Saham UNSP dimiliki secara luas oleh 18.749 pemegang saham publik di lebih dari 120 sekuritas dan wali amanat, dengan komposisi 71,7% individu lokal, 14,0% institusi lokal, 13,6% institusi asing dan 0,7% individu asing.
“Kami bersyukur pemegang saham menyetujui Perseroan melakukan reverse stock yang dibutuhkan untuk keberhasilan restrukturisasi hutang dan perbaikan fundamental yang diharapkan dapat meningkatkan lagi nilai Perseroan dan pemegang saham”, kata Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto di Jakarta, Senin (20/2).
Menurut dia, reverse stock Perseroan dilakukan dengan rasio 10 : 1, yaitu setiap 10 (sepuluh) saham dengan nilai nominal Rp 100 (seratus Rupiah) per saham akan mengalami perubahan menjadi 1 (satu) saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (seribu Rupiah) per saham. Perubahan nilai nominal saham tersebut dilakukan melalui penggabungan jumlah saham secara proporsional tanpa mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor.
Dengan demikian, kata dia, susunan pemegang saham Perseroan, persentase kepemilikan serta hak dan kewajiban yang melekat pada saham Perseroan sebelum maupun sesudah dilakukannya reverse stock tidak mengalami perubahan. “Dengan disetujuinya reverse stock hari ini, kami dapat segera melanjutkan dengan proses restrukturisasi hutang yang memberikan dampak positif berkurangnya beban keuangan, memperkuat arus kas operasional, dan lebih sehatnya struktur permodalan Perseroan. Lebih banyaknya ketersediaan dana untuk kegiatan operasional kebun dan pabrik, tentu akan meningkatkan lagi produksi sawit dan karet Perseroan”, kata Andi.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO terus membaik dari level bulanan terendah USD 530 per ton FOB Malaysia di Januari 2016 ke level tertinggi USD 730 di Januari 2017. Selain itu, Perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Ia menceritakan, luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektar, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun, dengan bibit unggul maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program replanting. Produktivitas bibit unggul Perseroan bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektar dan ekstraksi CPO nya 23%, atau sekitar 8 ton CPO per hektar per tahun, sesuai hasil lapangan bibit unggul Perseroan yang sudah disertifikasi.
Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional. Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertanaman sawit nasional kurang lebih 4 juta hektar adalah kunci produktivitas berkelanjutan sawit sebagai komoditas strategis nasional.
Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang. “Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, kami akan lanjutkan dengan langkah konkrit peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan. Kami optimis, dalam jangka menengah dan panjang nanti perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya. (wiy)