Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menggelar bedah buku “Di Balik Cerita” di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Semarak.co – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Atip Latipulhayat menyampaikan refleksi mendalam mengenai peran sastra dalam membentuk jiwa dan peradaban bangsa. Dia menyatakan, membaca itu seperti gerak tubuh yang tak bisa ditahan.
“Jiwa yang membaca menandai bangsa yang telah memasuki ruang peradaban. Sebaliknya, jika membaca hanya dianggap sebagai kewajiban atau beban, maka bangsa itu belum sepenuhnya berada dalam kesadaran berperadaban”, ujar Atip, dirilis humas melalui WAGroup Mitra BKHumas Fortadik, Kamis (29/5/2025).
Lebih jauh, ia mengenang masa kecilnya di kampung yang belum tersentuh listrik, di mana akses terhadap informasi hanya bisa didapatkan melalui bacaan. Dia membaca apa saja yang tersisa dari peninggalan kakaknya.
Ketua Komite Sastra DKJ Fadjriah Nurdiarsih berterima kasihnya kepada Pusat Perbukuan yang mengajak DKJ bekerja sama dan selalu melibatkan para penulis, editor, ilustrator, desainer dalam berbagai pekerjaan cerdas yang hasilnya dapat dilihat di aplikasi Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI).
Buku sastra pilihan tahun ini, “Lauk Daun” karya Hartari, bukan hanya diulas dari sisi estetik dan cerita. Karya ini dibedah untuk menyingkap nilai-nilai yang dapat memperkaya pembelajaran di kelas, khususnya bagi siswa SMA/SMK.
Bersama pembahas Shahnaz Haque dan kurator Mahfud Ikhwan, forum ini menggali bagaimana karya sastra bisa membuka percakapan lintas generasi dan lintas pemahaman. Shahnaz mengajak para peserta atau siswa SMA agar mulai menulis untuk meningkatkan cara berpikir.
“Zaman saya dulu, saya dibesarkan dengan menulis di buku harian atau yang dikenal dengan dear diary, ternyata itu latihan menulis. Menulis akan membuat cara berpikir kita semakin baik. Ikatlah ilmu kalian dengan tulisan. Sastra membuat nalar kalian menjadi lebih bagus,” jelasnya.
Mahfud Ikhwan sebagai kurator memaparkan alasannya merekomendasikan buku “Lauk Daun” untuk dipelajari di jenjang SMA/SMK. Ia menjelaskan bahwa naskahnya sendiri sudah bagus dan isinya berkaitan dengan realita sosial, sehingga para siswa bisa memetik pelajaran tentang kehidupan melalui buku tersebut.
Rangkaian peringatan Hari Buku Nasional dan Bulan Buku ini menjadi ruang temu yang hangat antara pemerintah, penulis, kurator, komunitas penulis, guru, siswa, hingga perwakilan Dewan Kesenian dan IKAPI.
Dialog hangat antara para narasumber dan peserta sekaligus menegaskan bahwa sastra adalah sebuah pendekatan yang bisa dijadikan membangun ruang diskusi, memperluas wawasan dan membangun nalar.
Susan Sri Kencana, Guru SMAN 100, Jakarta, menyebutkan bahwa acara ini memberikan pengetahuan baru serta memperkaya pemahaman tentang sastra. Dia bisa bertemu langsung dengan penulis dan tokoh-tokoh penting dalam dunia sastra.
“Sastra itu bukan hanya teks, tapi juga tentang mengasah empati dan rasa terhadap kehidupan. Saya berharap kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut setiap tahun agar dapat menjadi sarana penguatan karakter dan kepekaan sosial melalui literasi,” ujarnya. (hms/smr)