Konferensi pers UNHCR bersama Dompet Dhuafa sebagai kerja sama antara kedua pihak dalam implementasi penuh dari protokol kesehatan mengacu pada prinsip 3M, (cuci tangan, pakai masker, dan menjaga jarak) berlangsung di Jakarta, Selasa (10/11/2020).
semarak.co-Hadir Perwakilan UNHCR untuk Indonesia Ann Maymann, Pejabat Filantropi Islam UNHCR M. Thoriq Helmi, Petugas PSP UNHCR Sigit Sugianto, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Majidi, Sekretaris Yayasan Dompet Dhuafa Yayat Supriyatna, Bendahara Umum DDR Foundation Hendri Saparini, dan jajaran direksi Dompet Dhuafa (DD).
Direktur Fundraising Dompet Dhuafa Doni Marlan mengatakan, sinergi dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) tentunya sangat penting, terutama dalam menangani beberapa permasalahan sosial di masyarakat.
Sebagai contoh, kutip Doni, masalah pengungsian dengan sinergi kita bisa meminimalisir kekurangan sumber daya. Karena semua institusi bersatu dan bersinergi dalam menangani kasus ini.
“Selain itu, dengan sinergi kita juga bisa memberikan kepedulian yang maksimal di bidang pendidikan dan kesehatan bagi para pengungsi,” ujar Doni dalam rilis humas Dompet Dhuafa.
Sinergi Dompet Dhuafa dengan UNHCR ini membuka pintu kebaikan yang lebih luas dan diharapkan dapat menciptakan potensi manfaat baru bagi banyak pihak dalam jangka panjang.
“Tahun depan, pandemi Covid-19 kemungkinan masih akan menjadi tantangan kita semua. UNHCR berharap kerjasama ini akan menghasilkan peningkatan perlindungan pengungsi baik di Indonesia maupun secara global,” ujarnya.
Perwakilan UNHCR untuk Indonesia Ann Maymann mengatakan, pihaknya dengan senang hati memulai perjalanan baru yang menjanjikan ini bersama Dompet Dhuafa dan mereka berharap melalui kolaborasi ini solusi yang lebih komprehensif dapat ditemukan sebagai bagian dari tujuan mereka untuk memperkuat perlindungan pengungsi dan menemukan solusi jangka Panjang.
Dompet Dhuafa dan UNHCR mulai bekerja dalam berbagai kerjasama sejak 2015. Antara lain di bidang pendidikan, kesehatan dan program pemberdayaan pengungsi dan pembangunan.
Selain itu Dompet Dhuafa memberikan bantuan kepada keluarga Indonesia di daerah terpencil untuk memperoleh akta kelahiran bagi anak-anaknya dengan mudah, sejalan dengan amanat UNHCR untuk mencegah keadaan tanpa kewarganegaraan.
Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Majidi mengatakan, Dompet Dhuafa ini harus aktif, karena kemanusiaan ini tidak bisa dari warga kita sendiri tapi siapapun yang mempunyai masalah kemanusiaan kita bisa konsen.
“Dengan UNHCR kita bisa bekerja lebih luas lagi bukan hanya terbatas di Indonesia, namun beberapa negara maju. Tadi baru saja kita bicarakan dengan UNHCR kita rencanakan beberapa pekerjaan humantarian di beberapa negara lain,” pungkas Nasyith.
Seperti diketahui, selama bertahun-tahun, tradisi kemanusiaan Indonesia menyambut pengungsi di Tanah Air. Berdasarkan data UNHCR, per Oktober 2020 terdapat 13.745 pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar dari sekitar 40 negara di badan pengungsi PBB.
Mereka tinggal di beberapa kota di Indonesia seperti Aceh, Medan Tanjung Pinang, Pekanbaru, Jakarta dan Bodetabek, Surabaya, Balikpapan, Medan, Manado, Kupang dan lokasi lainnya.
Pengungsi adalah orang-orang yang terpaksa meninggalkan negara asalnya karena takut dianiaya. Mereka mencari keselamatan dan perlindungan internasional di negara-negara suaka seperti Indonesia atau di negara tujuan lainnya.
Saat ini dunia telah menyaksikan krisis pengungsi terburuk sepanjang sejarah dengan 79,5 juta orang mengungsi, 26 juta orang di antaranya adalah pengungsi.
Karena terbatasnya peluang solusi jangka panjang dan berlarut-larutnya konflik bersenjata di seluruh dunia, jumlah pengungsi diprakirakan akan terus meningkat di masa mendatang.
Perubahan iklim yang semakin parah juga akan memaksa masyarakat untuk tinggal di tempat asalnya untuk mencari nafkah. keamanan dan mata pencaharian yang lebih baik jauh dari rumah.
Sekitar 60 persen pengungsi secara global berasal dari negara Islam, dan mereka telah memenuhi persyaratan untuk menerima dana dari Zakat dan Sedekah. Atas dasar ini, UNHCR memulai Filantropi Islam sejak 2013 dan inisiatif tersebut berkembang pesat secara global.
Masalah pengungsi tidak dapat ditangani sendiri oleh UNHCR, diperlukan kerjasama dengan banyak pihak seperti pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat tuan rumah, tokoh masyarakat, swasta, lembaga kemanusiaan dan masyarakat pada umumnya. UNHCR sendiri telah memainkan peran strategis sebagai mitra penyalur terpercaya dana-dana filantropi Islam di berbagai negara.
Karena memiliki 6 fatwa dari lembaga dan ulama terkemuka dari Mesir, Yaman, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Maroko. Ini memiliki tim yang kredibel yang dapat mengidentifikasi penerima dana filantropi Islam yang memenuhi syarat menurut Alquran dan Sunnah.
UNHCR telah mendistribusikan lebih dari US $ 50 juta dalam bentuk filantropi Islam untuk mendukung operasi UNHCR termasuk di Yaman, Bangladesh, Pakistan dan lainnya. Semua sumbangan didistribusikan melalui bank syariah, yang bebas bunga. (smr)