Utang Indonesia Tembus Rp7.236 Triliun hingga Akhir Agustus 2022, Sudah 7 Hari Nilai Tukar Rupiah Bertahan Rp15 Ribu

ilustrasi nilai utang luar negara. foto: indopos.co.id

Sudah selama 7 hari lebih nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bertahan Rp15 ribu. Pada perdaganan hari ini menguat tipis ke level Rp15.216, pada Jumat pagi (30/9/2022), pukul 09.22 WIB. Pada Kamis sore (29/9/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.263.

semarak.co-Fluktuasi nilai tukar rupiah terdampak sentimen ekspektasi pasar yang mengkhawatirkan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) masih akan agresif menaikkan suku bunga. Naiknya suku bunga juga merupakan respon Bank Sentral untuk melawan inflasi yang semakin meningkat di AS.

Bacaan Lainnya

Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai posisi rupiah masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tukar Negara lain. Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan, penguatan USD sangat berdampak signifikan terhadap perkembangan nilai tukar seluruh mata uang di dunia, termasuk rupiah.

“Dollar indeks mengalami penguatan hingga 110. Kalau dolar menguat lawan mata uang yang lain terutama emerging market, ini (akan berdampak) mengalami depresiasi. Jadi, makin kuat dollar AS, berarti lawan akan semakin lemah,” ujar menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, dalam kesempatan berbeda, belum lama ini

Menkeu Sri Mulyani kembali menjelaskan, pasar keuangan global yang sebelumnya sempat mereda kini justru kembali mengalami gejolak. Salah satu penyebabnya adalah dipengaruhi oleh kebijakan moneter Bank Sentral AS alias the Fed.

Sebagai informasi, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya pada 22 September 2022 sebesar 75 basis poin. Bahkan The Fed dengan sinyal hawkish-nya, mengisyaratkan kenaikan suku bunga akan terjadi hingga tahun depan. Hal ini semakin membebani ekonomi dunia bahwa tren suku bunga bakal mendorong AS ke dalam perlambatan pertumbuhan.

Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, kemungkinan rupiah dapat melemah ke level Rp16.000 sangatlah kecil. Menurutnya, Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak akan membiarkan mata uang Garuda terdepresiasi terlalu dalam.

Sejumlah kebijakan dan strategi ekonomi pastinya akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan stabilitas nilai tukar mata uang. “Angka Rp16.000 itu paling tinggi dan paling besar. Namun kemungkinannya kecil untuk tercapai. Karena apa? Pemerintah dan Bank Indonesia tidak akan begitu saja tinggal diam dan akan melakukan intervensi,” papar Ibrahim.

“Buktinya hari ini, kembali mengalami penguatan. Artinya kebijakan strategi ekonomi yang diterapkan Pemerintah dan Bank Indonesia bisa menahan laju pelemahan mata uang rupiah,” pungkas Ibrahim dilansir tribunnews.com/Jumat, 30 September 2022 10:52 WIB.

Sekadar mengingatkan, nilai tukar mata uang rupiah terhadap USD Rp15.022 pada Jumat pukul 09.06 WIB (23/9/2022). Pada Kamis sore (22/9/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.023.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, penyebab utama lemahnya nilai tukar mata uang Garuda disebabkan sentimen Federal Reserve yang menaikkan suku bunga. “The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada hari Rabu, seperti yang diharapkan,” ucap Ibrahim secara tertulis pada tribunnews, (22/9/2022).

“Ketua the Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa bank akan mempertahankan kenaikan suku bunga pada klip yang tajam, bahkan mempertaruhkan tekanan pada pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja, karena berjuang untuk mengendalikan inflasi yang tak terkendali,” ujar Ibrahim dilansir tribunnews.com/Jumat, 23 September 2022 09:38 WIB.

Di bagian lain Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan utang pemerintah hingga akhir Agustus 2022 tembus Rp7.236,61 triliun. Lebih tinggi dari posisi utang bulan lalu Rp7.163,12 triliun. Atau bertambah Rp73,49 triliun.

Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga bahkan lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Kemenkeu mencatat ada kenaikan dari 37,91% menjadi 38,30%.  “Posisi utang Pemerintah berada di angka Rp7.236,61 triliun,” tulis buku APBN KiTa dirilis Kemenkeu, Kamis (29/9/2022).

“Meskipun terdapat peningkatan nominal dan rasio utang pada akhir Agustus 2022, peningkatan tersebut masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal,” demikian Kemenkeu merilis seperti dilansir cnbcindonesia.com/29 September 2022 12:00 WIB.

Secara lebih rinci, utang pemerintah didominasi oleh instrumen SBN yang mencapai 88,79% dari seluruh komposisi utang akhir Agustus 2022. Sementara berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (Rupiah), yaitu 71,06%.

Saat ini kepemilikan SBN didominasi oleh perbankan dan diikuti BI, sementara kepemilikan investor asing terus menurun sejak tahun 2019 yang mencapai 38,57%, hingga akhir tahun 2021 tercatat 19,05 persen, dan per 22 September 2022 mencapai 14,70%.

“Hal tersebut menunjukkan upaya pemerintah yang konsisten dalam rangka mencapai kemandirian pembiayaan dan didukung likuiditas domestik yang cukup. Meski demikian, dampak normalisasi kebijakan moneter terhadap pasar SBN tetap masih perlu diwaspadai,” demikian tulis laman Kemenkeu. (net/tbc/cnb/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *