Viral Polisi Tembak Gas Air Mata masuk ke Ruang Masjid saat Bubarkan Demo Pati, Alasannya karena Petugas Dilempari Batu

Gas air mata yang ditembakkan polisi masuk ke ruang Masjid Agung Baitunnur Pati Jawa Tengah saat membubarkan pendemo pada 13 Agustus 2025. Foto: beritasatu.com

Polisi menembak gas air mata ke berbagai arah ketika menghalau massa unjuk rasa yang menuntut pencabutan posisi Bupati Pati Sudewo, Rabu (13/8/2025). Puluhan massa tampak berada di masjid setelah bergerak dari pusat demonstrasi di depan Kantor Bupati Pati Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Semarak.co – Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Kahumas Polda Jateng) Komisaris Besar (Kombes) Artanto menyampaikan alasan bahwa pihaknya, kondisi di lapangan pada saat itu sudah memerlukan upaya pengendalian, yakni dengan penembakan gas air mata.

Bacaan Lainnya

“Situasi massa unjuk rasa sudah anarkis dengan lakukan pelemparan ke petugas menggunakan batu, tongkat, botol air mineral, telur atau buah busuk, dan lain-lain,” kata Artanto saat dihubungi tempo, Kamis, 14 Agustus 202.

Demonstrasi yang dipicu kenaikkan pajak daerah sebesar 200% berujung ricuh bahkan polisi menembakkan gas air mata ke arah ke Masjid Agung Baitunnur yang berada di sebelah Barat Alun-Alun Pati.

Jalan Jenderal Sudirman di sisi utara Masjid Baitunnur juga jadi sasaran tembakan gas air mata. Sementara sejumlah ambulans terparkir di ruas jalan tersebut. Petugas kesehatan kemudian membawa ambulans menjauh ke arah barat.

Peserta aksi yang berada di masjid dan Jalan Jenderal Sudirman juga berlarian menghindari kepulan asap gas air mata. Kondisi serupa juga terjadi di jalan-jalan akses menuju Alun-Alun Pati. Adapun Artanto mengklaim penggunan gas air mata telah sesuai prosedur.

“Tentunya protap SOP yang dilakukan oleh pihak kepolisian sudah sesuai,” ucap dia seperti dilansir tempo Jumat 15 Agustus 2025 | 10.17 WIB melalui laman pencarian google.co.id, Senin malam (18/8/2025).

Pasca-unjuk rasa, sebanyak 40 orang dilarikan ke Rumah Sakit Suwondo. Para korban terdiri dari polisi dan massa aksi. “Sepuluh polisi, dua di antaranya masih diopname, dan 30 masyarakat yang lima di antaranya masih opname,” kata Artanto.

Data terbaru itu menunjukkan adanya penambahan jumlah korban yang semula dilaporkan sebanyak 34 orang. Artanto menyebut, para korban rata-rata mengalami luka lebam, bocor kepala, kulit robek, dan sesak napas. “Korban rata-rata sesak napas karena gas air mata yang kami lepaskan karena situasi sudah chaos,” ujarnya.

Bupati Pati Sudewo sebelumnya membuat kebijakan kontroversial menaikkan PBB-P2 sebesar 250 persen. Kenaikan tarif diklaim bertujuan untuk meningkatkan pendapatan Kabupaten Pati. Namun, warga Pati menolak keputusan itu karena dianggap memberatkan masyarakat di tengah himpitan ekonomi saat ini.

Sudewo sempat berkukuh tidak akan mencabut keputusannya menaikkan tarif PBB itu. Ia bahkan terkesan menantang masyarakat yang menolak kebijakannya itu dengan mengatakan jika massa yang dikerahkan 50 ribu pun akan dihadapinya.

Diberitakan beritasatu.com, Jumat, 15 Agustus 2025 | 14:08 WIB, aksi aparat kepolisian menembakkan gas air mata hingga ke halaman Masjid Agung Baitunnur Pati, Jawa Tengah saat demo, Rabu, 13 Agustus 2025 viral di media sosial dan memicu kecaman.

Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) Pati meminta polisi tidak represif menghadapi massa. Penembakan gas air mata ke Masjid Agung Baitunnur terjadi saat polisi memukul mundur massa pendemo yang menuntut Sudewo mundur dari bupati Pati karena dianggap kebijakannya meresahkan rakyat.

Awalnya demo berjalan damai, kemudian ricuh. Massa bentrok dengan polisi. Polisi memukul mundur pendemo di depan Kantor Bupati Pati dengan menembakkan water canon dan gas air mata. Massa mundur dari depan kantor Bupati Pati dan berlarian.

Namun sayang, gas air mata yang ditembakkan polisi masuk juga ke area Masjid Agung Baitunnur Pati. Saat itu, warga tengah menjalankan ibadah salat Zuhur. Video yang memperlihatkan gas air mata sampai halaman masjid pun beredar di media sosial.

Warga merasa terganggu, dan netizen menyoroti serta menyayangkan kejadian ini. Ketua LPBHNU Pati Ahmad Shofwan menyayangkan tindakan aparat kepolisian yang dinilai terlalu represif, apalagi sampai menembakkan gas air mata ke area masjid, yang merupakan tempat ibadah.

“Polisi mengejar demonstran sampai ke masjid ini tentu kami sayangkan, kenapa? Karena masjid ini kan tempat ibadah, gak boleh aparat itu represif sampai ke sana. Karena di sana itu bukan hanya pendemo, kan ada orang yang mau salat,” ujar Ahmad Shofwan, Jumat (15/8/2025) dilansir beritasatu.com dari laman pencarian google.co.id, Senin (18/8/2025).

Shofwan menambahkan tindakan aparat membuat sejumlah masyarakat menjadi korban, termasuk ibu-ibu dan anak-anak yang hendak salat berjamaah. Ia menilai tindakan ini berlebihan dan merugikan masyarakat. (net/tpc/bsc/smr)

Pos terkait