Opini by Zeng Wei Jian
semarak.co -Fraksi Gerindra maunya voting terbuka. Biar transparan. PKS ngotot voting tertutup. Tok, tok, tok…!! Palu sidang diketuk. PKS menang. Voting Wagub Jakarta akan dilaksanakan secara tertutup. In secrecy.
Jurnalist Glenn Greenwald mengatakan, “Secrecy is the linchpin of abuse of power. Transparency is the only real antidote.”
Abuse of power biasanya dilakukan dalam ruang gelap. Tertutup. Tidak terbuka. Deal-deal aman. Publik ngga tau.
Ada relasi antara “honesty” dan “transparency”. Keduanya ngga bisa dipisahkan. Fraksi Gerindra menginginkan itu. Ngga takut. M Taufik mengatakan voting tertutup rentan money politik.
“Honesty and transparency make you vulnerable. Be honest and transparent anyway,” kata Mother Teresa.
Begitulah politik kelabu. Nyaman dalam “ketertutupan”. Pat-pat gulipat butuh ruang inkubator exclusif. Jauh dari pengetahuan publik. Transparansi jadi haram. Padahal legitimasi butuh transparansi.
Seperti kata Penulis John C. Maxwell, “Speak the truth. Transparency breeds legitimacy.”
Entah apa yang dicemaskan PKS. Pengamat Politik & Pemerhati Tony Rosyid menandaskan Ariza Patria mudah dikalahkan. Dia kandidat terlemah dari 4 orang yang disodorkan Partai Gerindra.
Tony Rosyid menggunakan ukuran: Duwit…!! Di antara ke empat kandidat, Ariza Patria paling kere.
Yang tidak dimengerti, “Money can not buy friendship”.
Ariza Patria diterima semua golongan. Orangnya baik. Hatinya tulus. Jiwanya seluas samudera. Humoris. Cerdas. Wise. Loyal kepada teman. Pluralist tulen. Problem solver. Negosiator handal.
Semua Kader Gerindra cinta keterbukaan. Ariza Patria juga begitu. Legitimasi berasal dari transparansi yang bersumber pada honesty.
Dan President Thomas Jefferson berpesan, “Honesty is the first chapter in the book of wisdom.”
THE END