Opini by Zeng Wei Jian: Tiga Emak Pepes Divonis
Sudah enam bulan Tim Lawyer Gerindra mengadvokasi Tiga Emak PEPES. Dari awal. Selama persidangan. Sampai vonis.
Tiga emak PEPES didakwa Pasal 45A jo pasal 28 ayat 2 UU ITE, pasal 14 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1946, dan pasal 15 UU nomor 1 tahun 1946.
Hari ini tanggal 30 Juli 2019 Hakim menyatakan mereka terbukti bersalah melanggar Pasal 14 UU nomor 1 tahun 1946. Vonisnya 6 bulan.
Indra Laksana suami dari Citra Widaningsih, satu dari tiga emak PEPES, buru-buru menelepon Lawyer Hendarsam Marantoko alias Hence.
Selagi Indra bicara dengan Hence, kaum sumbu menggoreng berita. Caci-maki dan bully. Kaum Sumbu tertawa. Merasa menang. Senang. Menghina.
Tim lawyer Gerindra, Ir. SUFMI DASCO AHMAD SH.MH, Habiburokhman jadi sasaran bully.
Minggu lalu, Tim Lawyer Gerindra mendatangi ketiga emak PEPES di Penjara Kerawang. Selain Bang Dasco, Habiburokhman, Dahnil Anhar, Hence, tampak lawyer Ali Lubis, Aktifis Ricky Tambah, Hanfi Fajri dan sebagainya.
Mereka menyampaikan pesan Pa Prabowo tidak melupakan ketiga emak PEPES.
Di tengah derai air mata haru ketiga emak PEPES, Tim Lawyer dan Bang Dasco berdoa semoga vonis hakim akan seringan-ringannya.
Proses hukum sudah berjalan. Tidak bisa seenaknya dianulir. Ada mekanisme dan prosedur. Kaum Sumbu tidak ngerti hukum.
Seperti kata Ricky Tambah, “Anak sekarang sedikit baca, banyak menghina”.
Pasal ketiga emak PEPES sama dengan Ratna Sarumpaet. Tapi beda vonis. Ratna Sarumpaet kena dua tahun penjara.
Advokasi Tim Hukum Gerindra sukses meminimalisir tuntutan dan vonis terhadap ketiga Emak PEPES.
Tanggal 24 Agustus 2019 mereka bebas. Vonis 6 bulan dibulatkan ke atas. Amazing. Keputusan Hakim “distel” oleh nurani.
Ketiga Emak PEPES adalah korban media sosial yang pekat dagang SARA. Mereka jadi ikut-ikutan.
Indra Laksana mengucapkan ribuan terima kasih kepada Hence. Titip salam hormat untuk Bang Dasco. Dia merasa kedatangan Tim Lawyer Gerindra memicu belas kasihan para hakim.
Ironisnya ada orang-orang yang ngga setuju ketiga Emak Pepes dibebaskan dengan alasan itu sudah resiko perjuangan.
Indra Laksana dan Hence satu pendapat; orang-orang itu tidak memiliki empati. Thus, tidak manusiawi.
THE END