Ribuan massa tolak Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja menggelar aksi protes di depan kantor DPRD Provinsi Bali, hingga Kamis sore (8/10/2020). Akhirnya massa sempat bentrok dengan aparat polisi setempat.
semarak.co– Aparat polisi yang berjaga di sebelah Utara kantor DPRD menembakkan gas air mata ke arah masa di depan kantor DPRD Bali untuk membubarkan aksi. Tak mau kalah, massa membalas dengan melemparkan batu ke arah polisi.
Lemparan batu itu mengarah ke arah polisi yang berjaga di dalam kantor DPRD Bali, maupun ke arah polisi yang berjaga di sebelah Utara kantor DPRD Bali.
Sebelum kericuhan terjadi, sejumlah mobil polisi sempat memecahkan kerumunan massa yang saat itu berjalan dari arah selatan menuju kantor DPRD Bali. Bahkan dalam kejadian itu, sejumlah mobil polisi hampir menabrak sejumlah massa aksi yang berkerumun di jalan.
Massa aksi merespon dengan melempari mobil polisi menggunakan batu, hingga botol air mineral. Hingga pukul 16.55 WITA, massa aksi masih bertahan di depan kantor DPRD Bali menyuarakan tuntutannya meski sempat ditembaki gas air mata.
Sementara barikade polisi jebol di Jalan Daan Mogot, Tangerang, perbatasan antara Banten dan Jakarta. Pendemo UU Cipta Kerja berhasil memukul mundur polisi yang berjaga di sana. Mereka mengepung pasukan aparat di dua sisi berbeda. Barisan barikade pun jebol, lantaran aparat kalah jumlah dengan demontran yang ratusan.
Ada saling lempar batu sampai tembakan gas air mata. Kericuhan terjadi, Kamis siang tadi (8/10/2020). Bentrokan tersebut berlangsung di Jalan Daan Mogot Kelurahan Kebon Besar, Kecamatan Batuceper yang berbatasan dengan Jakarta Barat.
Nampak 2 mobil baracuda pergi meninggalkan lokasi. Sekitar pukul 12.00 WIB, demonstran pun akhirnya dapat melintas jalan Daan Mogot. Para demonstran pelajar juga nampak mengancurkan 1 mobil polisi yang terparkir di sisi kanan jalan.
“Ayo kita menuju gedung DPR, kita duduki gedung DPR. Kita suarakan aspirasi kita. Yang tolak ombnibuslaw ayo gabung,” ujar masa buruh saat melintas.
Tak ketinggalan para pelajar pun ikut melintas sembari melanjunkan lagu. “Assalamualaikum, Waalaikum salam STM Datang. Bawa pasukan,” lantun masa pelajar.
Awal bentrokan terjadi saat, aparat gabungan dengan memblokade jalan tersebut dengan maksud menghalangi niat demonstran menuju Gedung DPR RI di Senayan, Jakarta Selatan. Namun, upaya tersebut mendapat perlawanan demonstran.
Sekitar pukul 11.30 WIB nampak demonstran remaja tanggung yang diduga pelajar mulai memancing kerusuhan dengan melempar batu. Batu terus dilempar hingga bentrokan pecah. Nampak barisan terdepan dihuni oleh masa pelajar. Sementara buruh berada di belakang. “Woy sini lu maju. Kalau berani tangan kosong,” teriak masa pelajar.
Bentrokan pun pecah, dalam aksi tersebut sejumlah demonstran diamankan oleh aparat lantaran melawan. Dari informasi yang diperoleh ada 7 demonstran yang ditangkap.
Lantaran terus mendapat perlawanan, emosi polisi pun tersulut. Aparat tak tinggal diam, mereka ikut menyerang dengan menembakkan gas air mata dengan maksud meredam dan memecah masa. Namun, upaya tersebut membuat emosi masa makin menjadi-jadi.
Nampak sejumlah demonstran mendapat kekerasan oleh aparat. Mereka dihajar dengan menggunakan tongkat kayu. Salah satu masa mahasiswa, Afdal syahril yang mendapat kekerasan mengaku mulanya dia bermaksud untuk menyelamatkan temannya.
Namun, malah dia ikut mendapat kekerasan juga. “Saya maksudnya mau pisahin supaya nggak bentrok. Teman saya malah mau ditahan ya saya bela temen saya dong. Eh malah saya yang kena pukul juga,” ungkapnya.
Di Surabaya Jawa Timur, ribuan buruh dan mahasiswa yang akan menggelar aksi menolak omnibus law mulai berdatangan. Mereka berdatangan dan berkumpul di titik awal di Bundaran Waru, Surabaya.
Massa buruh dan mahasiswa berdatangan dengan menggunakan berbagai moda transportasi, seperti motor, truk, dan bus. Meski begitu, ada juga sebagian buruh dan mahasiswa yang berjalan kaki.
Dalam perjalanan menuju titik kumpul di Bundaran Waru, massa mencopoti dan mematahkan bambu bendera PDI Perjuangan yang terpasang di sepanjang Jalan Ahmad Yani dan frontage road. Puluhan bendera tersebut dibiarkan berserakan di pinggir jalan.
“Memang sengaja kami copot. Ya mereka kan juga salah satu yang mengesahkan omnibus law. Tapi ada juga yang dicopot untuk diambil bambunya saja,” kata salah satu mahasiswa, Iqbal, kepada detikcom, Kamis (8/10/2020).
Dari pantauan detikcom, tidak semua bendera PDIP di pinggir jalan dicopot. Massa mencopot puluhan bendera dan membuangnya begitu saja. Sebagian massa hanya mengambil bambunya saja dan digunakan untuk mengikat bendera elemennya.
Massa terus bergerak menuju ke titik demo di Surabaya. Massa memenuhi frontage road Ahmad Yani. Polisi mengalihkan arus ke jalan utama di sebelah frontage road. (net/smr)
sumber: gelora.co