Wakil Ketua BAZNAS RI Mo Mahdum menyebut besarnya potensi zakat, infak dan sedekah (ZIS) melalui platform digital. BAZNAS memulai pembayaran zakat digital sejak 2016 dengan pengumpulan hanya kurang dari Rp500 juta per tahun.
semarak.co-Dalam talkshow dengan tema Strategi Kampanye Filantropi Berbasis Digital itu, Mahdum menjelaskan, BAZNAS telah bermitra dengan lebih dari 80 platform digital untuk memberikan alternatif pembayaran digital yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat.
“Tapi pada tahun 2022 pengumpulan BAZNAS yang berasal dari platform digital telah mencapai Rp158,4 miliar. Artinya kenaikannya luar biasa, sekitar 320 kali selama 6 tahun,” ungkap Mahdum saat menjadi pembicara Talkshow yang digelar di acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), Jakarta Convention Center (JCC), Senayan Jakarta Pusat, Jumat siang (27/10/2023).
“Masyarakat kita ranking satu di dunia dalam hal berdonasi. Sangat dermawan. Tinggal bagaimana cara kita menciptakan sebanyak mungkin akses untuk membayar,” demikian Mahdum menambahkan seperti dirilis humas usai acara melalui WAGroup Baznas Media Center (BMC), Jumat malam (27/10/2023).
BAZNAS sangat serius dalam mengembangkan platform pembayaran zakat digital. Bahkan menjadi misi ke-5 lembaga ini, yakni modernisasi dan digitalisasi zakat nasional. Pembayaran melalui digital di BAZNAS rata-rata adalah Rp110 ribu. Tapi kalau ditotal jumlahnya sangat besar. Ratusan miliar per tahun.
Mahdum juga menyampaikan, sampai saat ini dari hasil riset yang dilakukan, layanan BAZNAS yang paling banyak diminati adalah pembayaran melalui transfer (53,5%) pembayaran donasi digital (21,3%) dan pembayaran langsung ke konter zakat (16,1%).
Mo Mahdum juga mengajak masyarakat untuk memulai berzakat melalui platform digital ke BAZNAS. Dia meyakinkan, BAZNAS selalu menjaga akuntabel dan transparansi. Muzaki dapat memantau uang yang ditransfernya dan buktinya, serta pendistribusiannya.
Sementara Head of Islamic Kita Bisa sekaligus Direktur Eksekutif LAZ Salam Setara Ahmad Mujahid mengatakan, saat ini donasi digital telah menjadi kebiasaan di masyarakat. “Di Kita Bisa misalnya, jam transaksi tertinggi adalah pada pagi hari. dari habis subuh sampai pukul enam pagi. Ini membuktikan bahwa berdonasi lewat digital telah menjadi habit,” ungkapnya.
Menurutnya, ada tiga kunci platform digital untuk menarik donasi, yaitu konten yang menarik, traffic yang tinggi, dan cara pembayaran yang mudah. “Sebagus apapun program yang kita punya kalau tidak ada orang yang tahu, tidak akan menarik donasi,” kata Mujahid soal pentingnya membuat konten yang menarik dalam mengembangkan platform digital.
Selain dua pembicara, talkshow juga menghadirkan Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Arief Rohman. BWI sendiri baru saja memulai pengembangan platform digital melalui sebuah aplikasi bernama Satu Wakaf Indonesia yang bertujuan mengoptimalkan wakaf melalui digital. (smr)