Yang Meratap dalam Dekap Amitabh

Yudhiarma MK, M.Si, Manajer Humas BAZNAS. foto: internet

By Yudhiarma MK *)

semarak.co-Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang menghidangkan kuliner cepat saji.

Bacaan Lainnya

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang menyuguhkan sayur-mayur di dapur.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang menyediakan palawija di atas meja.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang menyimpan jahe dan lengkuas dalam kulkas.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang membungkus-bungkus makanan dalam kemasan.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang memeras peluh dari tubuh yang lusuh.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang memiliki harapan tumpul di gagang cangkul.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang mandi keringat di pinggir-pinggir hutan yang lebat.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang tak kenal lelah bergelimang lumpur di tengah sawah.

Yang meratap dalam dekap Amitabh, adalah mereka yang abadi memakan janji politisi.

Ingat Amitabh? Generasi pra-milenial tentu banyak yang mengenalnya. Ia bintang layar lebar di masa lalu dan kini masih bersinar di usia senja.

Terbayang geleng kepalanya yang sulit ditiru oleh mereka yang tak lahir di Tanah Hindustan.

Terkenang lenggang-lenggoknya yang meliuk-liuk bagai angin memainkan ombak. Terekam merdu suaranya bagai kicau burung di waktu pagi. Tiupan seruling dalam film-filmnya, bagai desir angin menyapu cemara.

Banyak insan terhanyut dalam drama-drama asmaranya yang berurai air mata, hingga heroisme kisah-kisah membela kaum yang lemah.

Kini Amitabh meratap menyerap aspirasi bangsanya. Ia terkesiap dan seakan-akan berucap “sungguh tak adil ketika segelintir orang kaya hidup terlalu mudah dalam mendapatkan kemewahan, ketika banyak jiwa bersusah payah dan merana dalam penderitaan”.

Seperti ditulis Detik.com, (14/6/2019), Amitabh Bachchan kembali menepati janji untuk melunasi utang 2.000 petani. Melalui blog, sang aktor mengajak serta kedua anaknya, Shweta dan Abhishek untuk menyerahkan langsung sertifikat pelunasan beban finansial bagi para penggarap sawah dan ladang di kawasan Bihar yang dihuni 83 juta jiwa itu.

Ini bukan kali pertama ia unjuk filantropi. Tahun lalu, Amitabh juga melakukan hal sama pada lebih dari seribu petani di Provinsi Uttar Pradesh, daerah berpenduduk lebih dari 166 juta warga (Wikipedia.org, 15/6/2019).

Hal ini ia lakukan karena ratusan ribu petani di India memiliki masalah dengan utang. Selama beberapa dekade belakangan, industri pertanian dihantam oleh kekeringan, krisis air, hingga program modernisasi yang tak kunjung terealisasi.

Sehingga, tak sedikit petani yang memilih untuk mengakhiri hidup mereka. Sejak 1995, tercatat 300 ribu kasus petani bunuh diri.

Meski nasib mereka di negara-negara miskin dan berkembang masih berbalut kabut gelap, namun dunia kerap menganggap tangis mereka hanya bagai gerimis yang jatuh menimpa atap dan membuat tidur makin nyenyak terlelap.

Semoga sedekah Amitabh menjadi senandung filantropi indah yang bisa menginspirasi para dermawan global untuk berbondong-bondong memainkan orkestra yang sama. Agar kelak para petani dhuafa mampu melangkah tegap berderap, hingga mereka tak hanya bisa meratap dalam dekap Amitabh.

*) penulis Humas BAZNAS

Pos terkait