Oleh Upa Labuhari SH MH *
semarak.co-Tak terasa tinggal tiga bulan lagi masa jabatan Kapolri Jenderal Pol Drs Idham Azis berakhir. Berarti setidaknya pada tanggal 1 Pebruari 2021 jabatan Kapolri yang disandang oleh Jenderal Pol Idham Aziz harus diserahkan kepada penggantinya yang sampai saat sekarang belum diketahui keberadaannya dari 14 orang calon yang kesemuanya anggota Polri berpangkat Komisaris Jenderal Polisi.
Dalam Undang Undang Kepolisian nomor 2 tahun 2002 pada pasal 11 disebutkan bahwa yang dapat ditunjuk sebagai Pengganti Kapolri adalah mereka mereka yang memiliki kepangkatan tertinggi (Komisaris Jenderal Polisi). Dan mereka juga minimal pernah menjadi Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda).
Mereka terlebih dahulu diusulkan oleh Komisi Kepolisian RI (Kompolnas) dan hasil kerja Dewan Kepangkatan dan jabatan Tinggi (Wanjakti). Hasil usulan ini kemudian disampaikan kepada Presiden untuk dipilih lalu dimintakan pengesahannya lewat DPR RI.
Saat ini dilingkup Polri terdapat 14 orang berpangkat Komisaris Jenderal Polisi yang semuanya diperkenankan menjadi calon calon Kapolri berdasarkan pasal 11 Undang Undang Kepolisian nomor 2 tahun 2002.
Para calon itu adalah, pertama, Komjen Pol Drs Gatot Eddy Pramono yang saat ini memegang jabatan sebagai Wakil Kepala Kepolisian RI. Kedua, Komjen Pol Drs Agung Budi Maryoto yang saat ini menjabat sebagai Inspektorat Pengawas Umum (Irwasum ) Polri.
Ketiga Komjen Pol Drs Agus Adrianto yang saat ini sebagai Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri. Empat Komjen Pol Drs Listyo Sigit Prabowo yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim ).
Kelima Komjen Pol Drs Rycko Amelza Dahniel yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Intelejen dan Keamanan (Kabaintelkam). Enam Komjen Pol Arief Sulistyanto yang saat ini menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri.
Ketujuh Komjen Pol Drs Heru Winarko yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Kedelapan, Komjen Pol Drs Boy Rafli Amar yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Kesembilan Komjen Didid Wijanardi yang saat ini menjabat sebagai Sekertaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Kesepuluh Komjen Pol Drs Dharma Pongrekun yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Sebelas Komjen Pol Drs Firli Bahuri, yang saat ini sebagai Ketua Pembrantasan Korupsi (KPK), Kedua belas, Komjen Pol Drs Bambang Sunarwibowo yang saat ini menjabat sebagai Sekertaris Utama Badan Intelejen Negara (BIN).
Tiga Belas, Komjen Pol Drs Antam Novambar yang saat ini menjabat sebagai Sekertaris Jenderal Kementerian Perikanan dan Kelautan. Dan ke empat belas Komjen Pol Drs Andap Budi Revianto yang saat ini menjabat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Menurut pengamatan penulis, dari ke empat belas nama perwira tinggi Polri yang punya hak untuk dicalonkan sebagai pengganti Kapolri Jenderal Idham Azis, hanya tiga orang yang terlihat berpeluang besar untuk maju dalam kompetisi pemilihan calon Kapolri.
Mereka adalah Komjen Pol Drs Gatot Edy, Komjen pol Drs Agus Adrianto dan Komjen Pol Drs Listyo Sigit Prabowo. Menjadi pertanyaan kok hanya tiga yang berpeluang besar mengganti Idham Azis dari 14 orang calon yang ada.??
Bukankah calon yang lain dari 14 calon juga berprestasi dalam bidangnya, seperti Komjen Pol Drs Rycko yang pernah menjadi Kapolda Sumut, Jawa Tengah dan Gubernur Akademi Kepolisian di Semarang atau Komjen Pol Drs Agung Budi Maryoto yang pernah menjabat sebagai Kapolda Jabar dengan segala macam keberhasilannya.
Pertanyaan sederhana ini betul adanya. Tapi dari pengamatan penulis ketiga calon ini sangat berpeluang besar menggantikan Idham Azis sebagai Kapolri setelah melihat rekam jejaknya selama setahun terakhir ini.
Komjen Pol Drs Gatot Edy Msi yang merupakan lulusan Akabri bagian A tahun l988, kakak kelas mantan Kapolri Jenderal Pol Drs Tito Karnavian yang sekarang ini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri.
Pria kelahiran Solok Sumatera Barat 28 Juni 1965 menjadi konseptor kebijakan Kapolri Tito Karnavian dan Idham Azis sehingga untuk melanjutkan police dua Kapolri sebelumnya Gatot Edy sudah tidak sulit untuk menyusuaikan diri.
Untuk itu jika masyarakat menginginkan pola kebijakan dua kapolri sebelumnya tetap dapat dilanjutkan oleh Kapolri baru maka pantas Komjen Pol Drs Gatot Eddy menjadi calon utama pengganti Kapolri Jenderal Pol Drs Idham Azis.
Dan jika ini dapat dipenuhi oleh Presiden Jokowi lewat persetujuan anggota DPR maka pengulangan pemilihan Kapolri Jenderal Pol Drs Bimantoro pada tahun 2000, berulang kembali.
Dan secara kebetulan Komjen Pol Drs Gatot Eddy adalah perwira penghubung protokol Kapolri di zaman Bimantoro. Jadi sepak terjang mantan atasannya sangat dipahami betul untuk melaksanakan pengamanan wilayah di seluruh Indonesia.
Bahwa Komjen Gatot Eddy sudah diprediksi sebelumnya untuk menjadi pemimpin Polri dimasa datang karena ia tercatat dari sekian ribu lulusan Akpol setelah lulus di Akademi Kepolisian tahun 1988 yang dilantik oleh Kapolri Jenderal Pol Drs Moch Sanusi langsung menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Sektor selektif Wlingi Blitar Jawa Tengah dan pada tahun yang sama menjadi Kapolsek Srengat Polres Blitar.
Keberhasilannya memimpin ditingkat sektor kemudian diperlihatkan ketika menjabat sebagai Sekertaris pribadi Kapolri Jenderal Pol Drs Sutanto pada tahun 2006. Lalu menjadi Kapolres Depok pada tahun 2008 dan setahun kemudian menjadi Kapolres Jakarta Selatan serta Direktur Reserse Polda Metro Jaya.
Dari sana ia mendapat jabatan sebagai Wakapolda Sulawesi Selatan, dan seterusnya menjadi Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri, Kapolda Metro dan Wakapolri.
Dari rangkaian perjalanan tugasnya di Kepolisian selama 32 tahun berdinas serta adanya prediksi sejak tammat dari Akademi Kepolisian bahwa ia akan memimpin Polri dimasa datang, maka tidak dapat disangkali lagi bahwa era kepemimpinan Polri pasca Idham Azis adalah Gatot Edy yang adalah doktor lulusan FISIP UI dalam bidang studi ilmu Kriminologi .
Calon kedua pengganti Kapolri Jenderal Pol Idham Azis adalah Komjen Listyo Sigit Prabowo, perwira tinggi Polri lulusan Akabri tahun 1991 yang lahir pada tanggal 5 Mei 19 69 . Ia memulai karienya sebagai anggota Polres Tangerang.
Prestasinya yang menonjol ketika menjabat sebagai anggota Polres Tangerang adalah mengamankan penyandraan dua orang direktur pengembangan perumahan di kawasan Tangerang. Dari sana ia diberi kepercayaan untuk menjabat sebagai Kapolres Solo yang dikala itu walikotanya adalah Jokowi.
Kedekatannya dengan presiden jokowi lebih terlihat lagi ketika Listyo Sigit Prabowo diangkat menjadi ajudan presiden Jokowi. Sesudah itu diangkat menjadi Kapoda Banten dan Kadiv Propam Mabes Polri. Dari sana ia ditunjuk menjadi Kabareskrim Mabes Polri.
Dan di kala menjabat Kabareskrim Polri muncul suatu peristiwa yang mencemarkan nama baik Polri dimana dua orang anggotanya satu berpangkat Brigadir Jenderal dan satu berpangkat Mayor Jenderal ditenggarai menerima upeti dari buron Joko candra.
Walaupun peristiwa ini tidak membuat nama Listyo tersandung tapi bagaimanapun pertanggung jawaban sebagai komandan tidak dapat dilepaskan dari tangan Listyo. Akibatnya, namanya yang pernah dinobatkan sebagai calon utama pasca Idham Azis melorot menjadi nomor dua.
Demikian juga calon nomor 3 pengganti Kapolri Idham Azis adalah Komjen Pol Drs Agus Adrianto . Nama perwira tinggi ini pernah menempati urutan nomor satu karena prestasinya yang luar biasa setelah selesai melaksanakan tugas sebagai Kapolda Sumatera Utara.
Perwira tinggi kelahiran tahun 16 Pebruari l967 lulusan akpol tahun l989 ini dikenal sebagai ahli reserse. Ia banyak menangani berbagai tindak kejahatan yang ada di daerah Sumatera utara sehingga ia dikategorikan sebagai jago kandang di Sumut. Prestasinya luar biasa sebagai Kabaharkam Polri sehingga iapun menjadi calon utama nomor 3 pengganti Kapolri Idham Azis.
Terlepas siapa yang bakal menjadi pengganti Kapolri Jenderal Idham Azis, calon terpilih hendaknya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin 450 ribu tenaga Polri di seluruh Indonesia, terlebih bertekad membenahi keberadaan Polri dengan menugaskan lembaga pengawas sebagai pengawas yang benar benar berwibawa, tegas, punya kemampuan dan dedikasi tinggi.
Lembaga pengawas Polri seperti Inspektorat Pengawas Umum, Propam dan Kompolnas dipacu dengan menghasilkan prestasi maksimal untuk menangkap oknum anggota Polri yang punya dedikasi buruk dalam bekerja.
Lembaga pengawas ini diberi suatu kepercayaan untuk dapat merekrut anggota masyarakat yang banyak mengetahui tindak laku oknum Polri yang sering berbuat menyakiti rakyat.
Dengan melibatkan masyarakat pemerhati Polri maka dapat dipastikan tidak ada lagi oknum polisi berpangkat jenderal ataupun perwira menengah sampai perwira pertama yang terlibat dalam tindak pidana korupsi yang mencemarkan nama baik korp Polri .
Kelemahan Polri selama ini dalam mencegah tindak kejahatan yang ada di dalam tubuhnya adalah tidak mau bekerja sama dengan masyarakat. Lembaga Pengawas Polri khususnya Kompolnas seolah olah bersih kuku untuk mengerjakan sendiri pembrantasan korupsi di lingkungannya dengan tidak melibatkan masyarakat.
Akibatnya kita tahu bahwa kasus korupsi yang melibatkan dua orang jenderal dilingkup Bareskrim Polri tidak dapat terungkap cepat tanpa bantuan masyarakat. Kasus korupsi ini baru terungkap ketika anggota masyarakat mau memberi laporan kepada pengawas Polri.
Dengan adanya tekad Kapolri baru dalam meningkatkan peran lembaga pengawas di lingkup Polri bersama masyarakat, diharapkan dimasa kepemimpinan Kapolri baru tidak akan melihat atau mendengar lagi ada perwira tinggi Polri yang terlibat korupsi. Semoga.
*) penulis adalah wartawan Senior
sumber: jakartanews.id di WA Group Guyub PWI Jaya