Wamenekraf Irene soal Viral Pengibaran Bendera One Piece: Berlebihan Hubungkan Bendera Manga dengan Makar

Wamenekraf Irene saat hadir sebagai tamu istimewa di podcast Sunny Gow bersama kreator konten Arya Novrianus.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar menyoroti potensi pop culture yang bisa mengakselerasi ekosistem ekonomi kreatif. Akar dari pop culture yang biasanya dari hobi hingga membentuk komunitas  perlu mendapatkan dukungan agar memperkokoh posisi ekonomi kreatif.

Semarak.co – Dia menyatakan, komunitas ini jauh lebih dari sekadar hobi, mereka adalah pemangku kepentingan vital dalam ekosistem ekonomi kreatif. Dari hobi yang dijalani dengan gairah, lahirlah profesi, dan dari komunitas tumbuhlah industri kreatif yang menjanjikan.

Bacaan Lainnya

“Energi fandom ini merupakan kekuatan pendorong utama yang harus kita maksimalkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif nasional,” ujar Irene, pada acara podcast Sunny Gow bersama kreator konten Arya Novrianus, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Kemenekraf siaran Pers, Rabu (13/8/2025).

Kemenekraf mengusung strategi dua lapis dalam mengelola potensi fandom. Pertama, hilirisasi konsumsi agar seluruh rantai nilai dapat dinikmati oleh kreator dan pelaku lokal. Kedua, mentranslasikan blueprint kesuksesan IP global ke dalam IP lokal yang mengusung narasi kuat dan autentik.

Tak hanya itu, Kemenekraf aktif mendukung beragam event, mulai dari skala internasional seperti Comic Con hingga inisiatif komunitas di daerah melalui program GEN MATIC yang berhasil menemukan dan membangun kantong-kantong pop culture di berbagai wilayah.

Semua dukungan ini dijalankan lewat kolaborasi lintas sektor dan lintas negara, menghubungkan kreator lokal dengan mitra global, pelaku industri, dan regulator demi membangun ekosistem yang sehat dari hulu hingga hilir.

Mengenai impian menghadirkan ‘anime Indonesia’ yang mendunia, Wamen Ekraf Irene menekankan pentingnya penguatan kapasitas kreator lokal. Wamen Ekraf Irene pun menegaskan dukungan 1.000% untuk komunitas pop culture.

“Nusantara kaya akan cerita-cerita luar biasa. Tantangan kita adalah mengemasnya menjadi IP yang scalable dan memiliki daya tarik global. Saya optimis, dalam beberapa tahun ke depan, kita akan memiliki ‘One Piece’ versi Indonesia yang berakar kuat pada budaya kita,” ujar Irene.

“Tanpa antusiasme mereka, tidak ada event meriah. Tanpa loyalitas mereka, tidak ada pasar untuk merchandise. Pemerintah hadir bukan untuk memadamkan semangat, tapi untuk membangun panggung yang lebih besar dan berkelanjutan bagi para kreator dan penggemar,” imbuhnya.

Menanggapi viralnya pengibaran bendera One Piece di berbagai daerah, Irene memandangnya sebagai fenomena budaya yang positif dan momentum berharga. Wamenekraf menegaskan bahwa fenomena tersebut tidak bisa serta-merta dikaitkan dengan pemberontakan.

“Ini bukan masalah, melainkan peluang emas dari perspektif ekonomi kreatif. Energi ini adalah aset yang perlu kita arahkan ke jalur yang konstruktif dan produktif. Menghubungkan bendera manga dengan makar adalah langkah yang terlalu berlebihan,” ujarnya.

Menurutnya, hal tersebut adalah bentuk ekspresi fandom, sama seperti pendukung klub sepakbola yang memasang bendera kesayangan mereka. “Jangan heran jika di perayaan 17 Agustus nanti, karakter seperti Si Juki, Tahilalats, atau Jumbo akan ikut memeriahkan suasana,” sambungnya.

Irene menegaskan tantangan besar pemerintah adalah menciptakan narasi kebangsaan yang memiliki kekuatan sehebat cerita One Piece. Generasi muda hafal setiap kru Topi Jerami karena tiap karakter memiliki mimpi jelas dan cerita yang kuat.

“Challenge accepted! Kita harus menjadikan narasi Indonesia sebagai ‘manga’ paling seru yang ingin diikuti oleh seluruh rakyat, demi mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing di kancah global,” kata Irene. (hms/smr)

Pos terkait