Ustadz Andri Bongkar Isu Radikal di Indonesia itu Hantu Buatan China, Rizal Ramli Nilai Makin Pro

Grafis tentang radikalisme. foto: zamane.id

Beredar video lawas pendakwah Andri Kurniawan sebut China adalah dalang dibalik isu radikalisme di Indonesia yang bertujuan untuk memusuhi umat Islam di Indonesia. Menurut Ustadz Andri, Indonesia sudah menjadi objek pembahasan dalam kongres Partai Komunis di China sejak 1986. Kemudian, menurutnya ada tiga hal yang menggagalkan rencana intervensi Cina atas Indonesia.

semarak.co-“Ketika Indonesia berubah kiblat ke China,” ujar Ustadz Andri Kurniawan dalam video yang diunggah channel youtube Redaksi Islam dengan judul Gempar! Ust. Andri Tunjukan Bukti Siapa Yaqut (Menteri Agama/Menag) Sesungguhnya, sebagaimana dilansir pada Minggu, 27 Februari 2022 yang dilansir faktakini.info/Selasa, 1 Maret 2022.

Bacaan Lainnya

“China menjadikan, ini hasil kongres Partai Komunis China tahun 1986. Itu sudah godok Indonesia, Indonesia sudah jadi pokok pembahasan kongres Partai Komunis China di Bejing. Jadi ada tiga hambatan Cina melakukan penetrasi ke Indonesia,” ujar Ustadz Andri sambil menambahkan.

Pertama, rinci Ustadz Andri, regulasi dan anti komunis, TAP MPRS nomor 25 tahun 1966, undang-undang nomor 27 tahun 1999. Yang kedua, posisioning Pancasila sebagai musuh komunis, masih solid. Yang ketiga, sikap anti komunis umat Islam Indonesia masih solid. Selanjutnya, Andri Kurniawan menyampaikan pendapatnya tentang Cina dan isu radikalisme di Indonesia.

“Akhirnya Cina di bawah Presiden Xi Jinping, mencoba untuk melemahkan umat islam di Indonesia, menggunakan stigma radikalisme. Jadi stigma radikal itu hanya hantu yang diciptakan oleh Cina untuk menjadikan umat islam itu musuh nomor satu,” ujar Ustadz Andri. Di bagian lain Ekonom Senior Rizal Ramli menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin pro China dengan menutupinya memakai isu radikal radikul.

Jadi Indonesia itu di tengah berada dalam kepungan perubahan geopolitik dengan aktor yang berkompetisi, yaitu Amerika Serikat dan China. Hal itu disampaikan Rizal Ramli (RR) dalam sebuah video yang diunggah kanal Youtube Bang Edy Channel, Rabu (5/5/2022).

“Apapun hari ini ada kompetisi yang luar biasa antara Amerika dan China. Dalam konteks itu Indonesia menjadi sangat penting. Karena kita ini kan rajanya Asia Tenggara, atau premannya Asia Tenggara,” ujar Rizal Ramli yang mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) era Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur seperti dilansir eramuslim.com/Rabu, 22 Ramadhan 1442 H / 5 Mei 2021 15:15 WIB.

Dalam perebutan kekuasaan di mata dunia, dua negara yang tengah menguasai pasar ekonomi global itu, menurut Rizal Ramli, sudah pasti berebut hubungan strategis secara dominan dengan Indonesia. Pada zaman Presiden RI pertama, Soekarno, Rizal Ramli memaparkan satu contoh hubungan baik Indonesia dengan Amerika Serikat, meskipun di satu sisi pemerintah Soekarno kala itu juga menjaga hubungan baik dengan Uni Soviet.

Pada tahun 1950-1960, kondisi politik Indonesia tengah berkecamuk kembali karena Belanda berusaha agar Irian Barat tetap menjadi wilayah jajahannya. Namun, kata Rizal Ramli, Indonesia berusaha agar Irian Barat (sekarang Papua) kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Dalam menyelesaikan masalah itu, RR menjelaskan bahwa Soekarno meminta bantuan kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy untuk menekan Belanda agar mengembalikan Papua kepada Indonesia.

“Bung Karno pinter dia. Dia beli (alutsista ke Rusia) dapat diskon tinggi. Angkatan Laut Indonesia, Angkatan Udara Indonesia jadi paling kuat di Asia. Abis itu dia ke Washington ketemu Kennedy. Soekarno langsung bluff Kennedy, kalau kamu kasih Papua ke orang Belanda, saya punya Angkatan Laut, Angkatan Udara paling kuat. Yang harusnya Amerika dukung Belanda kembali ke Irian, akhirnya Kennedy putuskan Irian ke Indonesia saja,” sambungnya.

Namun pada hari ini, Rizal Ramli melihat pergeseran Geo Politik yang ada justru ikut mengubah prinsip hubungan internasional Indonesia, yang mulanya berprinsip bebas aktif pada zaman Bung Karno menjadi lebih dominan ke satu pihak saja. “Hari ini gimana? Indonesia buat orang yang mengerti, analis yang mengerti dari luar negeri, sudah tau. Ini lebih pro Beijing (China). Tetapi tertutup oleh isu Islam Radikal,” paparnya.

Oleh karena itu, Rizal Ramli berkesimpulan isu Islam Radikal yang mengemuka di publik sengaja dimunculkan pemerintahan Jokowi guna menutup hubungannya yang begitu erat dengan China. “Negara-negara seperti China, Rusia, Eropa, Amerika, enggak suka Islam radikal kuasai Indonesia. Oleh karena itu dia lihat yang kuasa kan pompa terus isu Islam Radikal, sengaja,” imbuh Rizal Ramli yang juga mantan Menteri Kemaritiman era Presiden Jokowi.

Dilanjutkan Rizal Ramli, “Secara internasional image Indonesia cukup sangat anti Islam radikal radikul. Jadi ke tutup. Kalau begitu, oke lah biar saja dia yang kuasa. Padahal ada bahaya, ini pemerintah makin lama makin dekat sama Beijing begitu.” (net/era/gel/fak/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *