Sebuah rekaman video berdurasi kurang dari satu menit menghebohkan masyarakat Kabupaten Tuban, Minggu (14/2/2021). Dalam video yang diunggah di media sosial (medsos) itu menampilkan aksi sejumlah warga di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban yang membeli 17 mobil baru secara bersamaan dalam sehari.
semarak.co-Dalam video tersebut, belasan mobil tersebut dikirim ke rumah warga menggunakan truk dengan dikawal mobil patroli polisi secara konvoi. Mobil tersebut dibeli warga menggunakan dana dari ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak.
Hingga saat ini, tercatat ada 176 mobil baru yang dibeli warga desa setempat sejak mereka menerima uang ganti rugi penjualan lahan untuk pembangunan kilang minyak. Seorang warga ada yang membeli 2 sampai 3 mobil dengan menggunakan uangnya.
Kepala DesaSumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Gianto yang dikonfirmasi awak media ini, Senin (15/2/2021) membenarkan bahwa sejumlah warga di desanya membeli mobil secara bersama-sama dari Surabaya.
“Mobil-mobil itu, dibeli warga menggunakan uang yang berasal dari ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak. Ya, pembeliannya berkelompok. Kemarin ada 17 mobil yang dibeli dan semuanya baru. Semua mobil merek Toyota,” ujar Gianto, Senin (15/2/2021) seperti dikutip kumparan.com Selasa (16/2/2021).
Para warga membeli mobil baru tersebut dengan menggunakan uang yang berasal dari pembayaran ganti rugi lahan untuk proyek pembangunan Kilang Tuban atau New Grass Root Refinery (NGRR) di wilayah Kecamatan Jenu. Meraka telah mengambil uang ganti rugi lahan melalui proses penetapan konsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Tuban.
“Warga telah mengambil uang ganti rugi lahan. Sebagian uangnya digunakan untuk membeli mobil. Hingga saat ini tercatat ada 176 mobil baru yang dibeli warga di desanya sejak mereka menerima uang ganti rugi lahan kilang minyak,” ujarnya.
Menurutnya, satu warga ada yang membeli 2 sampai 3 mobil dengan menggunakan uang tersebut. “Ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga, itu belum yang mobil bekas. Warga membeli dengan menggunakan uang dari pembebasan lahan proyek kilang tersebut. Satu orang ada yang beli dua sampai tiga mobil,” kata Gianto.
Gianto juga menyampaikan di Desa Sumurgeneng ada sekitar 280 warga atau pemilik lahan yang terdampak proyek pembangunan kilang minyak. Semua warga telah setuju lahannya di jual untuk pembangunan proyek nasional. “Semua warga Sumurgeneng telah setuju lahannya dijual untuk pembangunan kilang minyak,” katanya.
Harga ganti rugi lahan milik warga rata-rata berkisar Rp680 ribu per meter persegi. Penentuan nilai harga lahan milik warga itu telah diputuskan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) setelah melakukan penghitungan harga melalui appraisal. “Harga ganti rugi lahan di sini sekitar Rp600 ribu dan tertinggi Rp800 ribu per meter persegi,” katanya.
Rata-rata warga Desa Sumurgeneng mendapatkan uang ganti rugi lahan untuk proyek pembangunan proyek kilang minyak sebesar Rp8 miliar. Selain itu, ganti rugi yang diterima warga paling sedikit di desa sini ada sekitar Rp35 juta dan paling banyak Rp28 miliar.
“Paling banyak Rp28 miliar, itu orang Surabaya yang sudah lama memiliki lahan di sini. 90 persen warga yang mendapatkan uang ganti rugi lahan proyek kilang minyak itu digunakan beli mobil,” terangnya sambil melanjutkan.
Kemudian 75 persen warga yang menerima uang itu dibelikan tanah lagi dan 50 persen warga digunakan untuk renovasi rumahnya. “Kalau untuk usaha sangat kecil. Rata-rata mereka ingin menikmati dulu,” kata Gianto.
Untuk diketahui, Kilang Tuban atau New Grass Root Refinery (NGRR) ditargetkan beroperasi pada 2024, dibangun di atas lahan seluas 1.050 hektare yang tersebar di tiga desa.
Yaitu Desa Kaliuntu, Desa Wadung, dan Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, serta lahan milik Perhutani dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dengan total 821 hektare lahan darat dan sisanya lahan reklamasi laut.
Ratusan warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur mendadak jadi miliarder setelah menjual lahannya kepada PT Pertamina untuk kepentingan proyek pembangunan NGRR atau kilang minyak itu.
Fenomena di kampung miliarder tersebut ditanggapi Bupati Tuban Fathul Huda. Fathul berharap masyarakat yang telah menerima uang ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak agar bisa hidup hemat dan tidak konsumtif.
“Mereka harus hemat, pikirkan jangan terburu-buru, lalu menjadi konsumtif yang kemudian uangnya habis,” ungkap Fathul, kepada wartawan, Rabu (17/2/2021) salah satunya dikutip kumparan.com.
Fathul mengatakan setelah diamati sejumlah mobil yang dibeli warga rata-rata bukan mobil yang memiliki nilai ekonomi. Namun begitu, hal tersebut tidak masalah asal bisa dimanfaatkan dengan baik. “Ya tidak apa lah (membeli mobil) karena mereka ingin menikmati hidup,” terang orang nomor satu di Bumi Wali Tuban.
Namun begitu, Fathul mengungkapkan mereka yang menjual lahannya telah kehilangan mata pencaharian sebagai petani. Sehingga, dikemudikan hari jangan ada alasan tanahnya telah dijual tetapi tidak diberikan pekerjaan.
“Pekerjaan mari kita cipta bersama, kalau kita mengharap pekerjaan tidak mungkin memenuhi kebutuhan masyarakat. Warga yang telah mengambil uang ganti rugi lahan untuk kilang minyak agar dimanfaatkan secara efektif,” pesan dia.
Sebab, lanjut dia, potensi di Tuban banyak sekali yang bisa dikerjakan baik nelayan maupun perdagangan. “Apalagi nanti di sini ada mega proyek kilang minyak, kebutuhan untuk memenuhi masyarakat yang bekerja di sini banyak sekali. Ini yang harus disiapkan semuanya. Kesempatan ini jangan disia-siakan,” ujar dia. (tik/imm/net/smr)