Oleh Adian Radiatus *
semarak.co-Kisruh akibat kevakuman roda organisasi Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi) akibat belum juga diserahkan atau dikembalikannya mandat kepengurusan periode 2016 – 2018 di bawah Ketua Umum Bambang Patijaya kepada Dewan Pembina sehingga masa demisioner pun telah terlewatkan.
Kelalaian jenis ini semestinya tidak perlu terjadi bilamana kematangan berorganisasi yang dimiliki Bambang Patijaya dapat diaplikasikan ke dalam penegakan disiplin aturan, etika dan moral organisasi ini.
Meskipun Bambang Patijaya tak diragukan lagi dalam dunia politik khususnya di Bangka Belitung apalagi sampai ke DPR, namun dalam memimpin organisasi bernafaskan agama harus mengutamakan niat suci ketika menerima mandat yang merupakan cermin berhikmat pada agama itu sendiri.
Jadi adalah sangat terhormat bila Bambang Patijaya selaku ketum Gemabudhi sesuai pijakan AD/ART organisasi yang diembannya segera melakukan Rapat Pleno DPP beserta Dewan Pembina dan Penasehat.
Teladan kepemimpinan yang sejak berdiri senantiasa bergulir dengan baik dan suksesi jangan sampai justru tercela ditangan seorang pemimpin sekelas kaliber Bambang Patijaya. Apalagi bila sadar atau tidak telah melibatkan diri kedalam Permabudhi, sehingga citra independensi Gemabudhi bisa tercoreng dimata kalangan muda umat Buddha itu sendiri.
Jadi adalah sangat terhormat bila Bambang Patijaya selaku ketum Gemabudhi sesuai pijakan AD/ART organisasi yang diembannya segera melakukan Rapat Pleno DPP beserta Dewan Pembina dan Penasehat. Kehadiran Permabudhi bukanlah tempat untuk Gemabudhi mengambil peranan bernuansa politik praktis keagamaan.
Apalagi sudah bukan rahasia lagi bila didalam Permabudhi ada yang mencoba mengambil alih peranan Walubi yang notabene telah membesarkan para Majelis itu sendiri ketika moral kerukunan bersama masih dipegang teguh sebagai amanat panji organisasi Buddha Dharma.
Gemabudhi yang independensinya sebagai ormas kepemudaan selama ini telah banyak menorehkan nama baik kepemudaan Buddhis di Indonesia juga melalui keberadaannya di KNPI, jangan sampai menjadi kaki tangan oknum ambisius berkedok organisasi Buddhis yang selain merendahkan martabat pribadi Ketua Umum juga berimbas kepada pengurus lainnya.
Dalam salah satu kotbah Nya, Sang Buddha mengatakan, hendaknya tidak berbuat keliru atau jahat demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain; tidak menginginkan kekayaan, pangkat jabatan atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar (Dhammapada 84).
Dimasa ini kemampuan mengingat ajaran Buddha Dharma bagi yang memegang suatu kekuasaan bisa semakin sulit, tetapi mengingat sosok Bambang Patijaya adalah dari keluarga besar Gemabudhi maka diharapkan mampu segera menuntaskan masalah penyerahan tongkat estafet kepemimpinan ini sebelum medio April 2021 agar tak lagi berlarut-larut mendera kepengurusannya.
Bila hal ini dilaksanakan maka diharapkan agar Tim Penyelamat Gemabudhi yang telah mendapat banyak dukungan simpatik tidak sampai harus bertindak sesuai aturan AD/ART, tetapi sama-sama kita tunggu sikap ksatria Buddhis Bambang Patijaya sejatinya.
*) Penulis adalah Aktivis Buddhis pengamat Sosial dan Politik