Masyarakat di depan Istana Merdeka yang menjadi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) memahami tidak jadi ditemui Presiden dan Wakil Presiden periode 2019- 2024 karena Jokowi dan Ma’ruf Amin dijadwalkan bertemu sejumlah tamu negara hingga pukul 22.00 WIB.
“Hari ini Pak Presiden belum bisa hadir di tempat ini, karena tamu negara yang banyak mengunjungi beliau,” demikian bunyi pengumuman dari panggung di depan Taman Pandang Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Informasi yang diumumkan pukul 20.00 WIB itu sontak membuat masyarakat yang antusias menunggu Jokowi- Ma’ruf Amin menyerukan ‘huuu’ mengekspresikan kesedihan mereka.
Meski demikian mereka tidak berlarut sedih karena memaklumi tamu negara yang harus dilayani kedua pemimpin Indonesia yang baru itu. “Sedihlah, sudah tunggu dari jam sepuluh pagi. Tapi ya mau gimana, Pak Jokowi sama Pak Ma’ruf Amin kan punya banyak tamu negara luar, masa tidak dilayani?” kata Fatimah.
Senada dengan Fatimah, relawan Jokowi- Ma’ruf Amin yang berasal dari Tegal bernama Budi pun mengaku dirinya memaklumi hal itu. “Mereka kan orang penting, wajarlah ga bisa ketemu sekarang. Ya kecewa ga bisa ketemu, tapi ya tetap dong dukung Jokowi sama Ma’ruf Amin. Kan sudah resmi sekarang,” kata Budi.
Masyarakat lainnya bernama Alma juga merasakan hal serupa meski sempat histeris dan menangis karena tidak jadi bertemu Presiden dan Wakil Presiden periode 2019- 2024 itu. “Hatiku hancur berkeping- keping, mau ketemu langsung sebenarnya pas mereka jadi Presiden dan Wakil Presiden, tapi ya sudahlah maklum,” kata Alma.
Sebelumnya, masyarakat yang ingin berjumpa dengan Jokowi serta Ma’ruf Amin telah berkumpul di Taman Pandang Istana sejak pagi hari tadi. Mereka mengadakan acara nonton bareng bersama acara pelantikan lewat videotron dan menggelar acara kesenian baik dari musik hingga tarian.
Sementara gelaran konser musik akan dimulai pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 22.00 WIB. Dengan mengusung tema bhinneka tunggal ika, konser ini mengajak seluruh penonton dan warga untuk ikut bersama memeriahkan gelaran musik untuk republik.
Hari ini merupakan hari terakhir konser musik ini, akan ada God Bless, Kla Project, Java Jive, Iwa-K, dan juga Slank yang akan memeriahkan sekaligus menutup acara ini. Presiden Joko Widodo diharapkan dapat hadir dalam acara tersebut.
Perwakilan penyelenggara Konser Musik Untuk Republik (MUR) Sylvana memastikan kehadiran Presiden Jokowi pada helatan musik yang sedianya diadakan pada 18-19-20 Oktober 2019 di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur.
“Kalau bapak Jokowi sih pasti datang. Tapi kita belum tahu beliau datangnya hari apa. Iya, tapi untuk harinya belum bisa kita konfirmasi,” kata dia di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu, 16 Oktober 2019.
Personel Kla Project Romulo Radjadin alias Lilo berharap Presiden Joko Widodo bisa menyempatkan diri hadir dan menyaksikan persembahan dari puluhan musisi selama penyelenggaraan konser ‘Musik untuk Republik’.
Pria yang juga menjadi Ketua 3 konser ini mengatakan pihaknya juga sudah mengundang Jokowi secara langsung. “Kemarin saya menghadap beliau (Jokowi), mau undang,” kata Lilo, di Cibubur, Sabtu (19/10/2019).
Menurut Lilo, dirinya dan musikus lain yang ikut menghadap Jokowi sempat mengadu tentang kondisi antar sesama musisi yang dianggap terbelah akibat Pemilihan Presiden (Pilpres) April 2019.
Presiden Jokowi beberapa kali muncul di pentas musik cadas. Namun, kini hal itu sudah jarang dilakukannya. “Kami ini mau (sekalian) kasih tahu. Musisi pecah lho. Nah, kami mau nyatuin lagi (lewat konser ini),” ucap dia.
Lilo mengatakan Jokowi sangat mendukung acara ini terlebih tujuannya menyatukan musikus dan masyarakat pasca Pilpres. “Terus saat itu Pak Presiden nanya, perlu apa. Kami tidak perlu apa-apa. Kami tidak perlu uang dan apa-apa. Kami hanya minta bapak hadir,” ucap dia.
Namun kata dia sudah dua hari acara ini Jokowi tak kunjung hadir. Ia paham karena Jokowi sedang disibukan dengan berbagai kegiatan termasuk persiapan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden (2019-2024) besok. “Tapi 18-19 udah lewat, ya mungkin besok malam ini. Tapi tidak hadir juga tidak apa-apa,” kata dia.
Ia menambahkan kemungkinan ‘Musik untuk Republik’ bakal menjadi agenda tahunan yang diselenggarakan bukan cuma di wilayah Jakarta. “Ya daerah lain kami bisa gelar sampai semua elemen masyarakat dan musisi bersatu kembali,” kata Lilo.
Di tempat yang sama, band rock yang populer di era 90-an Voodoo berharap Presiden Joko Widodo hadir di gelaran itu. Terlebih, konser ini juga menampilkan genre rock yang merupakan kegemaran mantan Wali Kota Solo itu. “Ya Pak Presiden kan suka musik, mudah-mudahan musik kita jadi bisa lebih berkembang dan berkualitas,” kata Vokalis Voodoo Novy Rock.
Jokowi diketahui kerap hadir dalam beberapa konser musik berbagai genre di dalam negeri. Jokowi pernah datang ke konser Metallica, Synchronize Festival, hingga Guns N Roses.
Sebelum dan sesudah pelantikannya, Jokowi diketahui banyak disibukkan dengan agenda menerima kunjungan sejumlah pemimpin atau pun utusan khusus negara sahabat sejak pagi hingga malam hari, di Istana Merdeka.
Sebuah panggung besar tengah dibangun di lokasi helatan konser. Selain pentas, sejumlah fasilitas seperti toilet portable juga sudah didatangkan ke tempat acara. Pagelaran MUR menggunakan panggung dengan total panjang 52 Meter, lebar 20 Meter (1.040 Meter persegi), LED total 152 meter, Sound System 150.000 Watt, Listrik 1.200 KVA, ada Ratusan Lighting dengan tata cahaya dan desain panggung berskala Internasional.
Panggung tersebut bakal diisi puluhan artis tenar seperti grup musik Godbless, Slank, Jamrud, Steven & Coconuttreez, Edane, Siksakubur, Indische Party, NTRL, /Rif, Vodoo, Superglad, Revenge The Fate dan lain-lain.
Serta sederet musisi solo seperti, Glenn Fredly, Iwa K, Denny Frust, Inul Daratista, Trison Roxx, Ikke Nurjanah,. Iis Dahlia, Sandhy Sondoro, Siti Badriah dan lain-lain. Dalam keterangannya, penyelenggara memastikan acara tersebut digelar tanpa sponsor, tanpa tiket masuk dan tanpa profit.
Demi mengantisi ancaman keamanan, penyelenggara bakal melakukan pengamanan dengan melibatkan pasukan gabungan sebanyak 1.700 personel, masing-masing dari unsur TNI, Polri, Banser. dan sejumlah anggota komunitas sepeda motor. Penyelenggara juga menyiapkan sebanyak 25 pintu metal detektor demi memastikan acara tersebut dapat berjalan lancar.
Pelantikan Jokowi sebagai sebagai Presiden RI periode 2019-2024 jelas membut para pendukungnya bersuka-cita. Namun tidak bagi Tursilawati yang harus menahan kecewa. Pasalnya, ia dan dua cucunya, Adi dan Yoga, kecewa tak bisa menyaksikan iring-iringan mobil Jokowi-Ma’ruf.
Padahal, mereka jauh-jauh sudah datang dari Bekasi dan ke Jakarta hanya untuk bisa melihat wajah pemimpin yang diidolakannya itu. Beberapa menit jelang adzan Magrib berkumandang, iring-iringan RI1 dan RI2 belum juga melintas di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta Pusat.
“Kata polisi di Senayan jam empatan, Pak Jokowi balik ke Istana. Makanya saya itu buru-buru ke sini (depan Bawaslu),” kata Tursilawati dengan wajah sedih kepada JawaPos.com, Minggu (20/10/2019).
Tursilawati dan kedua cucunya datang dari Bekasi hanya ingin bisa melihat iring-iringan mobil Jokowi-Ma’ruf. Tursilawati dan kedua cucunya datang dari Bekasi hanya ingin bisa melihat iring-iringan mobil Jokowi-Ma’ruf.
Perempuan yang akrab disapa Tur berangkat dari Tambun, Bekasi, pukul 09.00 WIB hanya untuk melihat pelantikan Jokowi-Ma’ruf dari dekat. Mereka berangkat dengan menggunakan KRL Commuter Line ke Jakarta Kota yang dilanjutkan menggunakan bus Transjakarta ke Bundaran HI.
“Saya bawa cucu nyoba naik MRT, enak banget. Tadinya mau bus tingkat tapi lagi libur karena ada pelantikan. Nunggu Pak Jokowi lewat, jalan-jalan dulu,” ungkapnya. Tur dan seluruh keluarganya adalah pendukung fanatik Jokowi pada pilpres 2019 lalu.
Ia punya alasan khusus kenapa sampai fanatik mendukung Jokowi. “Cucu saya lahir pas Pak Jokowi dulu dilantik, makanya saya itu kagum sama beliau, pokoknya dukung,” kata ibu paruh baya ini.
Sejumlah warga Indonesia di Australia yang pernah mendukung Presiden Joko Widodo melanjutkan dua periode tidak menunjukkan penyesalan terhadap pilihannya, meski mereka merasa kecewa.
Sebagian warga merasa pemerintahan baru harus lebih perhatikan masalah pelanggaran HAM. Iklim investasi perlu difokuskan kembali agar menarik lebih banyak investor dari Australia.
Banyak diantara mereka mengaku sebagai “pemilih yang rasional”‘, sehingga merasa perlu memberikan kritikan yang membangun kepada pemerintahan baru.
Salah satunya adalah Suprapti McLeod, warga Indonesia di Canberra yang pernah aktif terlibat kampanye dukungan terhadap pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin.
“Saya kecewa. Kekecewaan saya lebih disebabkan karena rencana perubahan sejumlah undang-undang soal KPK,” kata Suprapti.
Iring-iringam yang membawa PM Malaysia Mahatir Muhammad dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto melintas jalan protokol tersebut. Sejumlah warga Indonesia di Australia yang pernah mendukung Presiden Joko Widodo melanjutkan dua periode tidak menunjukkan penyesalan terhadap pilihannya, meski mereka merasa kecewa.
Sebagian warga merasa pemerintahan baru harus lebih perhatikan masalah pelanggaran HAM. Iklim investasi perlu difokuskan kembali agar menarik lebih banyak investor dari Australia.
Presiden Joko Widodo telah diakui banyak warga dengan keberhasilannya dalam pembangunan, khususnya infrastruktur, tetapi sebagian masih merasa kualitas pembangunan terhambat oleh lemahnya sumber daya manusia.
“Yang harus ditingkatkan adalah kecerdasan sosial, masyarakat harus lebih banyak di-edukasi soal keuangan, cara mencari uang,” kata Immanuel Bryan Kafa, mahasiswa Indonesia di Kaplan Business School, Sydney.
Kehadiran Perdana Menteri Australia di pelantikan Presiden RI telah menjadi sebuah tradisi sejak pemerintahan PM John Howard yang datang ke pelantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di tahun 2004.
Seperti diberitakan pula, Ekonom Senior Indef Faisal Basri mengatakan, peserta aksi unjuk rasa dua pekan belakangan, terutama mahasiswa dan pelajar berasal dari pemilih Jokowi yang kecewa.
Ia menyampaikan, pendukung Jokowi yang kecewa tersebut tidak memiliki kepentingan untuk menggulingkan pemerintahan. “Itu pendukung Jokowi semua, mereka tidak punya kepentingan. Mereka sayang sama Jokowi dan ingin tanggung jawab dengan mengawal terus, tidak sekadar mendukung, kemudian diam,” ujar Faisal di kantor Indef, Jakarta, Senin (30/9/2019).
Faisal Basri pun mengaku tidak menyangka demonstran sekarang berbanding terbalik dari 1998 silam, yang mayoritas bukan pendukung presiden terpilih. “Tidak sangka ini berbeda dengan gerakan mahasiswa 1998 yang konsolidasinya panjang,” katanya.
Menurutnya, demonstrasi yang dilakukan sekarang bisa dikatakan berlangsung seketika, karena mereka sudah pada level merasa terancam masa depannya. “Anak muda ini punya keresahan yang berbeda. Mereka kumpul semua dan Pak Jokowi juga merenung,” tuturnya.
Sehingga, ia menambahkan, demonstrasi mahasiswa itu diharapkan membantu Jokowi keluar dari cengkeraman pembisik di sekitar Istana. “Itu jadi masukkan mahasiswa dan Jokowi akan introspeksi, keluar dari cengkeraman oligarki. Pilihannya dia mau di ketiak oligarki atau tidak?” Tanya Faisal Basri.
Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Faisal Basri menilai maraknya aksi demonstrasi pada September ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019. Faisal Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi mentok di level 5,1% yang mayoritas didorong sentimen domestik, satu di antaranya adalah demonstrasi. “Pertumbuhan ekonomi kuartal III di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen,” ucapnya.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak banyak kena pengaruh dari ancaman resesi di beberapa negara akibat perang dagang. Ancaman resesi global ke Indonesia tersebut dinilai kecil, karena porsi ekspor tidak lebih 100 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Di Singapura itu ekspor 270 persen terhadap PDB, sehingga dampaknya besar jika ada resesi. Sedangkan ekspor Indonesia cuma 20 persen, sehingga efeknya cuma 0,7 persen hingga 0,7 persen,” ulasnya.
Pertumbuhan ekonomi nasional secara tahunan, Faisal Basri memperkirakan tidak lebih dari 5,4 persen. “Pertumbuhan ekonomi tahun ini paling rendah 5 persen dan paling tinggi 5,4 persen,” cetusnya.
Faisal Basri juga menanggapi pernyataan terkait Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang disebut menghambat investasi. Ia justru mengungkapkan hal sebaliknya, yakni keberadaan KPK justru membuat skor indeks persepsi korupsi di Indonesia membaik. “Indeks persepsi korupsi membaik, sekarang skornya 38. Masih jauh dari 100, tapi membaik,” paparnya.
Selain itu, Faisal Basri menyampaikan, Indonesia dari sisi peringkat negara juga membaik hingga sekarang menduduki peringkat ke-89. Menurutnya, semua peningkatan tersebut karena adanya KPK yang suka menangkap para koruptor. Sehingga, investor asing percaya dengan hukum di Indonesia. “Siapa saja dihukum. Mulai dari menteri hingga bupati,” katanya.
Ada pun Indonesia dari sisi kemudahan berbisnis juga naik dari peringkat 114 ke 73, yang membuat investor tertarik, bukan justru lari ke negara lain. “Moeldoko bilang KPK hambat investasi dan Rosan juga. Ini mereka sebagai wakil ketua tim pemenangan dan pihak Istana,” ujar Faisal. (net/lin)
sumber: indopos.co.id/cnni indonesia/detik.com/wartakota.com/pojoksatu.com)