Wamendukbangga Isyana: Speech Delay pada Anak Isu Serius, Harus Ditangani Sejak Dini

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka.

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan keterlambatan bicara atau speech delay pada anak merupakan isu serius yang harus dicegah dan ditangani sejak dini.

Semarak.co – Isyana menyatakan berdasar data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2023, prevalensi speech delay pada anak prasekolah di Indonesia mencapai 5–8 persen. Di balik angka tersebut, ada wajah-wajah anak yang penuh harapan dan orang tua yang cemas.

Bacaan Lainnya

“Dengan intervensi yang tepat, anak-anak dapat mengejar ketertinggalannya,” ujar Isyana saat membuka kegiatan Taman Asuh Sayang Anak di Kelas Orang Tua Hebat (TAMASYA di KERABAT) Seri 8 melalui Zoom dan disiarkan di kanal YouTube Kemendukbangga/BKKBN, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis Kemendukbangga/BKKBN, Jumat (26/9/2025).

Speech delay dapat dipengaruhi faktor medis seperti gangguan pendengaran, keterlambatan perkembangan saraf, maupun faktor eksternal seperti kurangnya stimulasi bahasa dan tingginya penggunaan gawai

Jika tidak diatasi, kondisi ini dapat mengganggu keterampilan sosial serta menurunkan kepercayaan diri anak. Karena itu, interaksi langsung antara anak dan orang tua tetap menjadi kunci utama.

Isyana juga mengingatkan pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Pengasuhan bukan hanya tugas ibu. Ayah yang aktif mendongeng, bercanda, atau bercakap-cakap dengan anak sesungguhnya sedang memberi hadiah terbesar, rasa percaya diri, rasa aman, dan kemampuan berbahasa yang lebih baik.

Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K) dari IDAI  menekankan pentingnya membedakan komunikasi, bahasa, dan bicara. Komunikasi adalah proses bertukar ide, sementara bahasa mencakup pemahaman dan ekspresi melalui kata atau simbol. Sedangkan bicara adalah kemampuan menyampaikan pesan dengan artikulasi yang jelas.

Fitri menjelaskan stimulasi tahap pengenalan bagi anak. Misalnya melalui permainan multisensori, mendengarkan suara, menirukan kata sederhana, hingga menunjuk benda sesuai perintah. Latihan-latihan sederhana dalam keseharian dapat membantu anak meningkatkan kemampuan bahasa reseptif maupun ekspresif.  (hms/smr)

Pos terkait