Bank BNI Syariah, anak usaha PT Bank Negara Indonesia (BNI) sukses membukukan laba Rp 202,9 miliar, pada kuartal II 2018. Laba tersebut naik 23 persen dibanding periode sama 2017 sebesar Rp 165,1 miliar. Kenaikan laba ini didorong ekspansi pembiayaan, peningkatan fee based serta rasio dana murah yang optimal (CASA).
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, perseroan telah menyalurkan pembiayaan Rp 25,1 triliun. Atau naik 11,4 persen dengan kontribusi pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial 22,0 persen. Kemudian diikuti Hasanah Card 14,6 persen, SME 12,3 persen, konsumer 7,8 persen, dan mikro 2,9 persen.
Dalam menyalurkan pembiayaan, lanjut Firman, BNI Syariah terus menjaga kualitas pembiayaan. Pada Juni 2018, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) BNI Syariah tercatat sebesar 3,04 persen, di bawah rata-rata industri yang mencapai 4,06 persen. Rasio tersebut di bawah rata-rata industri yang mencapai 4,06 persen (data SPS per April 2018 BUS-UUS).
“Selain pembiayaan, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 32,4 triliun, pada kuartal II 2018. Atau naik 21,5 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 16,5 persen dengan jumlah nasabah sekitar 2,6 juta. Komposisi DPK didominasi dana murah (giro dan tabungan) yang mencapai 52,8 persen,” ujar Firman didampingi seluruh direksi dalam paparan kinerja keuanga perusahaan triwulan 2 2018 di gedung Bank BNI Syariah, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (27/7).
Bank pelat merah ini, lanjut Firman, akan terus berupaya bertransformasi di era digitalisasi saat ini. “Keberadaan BNI Syariah masih tergolong muda di usianya yang menapaki usia ke-8 setelah spin off dari BNI. Dalam menjawab kebutuhan nasabah di era digital, perseroan akan terus bergerak mengikuti perkembangan zaman,” tandas dia.
BNI Syariah menargetkan penyaluran pembiayaan mencapai Rp 27 triliun sampai 31 Desember 2018. Target tersebut tumbuh sekitar 18 persen dibandingkan capaian sampai Desember 2017 yang sebesar Rp 23,6 triliun.
Kontribusi Terbesar
Direktur Bisnis BNI Syariah, Dhias Widhiyati, mengatakan, kontribusi terbesar dari target pembiayaan tersebut diharapkan berasal dari sektor produktif sebesar 19 persen. Per Juni 2018, porsi pembiayaan produktif telah mencapai 22 persen. “Per Juni 2018 pembiayaan kami sebesar Rp 25,12 triliun, sudah terlampaui 100,5 persen terhadap target proporsional Juni,” kata Dhias.
Pembiayaan segmen komersial yang terbesar, kutip Dhias, disalurkan untuk industri pengolahan dimana porsinya mencapai 50 persen. Ini terutama membiayai grup BUMN untuk revitalisasi mesin-mesin penghasil gula. Selain itu, pembiayaan revitalisasi mesin-mesin dari industri pengolahan swasta yang bergerak di bidang pulp and paper skala besar.
Kontribusi segmen komersial selanjutnya dari jasa sosial masyarakat untuk edukasi dan rumah sakir yang porsinya mencapai 28 persen. Kemudian, kontribusi terbesar ketiga dari jasa dunia usaha porsinya 22 persen.
Selanjutnya, pembiayaan kepada lembaga keuangan bukan bank dan refinancing properti. “Tahun ini, BNI Syariah masih akan fokus menyalurkan pembiayaan sektor infrastruktur. Salah satunya yang dibiayai adalah jalan tol Cibitung-Cikarang dengan sistem sindikasi syariah,” tuntasnya. (lin)