Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa mengapresiasi inisiatif warga Desa Adat Padangtegal, Kabupaten Gianyar, Bali yang konsisten melakukan pengolahan sampah yang ada di lingkungannya menjadi pupuk kompos.
semarak.co-Wamenpar Ni Luh Puspa mengatakan, pengolahan sampah yang dilakukan di Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal ini tak hanya bisa menjaga keberlanjutan lingkungan kawasan, namun juga bermanfaat bagi sektor pertanian masyarakat.
“Kesadaran masyarakat Desa Padangtegal dalam mengolah sampah menjadi kompos ini merupakan upaya nyata mewujudkan pariwisata berkelanjutan,” ujar Ni Luh usai mengunjungi Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal di Kawasan Monkey Forest, Ubud, Bali, Sabtu (18/1/2025).
“Desa juga mensubsidi masyarakatnya terkait dengan pembiayaan pengelolaan sampah. Kecuali kuota sampah melebihi batas yang sudah ditentukan,” demikian Wamenpar Ni Luh Puspa dirilis humas Kemenpar usai acara melalui WAGroup SiaranPers Kemenpar2, Minggu (19/1/2025).
Kesempatan serupa, perwakilan pengelola Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal, Ni Wayan Anggie Giovanda menjelaskan Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal telah berdiri sejak bulan Februari 2012. “Sampah yang diolah di Rumah Kompos ini berasal dari berbagai sumber, salah satunya dari kawasan Monkey Forest,” ujar Anggie
“Pengelolaan sampahnya bermula dari sumber sampah. Jadi dari sumber mereka sudah harus memilah sampah, sampai di sini kita kelola dan kita olah dengan bertanggung jawab,” demikian Anggie menambahkan.
Selain mengunjungi Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal, Wamenpar Ni Luh Puspa juga mengunjungi kawasan Monkey Forest dan melihat-lihat suasana di sana.Usai mengunjungi Kawasan Monkey Forest, Wamenpar Ni Luh melanjutkan kunjungan ke Desa Wisata Taro.
Wamenpar Ni Luh didampingi Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata Florida Pardosi, dan Direktur (Politeknik Parawisata (Poltekpar) Bali Ida Bagus Putu Puja melihat langsung beberapa potensi wisata yang ada di sana.
Potensi-potensi tersebut di antaranya sentra kerajinan perak dan keris, konservasi bambu petung dan terasering Semara Ratih, serta pengelolaan konservasi Lembu Putih. Lembu putih yang berjumlah 56 ekor ini merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat setempat. (hms/ken/smr)