Tragedi Kanjuruhan: Efek Domino Sekuler

Aparat pengamanan Stadion Kanjuruhan menembak gas air mata yang diduga menjadi pemicu kematian suporter Arema Malang. Foto: internet

Oleh Alfian Nur Effendi *

semarak.co-Berita mengejutkan dan menyedihkan kembali terjadi di negara ini. Kali ini dari ranah pertandingan sepakbola antara Arema FC dan Persebaya di stadion Kanjuruhan kabupaten Malang dengan hasil skor 2-3 kekalahan tuan rumah (1/10/2022).

Bacaan Lainnya

Tragedi berdarah yang menelan ratusan korban terjadi akibat perseteruan antara suporter dengan pihak kepolisian usai kekecewaan suporter tuan rumah dari hasil pertandingan. Banyak pihak yang menyalahkan pihak kepolisian, tapi juga tidak sedikit yang membela dan menyalahkan balik pihak suporter.

“Sebanyak 127 (terakhir 132 jiwa) tewas, dua di antaranya petugas polisi, 34 meninggal dalam stadion sisanya di rumah sakit,” kata Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, mengutip ABC News, Minggu (2/10/2022). Kapolda Jatim Nico sendiri terakhir dicopot dengan digantikan Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Teddy Minahasa.

Sampai saat ini, pertanyaan kenapa dan bagaimana hal ini terjadi hanya memiliki jawaban pada titik wujud hasil aktivitas atau perilaku manusia pada saat itu saja. Karenanya, masing-masing pihak memiliki argumen tersendiri.

Jadi siapa sebenarnya yang salah?

Sebenarnya ini pertanyaan yang kurang tepat, yang benar adalah: “Apa sebenarnya yang salah dengan negeri ini?” Jika kita tarik benang merah dari seluruh tragedi ini, maka ini adalah wujud dari efek domino kehidupan yang sangat tidak Islami, yang tidak hanya terjadi dalam dimensi sosial, tapi juga dalam semua dimensi kehidupan.

Seperti ekonomi, pendidikan, keluarga, hukum, dan politik. Wujud masyarakat yang sekuler. Kenapa bisa begitu? Faham sekulerisme memisahkan agama dengan kehidupan. Manusia bebas untuk mengatur dan membuat kebijakan sendiri dalam semua dimensi kecuali dalam hal ibadah masing-masing.

Kebijakan negara yang seharusnya sebagai pengayom, melindungi, melayani rakyat sebaik-baiknya, menciptakan kondisi aman tentram dan sejahtera justru malah sebaliknya. Kapitalisme membuat kondisi rakyat saat ini semakin terjepit, perekonomian semakin menjerit, beban biaya hidup semakin sulit dengan penghasilan minim nan irit.

Kaum oligarki menari-nari di atas hukum, nuansa tidak nyaman dan aman selalu terjadi karena memelihara para pengadu domba demi kepentingan politis. Ditambah lagi minimnya perhatian tentang agama, bahkan ketika seseorang berusaha mendalami agama malah dilabeli radikal.

Hasilnya rakyat mudah stress dan depresi, tidak memahami takdir, mudah marah dan kecewa hanya karena hal sepele. Dan ini hanyalah segelintir efek domino mengerikan dari faham sekuler ini. Tragedi Kanjuruhan menjadi tambahan catatan kelam peradaban yang tidak Islami.

Belum lagi perilaku bebas yang bablas bertopeng toleransi dan kebebasan didukung mati-matian, sementara kegiatan beragama dipersulit bahkan diserang. Selalu saja timbul standar ganda jika berkaitan dengan Islam.

Negara ini pun sudah hampir mirip dengan negara Amerika, negara-negara di Eropa atau beberapa negara di Asia Pasific yang dinisbatkan sebagai negara paling maju teknologi tetapi paling terbelakang akhlaq dan moralnya. Mirisnya, kita bukanlah negara maju.

Alhasil banyak rakyat yang notabene muslim terbesar di dunia malah jauh dari Islam itu sendiri. Kaum elit penguasa yang cerdas dan pintar justru berusaha untuk memutarbalikkan pemikiran dan perbuatan sesuai kepentingannya sendiri, agar yang mendengar seolah-olah membenarkan aturan boleh diciptakan semaunya oleh manusia.

Dan sayangnya rakyat termakan olehnya. Al Quran sudah membongkar dan memperingatkan hal ini, Allah SWT berfirman: “Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia membuatmu kagum, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.” (QS. Al-Baqaroh:204).

Islam adalah Agama universal yang sempurna dan paripurna. Segala aturan dari yang terkecil sampai seluruh dimensi kehidupan manusia tidaklah berasal dari manusia itu sendiri, tetapi langsung dari Allah Azza Wa Jalla untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Kenapa?

Karena hanyalah Allah SWT saja yang paling tahu akan ciptaanNya. Manusia pasti akan berbuat kerusakan di muka bumi jika tidak memakai aturan Allah. Dan jika manusia tunduk patuh memakai aturan Allah saja, maka dipastikan manusia akan hidup aman, tenteram dan sejahtera. Karena Islam adalah rahmatan Lil ‘alamin.

Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Al A-Raf: 56)

Syariat Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan umat manusia dalam kehidupan ini. Jika kita mau patuh dan taat, maka pastilah kita selamat baik di dunia maupun di akhirat. Sejarah dunia pun tercatat bahwa Islam pernah menjadi rahmatan Lil ‘alamin selama hampir 1,4 Abad lamanya.

Puncak peradaban manusia terwujud di dalamnya. Masihkah belum cukup bukti untuk sadar bahwa aturan kehidupan yang tidak memakai aturan Islam hanyalah membawa kemudharatan?? Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan dan kembali kepada kehidupan yang Islami.

Wallahu’alam bishowab.

©Aliansi Pengusaha Muslim Indonesia

 

sumber: assalim.id di WAGroup PAMEKASAN GERBANG SALAM (postSelasa4/10/2022/)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *