Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia mengeluarkan pernyataan sikap sekaligus klarifikasi atas hasil penelitian SETARA Institute Tentang “Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa: Memetakan Ancaman atas Negara Pancasila di PTN.”
FSLDK Indonesia merupakan sebuah forum yang menghimpun dan mengkoordinasikan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di hampir seluruh kampus se-Indonesia. Saat ini, LDK Nuansa Islam Mahasiswa Universitas Indonesia (Salam UI) diamanahkan sebagai Pusat Komunikasi Nasional (Puskomnas).
Sebagai bagian elemen bangsa, FSLDK Indonesia terus berkomitmen mengajak anak-anak muda Indonesia untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila, merawat kebhinekaan, dan menjaga persatuan bangsa melalui serangkaian program yang telah dilakukan.
Ketua Puskomnas FSLDK Indonesia Fahrudin Alwi mengatakan, berkaitan isu radikalisme yang berpotensi mengancam sendi kehidupan masyarakat Indonesia yang bhineka, FSLDK Indonesia memiliki sikap yang jelas.
“Kami siap berjuang bersama elemen bangsa lain dari beragam latar belakang untuk menguatkan nilai-nilai kebangsaan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Alwi dalam rilis yang beredar di kalangan wartawan, Kamis (4/7/2019).
FSLDK, kata Alwi, mencermati sudah banyak pihak memberikan perhatian terhadap isu radikalisme, salah satunya SETARA Institute. Pada 31 Mei 2019, bertempat di Hotel Ibis, Thamrin, Jakarta Pusat, SETARA Institute mengeluarkan sebuah rilis hasil penelitian berjudul “Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa: Memetakan Ancaman atas Negara Pancasila di PTN.”
Mengacu pada dokumen Ringkasan Eksekutif hasil penelitian yang telah dirilis SETARA Institute, Alwi mengatakan, terdapat keterangan penelitian ini dilaksanakan di beberapa kampus sebagai area riset.
Seperti Universitas Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Teknologi Bandung, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, dan Universitas Airlangga.
“Berdasarkan hasil telaah kami atas dokumen SETARA Institute tersebut, khususnya pada bagian yang menyinggung LDK di temuan kunci kedua, kami menilai perlu untuk merespon, menggunakan hak kami menyampaikan klarifikasi dan menyuguhkan data pembanding atas temuan tersebut,” ungkapnya.
Sebab, menurut dia, temuan tersebut sangat berpotensi menimbulkan kesalahpahaman terhadap LDK atas keadaan/fakta yang sebenarnya.
“Apalagi, setelah kami melakukan pengecekan terhadap kampus-kampus yang menjadi area riset penelitian ini, tidak kami temukan adanya wawancara atau teknik pengumpulan data lainnya yang melibatkan Pengurus Inti LDK periode tahun ini di semua kampus yang menjadi area riset oleh SETARA Institute,” bebernya.
Temuan kunci kedua yang dimaksud dalam dokumen Ringkasan Eksekutif SETARA Institute tersebut terdapat pada bagian “Beberapa Temuan Kunci”, tertulis pernyataan sebagai berikut.
“Kedua, corak kegiatan keislaman di sebagian besar kampus sebenarnya monolitik, cenderung homogen, belum mengakomodir kegiatan kelompok-kelompok lain sesama Islam,” kutipnya.
Hal itu terlihat dari dominasi kegiatan keislaman tertentu yang diakomodir lembaga struktural kemahasiswaan seperti LDK, Lembaga Dakwah Fakultas (LDF), dan UKM Kerohanian Islam (dengan aneka nomenklatur organisasi).
Itu sebenarnya hanya mengakomodasi kegiatan keislaman kelompok-kelompok Tarbiyah dan Tahririyah (yang belakangan simpul gerakannya dikuasai oleh gerakan Tarbiyah). “Hampir semua organisasi dan kegiatan keislaman di seluruh kampus area riset memiliki kecenderungan yang sama,” bandingnya.
Berdasarkan analisis data yang kami miliki sebagai Puskomnas FSLDK Indonesia terhadap LDK di kampus-kampus area riset SETARA Institute, dan data LDK di kampus-kampus lainnya, kami bermaksud memberikan beberapa poin klarifikasi dan menyuguhkan data pembanding atas temuan SETARA Institute di poin temuan kunci kedua yang menyinggung LDK tersebut. (lin)