Perusahaan Air Minum DKI Jakarta atau PAM Jaya memastikan semua warga DKI Jakarta akan mendapat pasokan air bersih pada 2030. Saat ini sebanyak 63 persen warga DKI Jakarta menjadi pelanggan PAM Jaya untuk mendapatkan air bersih.
Direktur Utama PAM Jaya Prayitno Bambang Hernowo mengatakan, semua warga Jakarta akan mendapatkan saluran air bersih, melalui perpipaan yang saat ini dikelola oleh PAM Jaya,
“Cakupan layanan kita di DKI Jakarta 63 persen dari 10,4 juta penduduk Jakarta, baru 63 persen dapat air bersih yang menjadi pelanggan kita. Supaya kita pada 2023 punya 82 persen cakupan layanan, kita punya target tahun 2030 sebanyak 100 persen,” ujar Hernowo pada media gathering di Pulau Ayer, Kepulauan Seribu, Rabu malam (20/11/2019).
Cakupan layanan air bersih untuk warga, kata Hernowo, dilakukan salah satunya dengan pembuatan kios air. Kios air sendiri merupakan layanan air bersih yang disalurkan melalui tangki air. “Hal ini dilakukan karena belum tersedianya jaringan pipa pada beberapa lokasi,” ujarnya.
Kios air adalah layanan sementara, rinci dia, yang belum bisa menyediakan jaringan air bersih ke daerah tersebut yang secara pengirimannya tidak melalui pipa, tapi melalui tangki. “Kios air akan dikelola warga dan warga akan mengambil di kios tersebut untuk kebutuhan air bersihnya,” katanya.
Untuk saat ini, lanjut dia, PAM Jaya telah membuat kios air di 47 titik dan akan kembali membangun sebanyak 26 titik pada akhir tahun 2019. Selanjutnya pada tahun 2020 kios air ditambah sebanyak 74.
“Sudah ada 47 titik yang tersebar, terutama di Jakarta Barat, Kalideres, Pegadungan. Pada akhir tahun menambah lagi, kurang lebih 26 lokasi lain di daerah Semangan dan Kalideres. Dilanjutkan tahun depan 74 kios air, jadi total sampai akhir tahun 2020 PAM Jaya akan buat 100 kios air,” tuturnya.
Sebelumnya, PAM Jaya mengaliri air perpipaan atau pipanisasi dengan menggunakan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (IPA SWRO) di empat pulau di Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Instalasi pengolahan air bersih tersebut di Pulau Payung, Pulau Pramuka, Pulau Panggang, dan Pulau Kelapa Dua.
“Ini momentum yang bisa kita jadikan legacy. Kita yang ada di sini berkontribusi memberikan air bersih,” kata Hernowo saat meresmikan instalasi pengolahan air bersih berteknologi Sea Water Reverse Osmosis (IPA SWRO) di Pulau Payung, Kepulauan Seribu, Rabu (20/11/2019).
IPA SWRO dibangun Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta. Pengelolaan diserahkan kepada PAM Jaya berdasarkan Surat Penugasan dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 62 Tahun 2019.
Intalasi pengolahan air bersih ini memiliki kapasitas beragam. SWRO di Pulau Payung berkapasitas 0,25 liter per second (lps) dengan penduduk 199 jiwa dan jumlah pelanggan 49 sambungan. Kapasitas SWRO di Pulau Pramuka tiga lps dengan jumlah penduduk 2.174 jiwa dan pelanggan 653 sambungan.
Kemudian, SWRO di Pulau Panggang berkapasitas tiga lps dengan jumlah penduduk 2.335 jiwa dan pelanggan 1.184 sambungan. Pulau Kelapa Dua memiliki SWRO berkapasitas 0,25 lps dengan jumlah penduduk 440 jiwa dan pelanggan 113 sambungan.
Total sudah terbangun lima IPA SWRO, rinci dia, unit pengolahan air bersih sebelumnya sudah dibangun di Pulau Untung dengan kapasitas 2,5 lps untuk melayani 288 jiwa. “Tahun depan tiga pulau akan ditambah (IPA SWRO) dan 11 pulau insya allah akan bisa kita layani dengan baik, dan tentunya sesuai kebutuhan Bapak Ibu semua,” ujarnya.
Pulau tersebut di antaranya Pulau Kelapa dan Pulau Harapan dengan kapasitas lima lps, Pulau Tidung 2,5 lps, serta Pulau Lancang 1,5 lps.
Kepala Dinas SDA DKI Juaini mengatakan anggaran pembangunan IPA SWRO diambil dari Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) DKI. Pada 2019, DKI menggelontorkan Rp80 miliar untuk membangun air perpipaan di empat pulau. “Anggaran untuk 2020 sekitar Rp100 miliar,” terang Juaini.
Biaya pembangunan IPA SWRO berbeda di setiap pulaunya. Besaran biaya tergantung dari kapasitas IPA SWRO. “Ini (IPA SWRO di Pulau Payung) agak kecil 0,25 liter per detik. Biayanya sekitar Rp20 miliaran,” jelas dia.
Biaya paling besar pembangunan IPA SWRO di Pulau Panggang. Karena kapasitas instalasi pengolahan air bersih di Pulau Panggang cukup besar dan jumlah penduduknya pun lebih banyak. “Anggarannya sekitar Rp30-Rp40 miliar,” ucap dia.
Juaini mengakui ada kendala dalam pembangunan IPA SWRO di Kepulauan Seribu. Terutama dalam distribusi perlengkapan pembangunan IPA SWRO. “Kendala kita distribusi perlengkapan kita saja nih dari darat ke laut, apa lagi kalau lagi ada angin kencang,” tuntasnya. (smr)