Tunggulah Azab Allah Jika Nabi Muhammad SAW tak Lagi Diikuti

Kolase gambar pasangan AMIN saat menghadiri dukungan dari Ijtima Ulama di Monas Jakarta dan penulis dalam insert. Foto: kba

Oleh Salman *)

semarak.co-Pilpres tahun 2024 nanti dipastikan Allah dan Nabi Muhammad Rasulullah penghulu sekalian Nabi dan Rasul menilai dirimu memilih siapa, apakah dirimu layak untuk mendapatkan rahmat-Nya Allah atau justru laknat-Nya, Sorga-Nya Allah atau Neraka-Nya…?

Bacaan Lainnya

Tanda-tanda akhir zaman semakin nyata ditandai dengan banyaknya fitnah dan kezaliman. Zaman ini memang ditakdirkan Allah terjadi untuk menguji kualitas keislaman dan ketakwaan hambaNya, mana yang hamba Allah dan mana yang bukan hamba Allah.

Yang bukan hamba Allah wajar jika tidak mau dan tidak rela mengorbankan kepentingan dirinya dan kelompoknya untuk kepentingan bangsa dan negaranya, karena mayoritas yang menjadi target dan prioritas hidupnya adalah harta yang disebut uang dan tahta yang akrab disebut jabatan.

Padahal itu adalah kebanggaan sesaat. Kenapa umat muslim masih mau dan terpengaruh memilih Capres dan Cawapres selain dari ANIES -MUHAIMIN. Padahal Koalisi Perubahan yang gabung dari Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Ummat, dan Partai Masyumi jelas-jelas telah didukung Ijtimak Ulama-ulama yang lurus.

Pada sisi yang lain kenapa justru yang sangat fenomenal adalah dukungan dari orang nonMuslim cukup besar jumlah dan kualitasnya. Berapa banyak aktivis, ilmuwan, pastor dan pendeta beserta jemaatnya baik lansung atau tidak lansung mendukung paslon No 1 AMIN untuk menjadi Presiden. Kenapa kaum muslimin masih berpaling ingkar kepada Zuriyat nabi Muhammad?

Apakah layak kita umat muslim minta safaat Nabi Muhammad nanti di hari pembalasan sementara keturunannya dan agamaNya dizalimi? Kenapa justru yang bukan pendukung ANIES -MUHAIMIN sangat simpatik yang terang-terangan menyalami dan mengapresiasi pasangan ANIES-MUHAIMIN ketika acaranya berlangsung satu panggung bersama…!

Beginilah cara Allah untuk menguji, menilai keimanan dan ketakwaan manusia, apakah yang bersangkutan itu penganut Islam yang benar atau hanya Islam KTP saja…? Perlu dipertanyakan bagaimana tanggungjawab kita ketika agama Islam dan umat Islam itu selalu dizholimi.

Apakah sebagai umat muslim kita mau menjadi setan bisu atau mau berperan menjadi orang muslim yang munafik yaitu berbeda kata dan perbuatannya? Atau justru kita akan bangkit berjuang bersama untuk membela kebenaran?

Pada prinsipnya siapapun yang menjadi pasangan Capres dan Cawapres itu terpulang kepada diri kita masing-masing. Semua pilihan tentunya punya resikonya masing-masing, apakah kita ingin memilih pihak-pihak nyata-nyata terbukti sering berbohong dan berkhianat atau bagaimana?

Bukankah seharusnya yang menjadi landasan perjuangan kita itu adalah agama dan konstitusi negara yang selama ini tidak patut dan pantas untuk kita perdebatkan, apalagi untuk dipertentangkan.

Apakah dengan banyaknya berbagai berbagai bukti kezaliman kepada umat manusia baik muslim atau nonmuslim, baik lansung atau tidak lansung itu justru akan membuat diri kita itu semakin egois dan eksklusif ataukah semakin baik dan toleran?

Sudah menjadi rahasia umum enam orang suhada pengawal Imam Besar Habib Rizieq Shihab dibunuh dengan keji, kejam dan biadab. Bukti dan fakta itu sangat sulit untuk dibantah, bagaimana paraMujahid tersebut terbunuh sedang berjuang bersama Imam Besar Habib Rizieq Shihab keturunan Nabi Muhammad SAW dalam meneruskan Perjuangan Rasulullah.

Apalagi dengan begitu massifnya koropsi dan lebih dari tujuh ratus orang meninggal dalam pelaksanaan Pemilu 2019 belum cukup untuk menyadarkan dan meyakinkan kita untuk bangkit berjuang dan berjihad menyelamatkan negara ini dari kezholiman dan penjajahan?

Sekaranglah waktunya Allah pertontonkan dan menilai mana yang berperan menjadi pejuang dan mana yang berperan menjadi pecundang. Barang siapa yang menuhankan harta, tahta selain daripada menuhankan Allah berarti kalimah sahadatnya batal sebagai umat muslim dan patut diragukan keislamannya.

Kalau hanya Islam KTP ya boleh-boleh saja sekedar identitas untuk bisa dikenal oleh manusia, bukan untuk dikenal oleh Allah. Logikanya, siapakah yang layak untuk mendapatkan pertolongan atau safaat dari Rasulullah Nabi Muhammad di hari pembalasan nanti, ketika kita salah dalam memilih pemimpin….?

Berdasarkan firman Allah telah sempurna ajaran Islam dalam Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penutup yang meneruskan amanah kepada ulama untuk berjihad melanjutkan perjuangannya amarmakruf nahi mungkar dalam menjaga Wahyu Ilahi dan menghormati anak cucu keturunan Nabi Muhammad yang disebut Habib.

Dengan adanya dukungan dari Ijtimak Ulama kepada pasangan pasangan ANIES-MUHAIMIN dalam pilpres 2024 dan ditambah pula dengan adanya dukungan penuh dari Organisasi besar umat Islam, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), maka sudah tidak adalagi alasan umat muslim untuk tidak memilih Pasangan AMIN.

Ditinjau dari rekam jejak prestasi dan komitmen ANIES BASWEDAN dan MUHAIMIN (AMIN) dalam mewujudkan cita-cita para pahlawan kemerdekaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang tertuang dalam sila ke lima dari Pancasila sudah tidak perlu diragukan lagi.

Apalagi dengan terpilihnya cucu Nabi Muhammad Habib Shauki Jenderal (Purn) Marsekal TNI Angkatan udara menjadi Kapten Timnas AMIN. Sangat tidak layak dan tidak pantaslah jika kita umat Muslim mengharapkan pertolongan atau safaat dari Nabi besar Muhammad SAW di hari pembalasan, karena kita tidak peduli dengan agamanya dan cucunya Nabi Muhammad.

Umat muslim sebelumnya dan Nabi Musa Alaissalam rasulullah sekalipun ingin menjadi umat Nabi Muhammad sebagai Nabi pemberi syafaat yang memegang kunci sorga yang umatnya sangat diistimewakan oleh Allah dengan mengharamkan umat nabi-nabi sebelumnya masuk kedalam sorga sebelum umat nabi Muhammad berada di dalamnya.

Apakah kita tega dan sampai hati membiarkan agama Islam dan keturunan Nabi Besar junjungan alam dizholimi…? Sebelum terlanjur dan terlambat, marilah kita bersama berfikir jernih, cerdas dan objektif dalam memilih Presiden, agar negara ini dipemimpin oleh pemimpin yang amanah kaya dengan prestasi bukan janji dan kaya dengan pengalaman bukan kaya angan-angan.

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berfikir menggunakan proses-proses metakognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Saat ini sangat dibutuhkan Kecerdasan intelektual masyarakat Indonesia dalam menganalisis, menggunakan logika, rasio dan akal sehat untuk menentukan pilihannya.

Hanya dengan kecerdasan intelektual itulah kita bisa terhindar dari penyesalan dikemudian hari yang akibatnya akan ditanggung oleh anak cucu kita dikemudian hari. Ikutilah gelombang arus perubahan bersama paslon ANIES – MUHAIMIN. AMIN

*) Kolumnis

 

sumber: kbanews.com 4 Desember 2023 6:51 AM di WAGroup AMAR MARUF NAHI MUNKAR (postSenin4/12/2023/cokymarselpohan)

Pos terkait