Zikir Astaghfirullah wa Atubu Ilaih yang Dianjurkan Rasulullah SAW Bisa Datangkan Rezeki

Tasbih untuk berdzikir. Foto: internet

Astaghfirullah wa atubu ilaih artinya aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertobat kepadanya.

semarak.co-Arti astaghfirullah wa atubu ilaih adalah ungkapan zikir dengan tulisan Arab أَسْتَغْفِرُ الله وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ. Dalam Islam, kata-kata ini memiliki makna yang sangat mendalam dan berarti dalam praktik keagamaan sehari-hari. Istighfar adalah bentuk permohonan ampun kepada Allah SWT.

Bacaan Lainnya

Sementara atubu ilaih artinya menunjukkan niat tulus untuk bertobat dari segala dosa dan kesalahan. Dalam buku berjudul Dahsyatnya Terapi Istighfar yang ditulis Hasan Hammam, Dadang Kusmayadi, dan Ahmad Faisal (2013), disarankan untuk membaca kalimat istighfar astaghfirullah wa atubu ilaih ini sebanyak 100 kali setiap hari.

Ini bukan hanya sekadar rutinitas keagamaan, tapi juga merupakan suatu bentuk praktik spiritual yang membantu individu mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kesadaran akan kesalahan dan dosa yang mungkin telah dilakukan. Simak penjelasan lengkapnya agar lebih memahami.

Mengutip liputan6.com, 27 Sep 2023, 11:13 WIB, berikut ulasan lebih mendalam tentang arti astaghfirullah wa atubu ilaih, Rabu (27/9/2023). Astaghfirullah wa atubu ilaih. Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertobat kepadanya.”

Hadis yang diriwayatkan dari ibnu Umar menunjukkan praktik istighfar yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadis tersebut, Rasulullah mengucapkan kalimat istighfar astaghfirullah wa atubu ilaih sebanyak seratus kali dalam satu majelis.

Dalam HR. Abu Dawud (1516), Rasulullah SAW berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Menerima taubat lagi maha penyayang.” ini menggambarkan kerendahan hati dan keinginan untuk memperbaiki diri di hadapan Allah.

Selain itu, hadis lain yang diriwayatkan dalam HR. Ahmad menegaskan keutamaan istighfar astaghfirullah wa atubu ilaih. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Ini menunjukkan bahwa istighfar astaghfirullah wa atubu ilaih, bukan hanya sebagai sarana memohon ampun. Akan tetapi, juga sebagai cara untuk mendapatkan bantuan Allah dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam ajaran Islam, istighfar memiliki peran yang sangat penting. Bacaan ini adalah pengakuan dari umat Muslim bahwa mereka adalah manusia yang penuh dengan kesalahan, dosa, dan lupa. Istighfar juga merupakan upaya untuk membersihkan hati, menghapus catatan kesalahan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Selain fungsi spiritualnya, istighfar juga memiliki nilai psikologis yang positif. Merenungkan dosa-dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan, seseorang dapat menjadi lebih sadar akan perilaku mereka dan berupaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam buku “Matematika Pahala” karya Asrifin An Nakhrawie (2020), istighfar digambarkan sebagai permohonan ampun yang tulus yang datang dari hati seorang hamba kepada Tuhan. Dalam mengucapkan kalimat “astaghfirullah,” seorang Muslim merenungkan kesalahan mereka, mengakui kelemahan mereka, dan berusaha untuk mendapatkan ampunan serta petunjuk dari Allah.

Ini adalah langkah pertama menuju perbaikan diri dan pencapaian kesejahteraan spiritual. Umat muslim Afghanistan membaca Alquran di sebuah masjid di Kabul, Rabu (6/6). Selama sepuluh hari terakhir Ramadan, umat muslim melakukan itikaf dengan melakukan dzikir, berdoa, dan salat sunnat untuk menantikan malam Lailatul Qadar. (AP/Rahmat Gul)

Arti dari ungkapan astaghfirullah hal adzim min kulli dzanbin wa atubu ilaih tidak jauh berbeda dengan ungkapan astaghfirullah wa atubu ilaih. Kedua ungkapan ini memiliki akar kata yang sama, yaitu ghofara yang dalam bahasa Arab berarti menutup.

Menurut pandangan Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Shihab & Shihab Edisi Ramadhan yang dihormati sebagai seorang cendekiawan Islam, yang ditutupi oleh Allah secara umum dalam istighfar adalah dosa.

Ini berarti ketika seseorang memohon ampun dengan mengucapkan “Astaghfirullah” atau “Istighfar,” mereka mengakui kesalahan mereka dan meminta Allah untuk mengampuni dosa-dosa mereka.

Dalam hal ini, “ghofara” juga memiliki makna “memperbaiki.” Jadi, beristighfar bukan hanya tentang meminta ampun, tetapi juga tentang usaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik di mata Allah SWT.

Kemudian, perlu memperhatikan tambahan kata “al-adzim” dalam ungkapan astaghfirullah hal adzim min kulli dzanbin wa atubu ilaih. Kata ini dapat diartikan sebagai na’at atau sifat dari Allah yang mempunyai arti yang Maha Agung.

Adanya kata “al-adzim,” ungkapan ini lebih menekankan pada sifat agung Allah dan penghormatan terhadap-Nya yang Mahabesar. Dalam segi arti, “Astaghfirullah” berarti “Aku memohon ampun kepada Allah,” sementara arti “Astaghfirullah al-adzim” berarti “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.”

Ungkapan istighfar astaghfirullah hal adzim min kulli dzanbin wa atubu ilaih juga ditemukan dalam kitab “Zubdat al-Asrār,” yang merupakan sebuah kalimat istighfar yang diajarkan oleh Syaikh Yusuf al-Makassari. Arti astaghfirullah hal adzim min kulli dzanbin wa atubu ilaih adalah “Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, dari semua dosa yang aku perbuat.”

أستغفر الله العظيم من كلّ ذنبٍ أذنبته عمدًا أو خطأ سرًّا أو جهرًا كبيرًا أو صغيرًا وأتوب إليه من الذنب الذي أعلم ومن الذنب الذي لا أعلم وأنت علّام الغيوب ستار العيوب كشاف الكروب فلا حول ولا قوَّة إلا بالله العلي العظيم وإنا لله وإنا إليه راجعون

Astaghfirullaha al-‘Adzim min kulli dzanbin ‘adznabtuhu ‘amdan aw khatha’an, sirran aw jahran, kabiiran aw shaghiiran, wa atuubu ilahi min al-dzanbilladzi a’lamu wa al-dzanbilladzi la a’lam. Wa anta ‘allaamu al-ghuyuub sattar al-‘uyuub kassyaf al-kuruub, fa laa hawla wa laa quwwata illa billahi al-‘aliyy al-‘azhiim wa inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.

Artinya: “Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, dari semua dosa yang aku perbuat, sengaja ataupun khilaf, diam-diam atau terang-terangan, besar atau kecil, dan aku bertobat kepada-Nya dari dosa-dosa yang aku ketahui dan tidak.

Engkaulah yang Maha Mengetahui yang gaib, Maha Menutupi aib, Maha Mewujudkan bencana, dengan demikian tiada daya dan upaya bagiku kecuali karena Allah semata Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan, sesungguhnya kita (semua hanya) kembali pada Allah dan hanya kepada-Nya kita (semua) kembali.”

Jadi, perbedaan antara kedua ungkapan ini adalah tambahan kata “al-adzim” yang menekankan pada sifat agung Allah dalam “Astaghfirullah al-adzim.” Namun, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu memohon ampun kepada Allah, mengakui dosa-dosa, dan berusaha untuk memperbaiki diri di hadapan-Nya. (net/l6c/smr)

 

sumber: liputan6.com dicopas dari laman pencarian google.co.id, Kamis (5/9/2024)

Pos terkait