Industri MICE (Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions) paling terdampak pandemi COVID-19. Namun jika keadaan tak membaik, Asperapi keadaan tersulit apa pun akan dihadapi anggot.
semarak.co-Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Hosea Andreas Runkat mengatakan, sektor pameran nyaris tak bergerak di masa pandemi Covid-19. Dalam kondisi ini mereka meminta kepada pemerintah untuk memberikan relaksasi dalam perizinan.
“Salah satu indikator bangkitnya perekonomian adalah bangkitnya industri MICE setelah terdiam selama pandemi Covid-19,” ungkap Andre, sapaan akrab Hosea Andreas Runkat di kantornya Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) seperti dikutip voi.id/04 Okt 2021 10:00 WIB.
Meski kondisinya amat berat, lanjut Andre, namun selalu ada asa untuk bangkit dari keterpurukan. Bagi pengusaha pameran yang tergabung dalam Asperapi, mereka sejatinya bisa bertahan kalau keadaan makin kondusif.
“Kalau keadaan tidak berubah sampai akhir tahun, saya tidak yakin teman-teman bisa melewati tahun 2021 dengan selamat. Kemarin di awal tahun terdapat pergerakan sendikit. Saya lihat teman-teman ada harapan. Namun mimpi-mimpi indah itu semuanya buyar saat ada PPKM kedua,” paparnya.
Terus sebelum Lebaran juga sempat ada IMS (Indonesia Motor Show), lanjut Andre, saat pandemi COVID-19 ini orang yang mau ikut pameran itu pertanyaan pertamanya adalah soal izin. “Apakah izinnya sudah ada? Ini pameran yang Anda mau gelar diizinkan atau tidak?” ujar Andre yang juga Director of Convention Services, Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC).
“Soalnya mereka harus mengeluarkan sejumlah ongkos produksi terkait dengan pameran yang akan diikuti. Kalau sudah dipersiapkan ternyata di kemudian hari pamerannya batal, kan hilang duit yang sudah dikeluarkan,” katanya lagi.
Selama pandemi COVID-19 ini seperti apa dampak yang dialami pengusaha MICE secara umum? Realitas yang terjadi industri MICE (Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions) ini tidak bergerak selama pandemi COVID-19.
Karena industri kita ini seperti pameran terkenal mengumpulkan banyak orang. Itu kan bertentangan jauh dengan protokol kesehatan, ya mau enggak mau kita tidak berjalan. Ada juga yang melakukan melalui webinar atau ada juga yang melakukan dengan hybrid event, mungkin itu yang bisa untuk kita bertahan selama masa pandemi ini.
Tapi kalau kita ngomong dari awal pandemi, bisa dibilang bisnis kita terhenti. “Kalau keadaan tidak berubah sampai akhir tahun, saya tidak yakin teman-teman bisa melewati tahun 2021 dengan selamat,” keluhnya.
Sekarang harapan teman-teman pengusaha MICE ada di akhir tahun 2021 ini di bulan Oktober, November dan Desember. “Semoga keadaan makin membaik, level PPKM menurun dan pameran bisa digelar karena sudah bisa mendapat izin,” harapnya.
Ada beberapa pameran besar juga yang akan berlangsung di bulan-bulan itu dan boleh dibilang cukup padat. Semua ini masih coba berjuang dan akan diupayakan oleh teman-teman pungusaha MICE. Namun kalau keadaan tidak berubah, akan banyak pelaku industri MICE yang kolaps.
“Semoga saja tidak terjadi dan keadaan bisa semakin membaik. Saya sudah sampaikan berkali-kali dalam berbagai even dan kesempatan, sebenarnya kami pengusaha MICE ini cuma meminta diberi kesempatan untuk melakukan bisnis seperti sediakala,” paparnya.
Karena kondisinya masih pandemi kita akan melakukan pembatasan dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Inilah yang bisa membuat kami bertahan. Kalau mengharapkan bantuan pemerintah, sampai kapan? Seperti hibah untuk beberapa industri tertentu. Menurut saya itu tidak akan banyak membantu.
Kalau kita diberi kesempatan melakukan pameran, lanjut dia, diberikan relaksasi perizinan, saya yakin teman-teman pengusaha MICE akan kembali lagi ke formasi sebelumnya. Itu jalan keluar yang lebih menjanjikan daripada memberikan bantuan seperti dana hibah atau bantuan lainnya.
Kalau soal digitalisasi pameran, menurut saya itu tidak masuk sampai keseluruhan dari industri MICE. Karena hanya beberapa industri saja yang dapat. Kita bicara soal secara digital kan, yang berlaku saja ke operasionalnya hanya sekian orang.
“Tapi kalau kita melakukan pameran secara offline atau hybrid event, kita bisa melibatkan lumayan banyak pekerja. Dalam konteks ini ada UMKM juga yang bisa dilibatkan. Jadi kalau menurut saya, itu yang harus dilakukan untuk saat ini,” tuturnya.
Di industri MICE, terang dia, tidak bisa banyak berbuat kalau soal peraturan, regulatornya di pemerintah. Dari Presiden, Menteri-menteri dan terus ke jajaran di bawahnya. “Kalau ada regulasi yang tidak seirama memang sebaiknya diluruskan agar tidak membingungkan kami di lapangan,” ungkapnya.
“Kita tidak usah bicara soal antarlembaga, dalam satu lembaga saya kadang perbedaan itu ada. Apalagi saat COVID-19 ini aturannya terlalu banyak. Ada aturan dari Kemendagri, Kepala Daerah, Departemen terkait dan lain sebagainya. Ini terkadang tumpang-tindih. Sampai di urusan perizinan,” imbuh Andre lagi.
Nah kita mau sebenarnya itu bisa berjalan normal ya, lanjut dia, normal dalam artian kita akan melakukan pengurusan perizinan dan segala macam tetapi tolong persepsi di antara mereka nyatu dulu. Jangan permasalahan persepsi ini dilempar ke kita pelaku industri MICE yang mikir.
Apa yang tadinya mungkin dari 4 atau 5 lembaga, rinci dia, cukup berkoordinasi sekali akhirnya kita harus mendatangi semuanya. Ini kan membuang waktu. Terlalu banyak effort-nya di situ. Kadang-kadang teman-teman sudah patah semangat duluan untuk melalui ini semua. Ya akhirnya kita anggap saja ini ujian.
“Memang begitu kondisinya. Misalnya untuk even pameran di bulan November atau Desember kalau ditanya kepada saya soal kepastian penyelenggaraan, pasti tidak bisa jawab. Yang bisa bilang pasti adalah para pemangku kepentingan, maksudnya regulator,” tuturnya.
Kalau kita hanya bisa berharap, nilai dia, kita tidak bisa menentukan. Kalau saya bilang November jalan, namun izin dari pemerintah tidak keluar kita engga bisa berbuat apa-apa juga. Iya memang begitu keadaannya. Kita sangat bergatung sekali dengan Satgas COVID-19.
“Kalau mereka bilang situasinya belum kondusif kita engga bisa melawan. Karena mereka punya data sebelum mengatakan seperti itu. Kita harus selalu berkoordinasi dengan mereka saat hendak melakukan kegiatan,” imbuhnya.
Permasalah utama dalam usaha kita ini adalah soal perizinan, kutip Andre, kita tidak bisa berjalan tanpa ada izin dari instansi pemerintah. Untuk mendapatkan izin itu banyak langkah yang harus kami lakukan.
Mulai dari sosialisasi sampai melaksanakan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) dan mendapatkan sertifikasi CHSE. “Jadi hampir semuanya sudah ada di kita, tinggal kita mengimplementasikannya,” paparnya.
Dengan cara apa? Ya kasih kesempatan kepada kami untuk menjalankan even. Untuk even itu berjalan berarti perizinannya harus selesai. Lalu di pertengahan tahun ini karena pemberlakuan PPKM kondisi industri kami dalam bidang MICE amat berat.
“Kami berharap pemerintah melalui kementerian-kementerian bisa menggelar even-even yang berbasis UMKM, soalnya mereka punya anggaran untuk itu. Ini bisa mendorong industri MICE bergerak. Dari pada kita diberi hibah, saya lebih senang dibuatkan even agar kita bisa berkarya dan mendapatkan benefit dari situ,” ujarnya.
Dampaknya kalau even sudah terjadi, pihak swasta akan melihat kalau industri ini sudah bergerak. Ternyata dunia MICE masih hidup, even masih berjalan. Ini akan merangsang pihak swasta untuk bergerak bersama pelaku industri MICE untuk bangkit. Dalam industri MICE ini selalu ada inovasi.
Kalau tidak kita akan kalah dari pemain di dalam negeri mau pemain dari luar negeri. “Apalagi ada UMKM yang juga terlibat dalam beragam even yang digelar. Kalau ada even multiplier effect-nya juga besar dan luas, thats why ekonomi bergerak,” katanya.
Banyak ragam dan jenis wisata. Alat transportasi yang digunakan juga bisa beragam, dari pesawat, bus, hingga kapal laut. Namun bagi Hosea Andreas Runkat dia benar-benar bisa menikmati keindahan wisata Indonesia dengan berkendara motor.
Dengan motor gede dia bisa menyambangi tempat-tempat wisata yang tak bisa dijangkau oleh mobil. Ini adalah caranya melepas penat dari kesibukannya berkutat di industri MICE. Di masa pandemi COVID-19 ini buat Andre yang paling prioritas agar tetap sehat adalah menghilangkan beban pikiran.
“Supaya tetap sehat yang kita lakukan yang pasti menghilangkan beban pikiran, bagaimana melepas stress. Lalu melaksanakan anjuran-anjuran untuk berolahraga, minum vitamin, suplemen, dan lain sebagainya seperti menjaga prokes,” kata Andre yang pernah menjabat sebagai Ketua Tim Akselerasi MICE Kementerian Pariwisata Republik Indonesia 2017-2019.
Baginya ada hikmah dibalik pandemi ini. Dulu tak pernah berjemur sekarang rajin berjemur, dulu jarang olahraga kini mulai aktif berolahraga meski tidak olahraga yang ekstrim. “Saya mulai bersepeda meski hanya di sekitar rumah,” katanya.
Dalam bersepeda Andre tidak ada target khusus. Buat dia yang penting adalah bergerak, berkeringat dan dia mendapatkan sinar matahari. Dia tak punya target untuk bersepeda keliling kota dengan jarak tempuh puluhan kilometer.
Paling tidak yang dia lakukan kini lebih baik dari sebelumnya. “Saya berolahraga cukup untuk kebutuhan saya saja. Selain itu ia juga dapat informasi dari teman-teman soal imboost atau minuman-minuman tradisional yang bisa bermanfaat untuk tubuh. Beban pikiran itu karena engga ada kegiatan. Kalau ada kegiatan semua bisa disalurkan tapi dalam kondisi sekarang semuanya menjadi terbatas,” katanya. (net/voi/smr)
sumber: voi.id di WAGroup Guyub PWI Jaya (post Senin 4/10/2021/eddysuherly)