebesar 5,2 persen merupakan target yang realistis dan itu akan mudah dicapai.
Yang menjadi pertanyaan besar itu adalah, sejauh mana kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut, kalau kita bedah pertumbuhan ekonomi di 2022 yang lima koma sekian persen, di mana 50,8% digerakkan konsumsi rumah tangga, ini yang menjadi pertanyaan besar, di mana peran signifikan, program hilirisasi industri, terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkualitasnya diukur dari mana.
Banyak teori mengatakan, terang dia, setiap pertumbuhan ekonomi 1% idealnya menciptakan 500.000 lapangan kerja baru, tapi faktanya angka kemiskinan ekstrem mengalami penambahan 0,3 menurut BPS di kuartal ke-4 Tahun 2022
“Karena itu kita coba lihat lagi, beberapa provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Maluku Utara 27 koma sekian persen, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, juga di atas pertumbuhan ekonomi nasional,” bebernya.
Pengamat ekonomi Drajat Wibowo menyatakan, Indonesia tidak akan terancam resesi ekonomi meskipun perang Rusia-Ukraina masih agak panjang. Beberapa negara di tahun 2023 ini, menurut Drajat mungkin akan terkena resesi. Namun tanda-tanda global akan resesi masih fifty-fifty.
“Apakah kita akan terancam resesi jawaban saya insya Allah tidak. Saya sampaikan, tidak ada tanda-tanda kita di 2023 akan resesi, apakah ada tanda-tanda global akan resesi masih fifty-fifty tapi beberapa negara mungkin akan terkena resesi, namun peluangnya lebih besar tidak resesinya untuk global,” terang dia.
Apakah ada pelambatan ekonomi? “Kalau kelambatan ekonomi, iya! Resesi itu definisinya dua periode berturut-turut tumbuh negatif. Kita nggak ada tanda-tanda seperti itu dan datanya saya sampaikan untuk wilayah Asean ada di situ, ada suatu data. Data itu saya kumpulkan dari otoritas statistik masing – masing negara,” katanya.
Di data itu, Drajat menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kita untuk 5,31% itu perlu kita syukuri. “Alhamdulillah itu bagus, perlu kita syukuri. Namun saya menyarankan, terutama kepada beberapa menteri di bidang ekonomi dan keuangan untuk tidak menyesatkan kita, tidak menyesatkan masyarakat dan juga tidak menyesatkan presiden dengan klaim terhadap angka pertumbuhan itu yang berlebih-lebihan bahkan cenderung bombastis,” ujarnya.
Ekonom yang juga politisi PAN itu tidak menunjuk menteri terkait yang klaimnya bombastis. Menurut dia, kalau kita over klaim, terlalu bombastis atau juga kita over pesimis, nanti kebijakan strategisnya jadi tidak akurat. Jadi kita objektif saja.
Dalam hubungan itu, Drajat menambahkan, dilihat dari perkembangan harga minyak dunia sekarang, walaupun perang Rusia-Ukraina masih agak panjang tapi rasa-rasanya insya Allah Indonesia tidak ada ancaman resesi.
Terlepasnya dari ancaman resesi Drajat mengatakan, sejak awal, tanggal 24 Maret tahun 2020 masa masuknya pandemi Covid-19, saya sudah sampaikan, jangan pertentangan ekonomi dengan kesehatan dengan pandemi, selamatkan nyawa dulu ekonomi nanti ikut. Waktu itu ada debat ekonominya bagaimana, dipertentangkan segala macam.
“Sekarang terbukti, setelah pemerintah mengubah strateginya memperbaiki strategi mengatasi pandeminya, mulai mengikuti betul apa yang ada di ilmu kesehatan publik dan ilmu kedokteran,” ungkapnya.
Pimpinan MPR RI Syarif Hasan menilai meskipun tidak terancam resesi, namun ada sesuatu yang stagnan di dalam implementasi bagaimana menggerakkan ekonomi. Politisi Fraksi Partai Demokrat itu banyak membandingkan keberhasilan pemerintahan SBY dengan pemerintahan sekarang.
Mengenai masalah pengangguran pada zamannya Pak SBY, itu dari 9 persen bisa turun menjadi kurang lebih sekitar 5,9 persen. Sekarang ini berapa? “Saya setuju sekali bahwa ada sesuatu yang harus dibenahi dalam persoalan ini. Saya ingin menegaskan bahwa ukuran sebenarnya adalah bagaimana tingkat kesejahteraan, kita lihat income perkapita rakyat Indonesia sekarang,” tuturnya.
Income per kapita rakyat indonesia pada tahun 2014 pada saat take over pemerintahan itu kurang lebih 3.590 sekian dolar, sekarang berkisar kurang lebih 4.200-an, berarti hanya terdapat pertumbuhan, ada deltanya kurang lebih 800 dolar perkapita, dengan anggaran yang begitu banyak.
Jadi ada sesuatu yang luput daripada kebijakan yang harus dilakukan sebenarnya, Sementara pada saat zamannya Pak SBY, itu pada tahun 2004 itu, income perkapita rakyat 1100, pada saat dia turun 33.800. Jadi ada pertumbuhan yang luar biasa, hampir kurang lebih 250%.
“Nah di sini implikasinya yaitu tadi, kemiskinan bisa turun, pengangguran bisa turun, income perkapita bisa turun sekalipun dengan APBN yang jauh lebih kecil daripada nominal yang sekarang,” terang Syarief Hasa yang mantan Menteri Koperasi dan UKM era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Yang pasti, lanjut Syarief, orientasi pembangunan itu harus mendatangkan manfaat bagi rakyat, dinikmati secara merata, menurunkan kemiskinan dan pengangguran serta berkeadilan. “Pertumbuhan ekonomi bagus, tapi kurang berkualitas. Sebab, APBN Rp 3000 triliunan, tapi kemiskinan dan pengangguran masih tinggi,” tambahnya.
Drajad Wibowo juga yakin Indonesia tak akan mengalami resesi global. Selain pertumbuhan ekonomi yang bagus, 5,1 %, dan itu patut disyukuri bersama. Hanya saja, jangan sampai berlebihan, over optimistis atau over psimistis, melainkan harus obyektif, karena kalau berlebihan itu nantinya bisa tidak sehat.
“Jadi, dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus itu harus dibarengi langkah afirmatif pemerintah dengan memberdayakan UMKM, bukan membesarkan perusahaan raksasa yang sudah besar, agar ekonomi rakyat di bawah terus bergerak dan tumbuh dengan baik,” jelas politisi PAN itu. (net/smr)





